Menghidupkan Nilai Dakwah Rasulullah di Era Media Sosial

Rasulullah saw. adalah sosok teladan terbaik dalam berakhlak bagi umat Islam. Bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi, masyarakat Makkah telah mengenal beliau dengan sebutan al-Amīn, yaitu orang yang terpercaya.

Ketika menyampaikan dakwahnya, Rasulullah tidak hanya mengandalkan kata-kata, tetapi juga menerapkan komunikasi yang efektif serta mempertimbangkan kondisi sosial, budaya, dan psikologis masyarakat pada masanya. Inilah yang membuat dakwah beliau begitu diterima: karena hadir dengan penuh hikmah, empati, dan keselarasan dengan realitas yang dihadapi masyarakat.

Di tengah perubahan zaman yang bergerak begitu cepat seperti saat ini, pendekatan dakwah juga perlu mengikuti dinamika yang terjadi. Kita perlu memahami konteks kekinian, sebagaimana Rasulullah yang selalu menyesuaikan gaya komunikasinya dengan kehidupan masyarakat pada masanya.

Dakwah harus disampaikan dengan cara yang relevan dan dekat dengan keseharian masyarakat modern, namun tetap menjaga kemurnian inti ajaran Islam. Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara kita meneladani dakwah Rasulullah di tengah derasnya arus perubahan ini?

Akhlak menempati posisi paling penting dalam ajaran Islam. Ia menjadi fondasi utama yang mencerminkan kualitas keimanan dan ketakwaan seseorang. Rasulullah dikenal sebagai pribadi dengan akhlak yang sempurna, sebagaimana telah ditegaskan dalam al-Qur’an dan Hadis.

Kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, dan kelembutan beliau justru menjadi jalan pembuka hati masyarakat untuk menerima ajaran Islam. Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” (H.R. Ahmad). Pesan ini menegaskan bahwa misi dakwah beliau berdiri di atas landasan akhlak yang mulia.

Ketika memulai dakwah, Rasulullah tidak langsung menghadapi masyarakat dengan perdebatan atau penjelasan panjang, tetapi dengan perilaku nyata yang mencerminkan nilai Islam. Dari sinilah akhlak menjadi bahasa dakwah universal, bahasa yang dapat dipahami oleh siapa pun, terlepas dari suku, budaya, atau latar belakang lainnya.

Banyak orang menilai Islam melalui perilaku umatnya; karena itu, menjaga akhlak berarti menjaga nama baik agama di mata dunia.

Dakwah Rasulullah juga menerapkan strategi dakwah yang dialogis, lembut, dan selaras dengan kondisi sosial masyarakat. Beliau berdialog, berdiskusi, dan menghargai budaya setempat. Pendekatan interpersonal inilah yang membuat dakwah beliau diterima dengan lapang.

Salah satu contoh yang sering dicatat sejarah adalah kisah pertemuan Rasulullah dengan Utbah bin Rabi’ah, utusan Quraisy yang menawarkan kedudukan dan kekuasaan dengan syarat Nabi menghentikan dakwahnya. Rasulullah tidak menolak dengan kasar, melainkan menjawab dengan tenang melalui bacaan ayat-ayat al-Qur’an (Fussilat: 1–5), sehingga Utbah pulang dalam keadaan tertegun.

Contoh lainnya adalah Piagam Madinah, sebuah perjanjian yang dirancang Nabi untuk menciptakan kehidupan masyarakat Madinah yang damai, stabil, dan saling melindungi meskipun terdiri atas suku, agama, dan klan yang beragam. Ini menunjukkan bahwa dakwah Rasulullah hadir secara adaptif dan mampu merangkul seluruh lapisan masyarakat.

Spirit inilah yang dibutuhkan dalam berdakwah di era kontemporer. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bentuk media sosial, membawa masyarakat pada realitas baru.

Media sosial menjadi ruang pertemuan besar di mana berbagai konten bersaing untuk mendapatkan perhatian. Dalam keadaan seperti ini, pesan dakwah yang baik sering kali tenggelam di tengah hiruk-pikuk informasi.

Menghidupkan semangat dakwah Rasulullah berarti membawa kembali nilai-nilai luhur yang beliau ajarkan ke dalam konteks kekinian. Cara penyampaiannya harus lembut, tidak menghakimi, tidak memaksa, serta peka terhadap kondisi orang yang diajak bicara.

Teknologi dapat menjadi sarana yang efektif bila digunakan dengan bijak, misalnya dengan menyebarkan pesan positif, membuat konten edukatif, atau memberikan teladan melalui perilaku yang mencerminkan akhlak mulia, baik dalam kehidupan nyata maupun di ruang digital.

Pada akhirnya, meneladani dakwah Rasulullah bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi menghadirkan akhlak, kebijaksanaan, dan kasih sayang dalam setiap tindakan. Dari sanalah dakwah menjadi lebih menyentuh, relevan, dan mampu menjawab tantangan zaman.

0

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Post Lainnya

Arrahim.id merupakan portal keislaman yang dihadirkan untuk mendiseminasikan ide, gagasan dan informasi keislaman untuk menyemai moderasi berislam dan beragama.