Mohamad Khusnial Muhtar Santri dan Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Islam Agama Istimewa

3 min read

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang religius. Setiap warga negara diwajibkan menganut satu agama atau sistem kepercayaan sebagai bentuk pengamalan daripada sila pertama. Adapun mengenai agama apa yang akan dianut, semua itu dikembalikan kepada pribadi masing-masing dalam menentukannya.

Di antara beberapa agama dan sistem kepercayaan di Indonesia, Islam adalah yang mayoritas yang dianut warganya. Apakah kita termasuk di antara mereka? Kenapa kita menganut Islam? Kenapa kita memilih Islam atau paling tidak bertahan dengan Keislaman? Apa istimewanya Islam?

Dalam sejarah kehidupan manusia, terdapat satu orang tokoh luar biasa yang sampai saat ini dianggap sebagai orang paling berpengaruh nomor satu di dunia. Beliau adalah orang yang wajahnya manis, sehingga menjadikan orang yang melihat merasa senang dan kerasan; orang yang apabila ada orang-orang di dekatnya, mereka akan merasa aman dan nyaman; sosok lemah lembut yang welas asih; sosok ksatria yang seketika di medan perang terjun di barisan paling depan; dan sosok pemaaf yang bersedia memaafkan tanpa syarat kepada mereka yang telah memusuhi, menghalangi, menyakiti, dan mengintimidasi beliau secara tidak senonoh sekalipun. Siapakah beliau? Beliau adalah Nabi Muhammad SAW.

Jika bicara sejarah, bangsa Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad dengan ajaran yang disampaikannya adalah bangsa yang dianggap remeh oleh bangsa lain karena dikenal bodoh dan barbar. Akan tetapi semenjak kedatangan beliau yang menebarkan ajaran-ajarannya, mulut dunia ternganga seketika melihat perubahan yang signifkan kemudian pada bangsa Arab. Hanya dalam waktu kurang dari satu abad, peradaban yang dibangun atas ajaran-ajaran yang dibawa beliau tersebut sanggup menggusur eksistensi Persia dan Romawi dalam menguasai peradaban pada masa itu. Luar biasa, bukan? Ajaran-ajaran itu adalah Islam.

Islam, selain dibawa oleh orang nomor satu di dunia, ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya juga tak kalah istimewa. Kalau ada orang-orang terbelakang dengan alasan agama, itu berarti mereka sendiri yang keliru dalam membaca Islam. Atau jika mungkin sudah tepat dalam membacanya, mereka tidak mengimplementasikan dengan sebagaimana mestinya.

Baca Juga  Membangun Peradaban Islam

Ajaran Islam pada dasarnya meliputi segala aspek kehidupan. Di antara sekian banyak dan sekian luas ajaran Islam, ada lima ajaran pokok yang dipredikati sebagai rukun Islam. Ajaran tersebut meliputi tentang keesaan Tuhan, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Sila pertama dalam Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berketuhanan yang monoteistik. Di antara sekian banyak agama dan sistem kepercayaan di Indonesia bahkan dunia, Islam berdiri paling depan untuk menghadapi kecenderungan manusia menyekutukan Tuhan dengan yang lain.

Umat-umat sebelum atau selain Islam, termasuk Arab pra-Islam, mengakui adanya satu Tuhan yang Maha Tinggi pada dasarnya. Akan tetapi, dalam konsepsinya, di bawah Tuhan yang tertinggi itu ada Tuhan-Tuhan kecil, ada Mahadewa ada dewa saja, ada Tuhan Bapak Tuhan Anak, dan lain sebagainya yang menampakkan Tuhan tidak hanya satu tapi yang dimaksudkan adalah satu. Islam adalah satu-satunya agama yang murni mengesakan Tuhan. Dalam Islam tidak ada permainan teologi, logika dan semacamnya. Tidak ada konsep seperti halnya Trinitas, Tuhan dalam manifestasi Brahma, Wisnu, Siwa, atau apa; dalam Islam Tuhan ya Tuhan, Allah ya Allah, yang satu dan hanya satu.

Terkait ritual peribadatan atau “sembahyang”, dalam agama-agama sebelum atau selain Islam tidak mempunyai aturan yang jelas. Banyak agama yang mengedepankan ‘lembaga kependetaan’ yang berfungsi sebagai perantara seseorang dalam berhubungan dengan Tuhan. Dalam Islam, setiap orang bebas berelasi langsung dengan Tuhannya dan ada rumus detailnya semisal shalat.

Shalat adalah ritual peribadatan yang khas dari Islam. Tata cara dan waktu pelaksanaan shalat telah diatur dan ditetapkan. Hal ini mendidik pentingnya sifat disiplin dan mencegah supaya pikiran tidak melulu mengembara kepada soal-soal material duniawi.

Baca Juga  Catatan Kritis Sokrates terhadap Sistem Demokrasi

Adapun pihak yang mengeluh tentang rumitnya doa-doa dan aturan-aturan shalat; pada dasarnya keluhan itu tidak beralasan sama sekali, karena shalat itu tidak memberatkan bagi orang yang melaksanakannya. Tuhan tidak mewajibkan sesuatu kepada manusia kecuali menurut kemampuannya. Misalnya orang yang sedang sakit, berpergian, perang atau hajat tertentu, terdapat keringanan-keringanan dalam menjalankan shalat.

Tentang zakat, semua agama mengajarkan umatnya untuk bersedekah, saling berbagi, sebagai pernyataan konkret rasa kepedulian dan cinta kasih terhadap sesama. Tetapi hanya agama Islam yang menjadikannya suatu kewajiban. Dalam agama lain, sedekah atau memberi sesuatu kepada orang lain yang memerlukan tergantung kepada kemauan orang per seorangan, sehingga sifatnya tidak teratur dan insidentil.

Islam mengerti akan karakter manusia yang suka lekat dengan kepemilikan duniawi. Jadi, kalau sekadar dianjurkan, hasilnya mungkin tidak jauh seperti infaq Jumat, yang mana sewaktu kotak amal berjalan sampai di hadapan, di antara uang seratus ribu, lima puluh ribu, dua puluh ribu, dan seterusnya, ketemunya paling dua ribu yang masuk ke kotak. Bahkan kalau ada seribu, mungkin itu lebih dipilih. Makanya, terkait perkara ini, Islam memberikan rumus tertentu supaya tetap teratur dan rigid tanpa memberatkan.

Zakat diatur dengan aturan-aturan tertentu baik menyangkut subjek yang mengeluarkan maupun objek yang kepada siapa zakat diberikan. Bagi orang yang akan memberikan zakat, terlebih dahulu hartanya harus mencapai batas atau nisab. Demikian juga kepada siapa zakat itu diberikan, semuanya telah ditentukan misalnya kepada fakir miskin, orang-orang yang terjerat hutang, dalam perjalan, dan baru masuk Islam.

Soal puasa, kebiasaan menjalankan puasa pada dasarnya telah ada sejak zaman kuno dalam setiap agama. Puasa dianggap sebagai media yang ampuh untuk mensucikan jiwa seseorang. Sedangkan dalam Islam, puasa juga dilakukan dengan maksud untuk mengekang hawa nafsu yang dibatasi dalam waktu tertentu.

Baca Juga  Tak Mudah Menjadi Ayah

Dalam agama-agama lain, puasa seringkali dilaksanakan untuk membinasakan daya-daya jasmani dan memajukan asketisme yang tidak sehat. Hal ini disebabkan karena puasa dalam agama lain dilakukan tanpa adanya perhitungan-perhitungan dan aturan-aturan tertentu, tidak memperhatikan kondisi jasmaniah manusia, sehingga cenderung tidak manusiawi dan menyiksa diri.

Dalam Islam, puasa diatur sedemikian rupa. Puasa tidak boleh dilakukan secara terus menerus, dan mesti menyegerakan berbuka jika memang sudah masuk waktunya. Puasa dalam Islam tidak menyiksa diri dan memanjakan diri. Islam mengerti kapan batas limit kekuatan tubuh seorang manusia untuk tidak makan dan minum. Bagi yang sedang sakit, tua renta, dan mempunyai halangan yang lain untuk berpuasa, Islam memberikan aturan tersendiri untuk itu.

Adapun terkait haji, kewajiban menjalankannya adalah bagi orang yang mampu baik fisik maupun perjalanan dan mempunyai cukup persediaan bagi keluarga yang ditinggalkan. Beribadah haji tidak mengikat kepada mereka yang memang tidak mampu dan kepayahan. Dengan beribadah haji, berziarah ke Mekkah dan Madinah, umat Islam diingatkan kepada perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan Islam. Ibadah haji mengajarkan untuk kita membangun ikatan persatuan dan persaudaraan dalam keimanan. Ibadah haji mengajarkan umat Islam supaya bersatu padu, kompak, berkiblat dan berorientasi pada satu titik yang sama, menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Islam adalah agama yang istimewa. Islam telah merevolusi pemikiran kuno dan menjadi pusat peradaban dunia. Islam telah menghasilkan banyak tokoh dan ilmuwan dalam bidang astronomi, matematika, arsitektur, filsafat, kedokteran dan banyak lagi yang lainnya. Dulu, banyak kalangan Barat belajar di institusi-institusi Islam baik di Baghdad, Kairo, dan Spanyol sehingga melahirkan renaisans sebagai titik tolak kejayaan Barat. Sekarang? (mmsm)

Mohamad Khusnial Muhtar Santri dan Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya