Agama dan etika merupakan dua hal yang sangat berperan penting di dalam kehidupan manusia. Walaupun manusia dilahirkan terpisah dengan manusia lain, tidak dapat diragukan lagi bahwa manusia tidak bisa terlepas dengan manusia lain.
Manusia akan terus hidup berdampingan di dalam kelompok maupun masyarakat, dan oleh para filosof ini disebut sebagai al-insan al-madaniyyun bi al-thab’i (zoon politicon). Dengan kata lain, manusia akan selalu saling membutuhkan satu sama lain—bagaimanapun keadaan dari perorangannya.
Sudah semestinya manusia selalu hidup bersama dalam interaksi dan interdependensi dengan sesamanya sebagai makhluk sosial. Demi menjamin keberlangsungan kehidupan tersebut, di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat aturan, norma, atau kaidah sosial, dan hal tersebut digunakan untuk mengatur roda pergaulan antar masyarakat.
Dalam prospek mengembangkan sifat sosial tersebut, manusia akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah yang selalu bertautan dengan nilai-nilai yang ada. Maka dari itu, selain dengan adanya agama, hukum, politik, dan adat istiadat, perlu juga adanya akhlak, moral, dan etika.
Dalam menginterpretasikan hubungan antara agama dan etika, kita perlu dipahami bahwa manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah beribu-ribu abad lamanya di dunia. Dalam perjalanan hidupnya, pembinaan kepribadian manusia dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan serta pembawaan manusia sejak ia lahir.
Kaitannya dengan hal itu, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kehidupan sosial. Maka, nilai-nilai sosial akan timbul jika manusia melakukan aktivitas bermasyarakat dengan manusia lain, dan di dalam pandangan sosial, agama dan etika merupakan dua hal yang menjadi sangat penting di dalam kehidupan manusia.
Agama merupakan ketetapan Tuhan yang disampaikan kepada nabi-Nya melalui sebagai pedoman hidup manusia. Menurut Immanuel Kant, agama adalah kesadaran diri akan wajibnya melaksanakan perintah-perintah Tuhan.
Harun Nasution beranggapan bahwa agama adalah kepercayaan terhadap Tuhan sebagai suatu kekuatan rohani yang berpengaruh terhadap aspek kehidupan manusia, sehingga memunculkan cara hidup tertentu. Senada dengan itu, Endang Saifudin Ansari menyatakan bahwa agama adalah sistem kredo (tata ritus, tata peribadatan) dan sistem norma yang mengatur hubungan antarmanusia dan dengan alam sekitarnya yang beralaskan pada sistem keimanan dan sistem peribadatan.
Sementara itu, etika berasal dari bahasa Yunani ethos, ethikos (adat, kebiasaan, praktik) yang berarti sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok manusia yang tersusun atas sebuah nilai atau norma yang dikutip dari indikasi alamiah masyarakat atau kelompok tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dijabarkan dalam tiga arti. Pertama, etika adalah ilmu yang meliputi tentang mana yang baik dan buruk, serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Kedua, kumpulan asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak. Ketiga, nilai tentang benar dan salah yang dianut oleh masyarakat atau suatu golongan.
Bertens mengatakan bahwa etika bisa digunakan dalam artian nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi manusia atau kelompok untuk mengatur tingkah lakunya. Pengertian ini disebut juga sebagai nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat—contohnya, etika orang Jawa. Etika digunakan dalam artian kumpulan asas atau moral yang dapat disebut sebagai kode etik. Lalu etika dipahami dalam artian ilmu mengenai baik dan buruk. Etika di sini memiliki arti yang sama dengan filsafat moral.
Selain itu, Ahmad Amin secara eksplisit menyatakan bahwa etika adalah suatu ilmu yang menerangkan arti dari baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilakukan oleh manusia kepada manusia lainnya, menjelaskan tujuan yang harus dijalani manusia dalam perbuatannya dan mengarahkan manusia agar berbuat sesuai apa yang harus diperbuat.
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat ditangkap bahwa etika senantiasa berurusan dengan perilaku manusia di dalam kehidupan sosialnya. Sebagai homo sociocus, tindakan atau perilaku manusia memiliki nilai baik atau buruk di dalam wadah sosial di mana mereka berinteraksi dan bersinggungan.
Maka dari itu, agama, dalam hal ini, berkaitan dengan etika, merupakan segala sesuatu yang juga berurusan dengan kebiasaan dan perilaku manusia berlandaskan peraturan atau hukum Tuhan yang telah ditetapkan, dan etika merupakan ilmu untuk menyelidiki mana yang baik dan buruk dengan menilai pada perilaku manusia seluas yang dapat dipahami oleh akal pikiran dan hati nurani manusia.
Relasi agama dan etika begitu erat berkaitan, yaitu saling mengisi dan menunjang di antara keduanya. Lebih jauh, keduanya memiliki kesamaan pada dasarnya, yaitu sama-sama menyelidiki dan menentukan nilai baik dan buruk perbuatan manusia. Agama mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia berlandaskan wahyu yang absolut serta dapat diuji dengan pikiran, sedangkan etika mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia berlandaskan akal pikiran dan hati nurani.
Tak bisa dielak, persoalan agama dan etika tidak akan terpisahkan dari kehidupan sosial manusia. Maka dari itu, agama dan etika menjadi suatu kebutuhan pokok yang memiliki fungsi di kehidupan sosial manusia.
Kalau diambil dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan perihal bagaimana fungsi dari agama dan etika dalam kehidupan sosial manusia. Agama dan etika akan selalu berlaku dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat atau kelompok, karena keduanya berfungsi untuk menyelidiki dan menentukan ukuran atau menilai hal baik dan buruk dengan mengamati perilaku atau amal perbuatan manusia.
Etika berfungsi untuk mengukur baik dan buruknya manusia berlandaskan argumen rasional, sedangkan agama mengukur baik buruknya manusia berlandaskan wahyu dari Tuhan. Lebih eksplisitnya lagi, dikarenakan etika menuntut manusia untuk bersikap secara rasional terhadap semua norma yang ada, sehingga etika dapat membantu manusia menjadi lebih otonom.
Lebih dari itu, etika menuntut agar manusia berpikir secara kritis agar dapat membedakan antara yang sah dan tidak sah, mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga, etika berkemungkinan membuat manusia dapat mengambil keputusan dan sikap sendiri serta ikut menentukan arah perkembangan masyarakat.
Maka di sini agama berfungsi sebagai kontrol moral pada manusia dan sebagai pelindung yang memberikan keteduhan dan kesejukan serta ketenteraman hidup bagi manusia. Dengan kata lain, di dalam agama terdapat etika dan sebaliknya, agama merupakan salah satu norma di dalam etika. [AR]