Cinta adalah bagian hidup dari manusia, tiap orang pernah merasakan cinta dalam hidupnya, tanpa cinta hidup kurang akan maknanya, implementasi cinta bisa ia realisasikan kepada apa saja, bisa berupa pekerjaan, harta, kekasih, atau orang tua, namun jika kita menjadikan opsi pertama cinta kita adalah tuhan maka itulah kunci kebahagiaan hidup sebenarnya.
Dikalangan pemuda cinta adalah sesuatu yang menerpa dirinya, hasrat ingin merasakan cinta mereka tumpahkan dengan yang bukan mahramnya, berbalut dengan kemesraan yang lazimnya dilakukan oleh pasangan halal, perbuatan tersebut dijadikan pelampisan hawa nafsu yang menggelutinya. Hal itu mereka lakukan karena untuk mencapai kata pernikahan mereka belum cukup dari segi dhohir batinnya namun, hati mereka penuh dengan gairah ingin mencinta, problem itu menghasilkan jalan tengah yakni dengan berpacaran.
Islam tidak membenarkan adanya pacaran, sekian banyak orang pun mengetahui bahwa Islam mengharamkan pacaran. Namun dewasa ini, kata pacaran adalah sesuatu yang lumrah terjadi dikalangan pemuda dengan argumen untuk mencari atau menyeleksi siapa yang akan menjadi jodoh kita nantinya. Jodoh merupakan takdir tuhan yang sudah ditetapkan saat peniupan ruh ketika 4 bulan didalam kandungan, namun apakah jodoh adalah takdir tuhan yang bisa diubah?
Jodoh bisa diubah dengan do’a dan usaha seseorang. Disini banyak orang yang salah kaprah dengan mengartikan usaha mencari jodoh dengan pacaran. Jika memang berniat serius maka seharusnya jalan yang ditempuh adalah jalan yang membuat Allah ridho terhadap kita. Jadi usaha sebenarnya dalam mencari jodoh adalah memperbaiki kualitas diri masing-masing dengan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah mengungkapkan bentuk cinta kepada hambanya
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi”.
Hadis diatas menunjukkan begitu manisnya menjalin cinta dengan pencipta, Allah menjanjikan apapun yang ia minta, dan perlindungan Allah selalu menyertai orang-orang yang mencintainya. Dalam mencari cinta sejati, manusia harus mengenal terlebih dahulu siapa yang harus dicintainya yakni Allah SWT. Ketika seseorang telah jatuh cinta kepada manusia keinginan selanjutnya adalah memilikinya, dia akan melakukan segala cara agar bisa mendapatkannya.
Disini kita harus benar-benar bisa menyeleksi siapa yang akan kita pilih, karena jodoh yang dipilih akan menjadi teman hidup hingga akhir hayat, sebisa mungkin jodoh yang dipilih adalah yang bisa saling membawa kepada kebaikan untuk mencapai tujuan hidup sesungguhnya yakni mencapai ridho Allah. Gus Baha’ juga pernah berdawuh” Jodoh adalah teman yang bisa diajak ibadah, karena ibadah adalah sebuah bentuk kita dalam mensyukuri nikmat Allah, dan ketika dalam ibadah telah menemukan nikmatnya ibadah, maka akan timbul nikamt-nikmat yang lainnya.”
Kisah nabi Yusuf dengan Zulaikha dapat dijadikan ibrah untuk masa sekarang yaitu ketika Zulaikha sangat tergila-gila dengan Yusuf dan berusah mengejarnya, maka Allah menjauhkannya dengan mengabulkan do’a yusuf agar dimasukkan ke dalam penjara, namun ketika Zulaikha berhenti mengejar cinta Yusuf dan mulai mendekatkan diri dengan Allah maka Allah mendatangkan Yusuf untuk Zulaikha. Dalam QS An-Nur : 26
الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik”
Sebisa mungkin kita perbaiki kualitas diri, karena yang akan menjadi jodoh kita nantinya adalah cerminan dari diri sendiri. Jika diri kita baik maka Allah akan temukan dengan pasangan yang mempunya indikasi baik pula, begitu juga sebaliknya. Kadangkala jodoh bukan berupa cerminan diri, namun berupa kebalikan sifatnya, seperti Allah menjadikan Asiyah yang merupakan wanita yang taat kepada Allah sebagai istri Fir’aun yang durhaka kepada Allah, begitu pula nabi Nuh yang istrinya tidak patuh terhadapnya dan juga membangkang perintah Allah.
Jadi sebenarnya Allah ingin mendatangkan hidayah kepada mereka dengan menjadikannya berpasangan, walau begitu mereka bebas mencari jalannya sendiri dengan tetap ingkar atau beriman. Cinta adalah karunia Allah yang ditanamkan di hati manusia, untuk menemukan cinta sejati harus melibatkan Allah SWT, jangan hanya berlandaskan hawa nafsu semata, karena hubungan yang hanya dibentuk dengan asas hawa nafsu akan berantakan dengan sendirinya.