Toleransi Umat Beragama

2 min read

Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, sampai-sampai Islam menduduki peringkat pertama pemeluk terbanyak di Indonesia. Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang pluralistis dan ini merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari lagi. Tidak dipungkiri juga bahwasanya pluralitas ini ada di Kabupaten Blitar yang menjadi tempat tinggal saya yang terdapat dibagian selatan Provinsi Jawa Timur. Keragamaan dalam beragama di Kabupaten Blitar ini menjamin para pemeluk agama berbeda untuk melakukan ajaran sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Namun, dalam keberangaman beragama bisa menjadi bencana yang mengandung potensi konflik dalam keberagaman beragama. kenyataan sosial sekarang ini, pluralitas agama ini tidak jarang menjadi masalah (problem), dimana agama satu sisi dianggap sebagai hak pribadi, namun disisi lain hak ini memiliki sosial yang luas dalam kehidupan masyarakat.  Masing-masing agama menyakini bahwa ajaran dan nilai-nilai yang dianutnya harus disebarkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dalam hal ini, agama dijadikan gesekan-gesekan yang mengakibatkan konflik dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing-masing dan berpotensi menjadi konfik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural.

Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Adapun agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia saat Era Reformasi sekarang ini adalah agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, adat istiadat yang masih melekat di masyarakat menbuat kearifan budaya yang beragam, dengan itu juga keislaman berbaur dengan indah di sini.

Dengan adanya hal tersebut, ada sedikit problem paling besar dalam kehiduapan beragama pada saat ini adalah menggali kesadaran teologis dalam beragama yang salah satunya toleransi. Dalam memelihara keragaman keyakinan beragama dalam konteks kerukunan, diperlukan suasana yang saling memahami satu sama lain dan saling menghormati diantara berbagai penganut agama.

Baca Juga  NU, Gus Dur, dan Modernitas

Salah satu cara untuk sampai pada suasana rukun. Saling pengertian dan menghormati adalah upaya memahami doktrin yang berkaitan dengan prinsip-prinsip beragama dengan keyakinan agama yang berbeda, dibuktikan dengan adayanya perayaan yang bercampurkan budaya dan berbaurnya masyarakat tanpa meninggalkan tradisi terta menambahakan ajaran keislaman.

Islam memandang perbedaan sebagai fitrah dan sunnatullah yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Sebagai ketetapan Tuhan, adanya perbedaan dan pluralitas ini harus di terima dengan lapang dada oleh umat manusia. Sebagian orang yang tidak bisa menerima adanya pluralitas berarti mereka mengingkari ketetapan Tuhan. Toleransi menjadi satu ajaran yang sangat penting yang dibawa dalam setiap beragama, tidak terkecuali pada sistem teologi Islam.

Toleransi dalam hidup beragama yang diajarakan Islam pada pemeluknya juga diterapkan secara seimbang akan melahirkan wajah Islam yang inklusif, terbuka, ramah dan selaras dengan misi Islam yang “rahmatan lil alamin”. Dalam perwujudan islam yang  “rahmatan lil alamin” ini bahwa pandangan-pandangan inklusivitas sangat diperlukan pada hari ini, yang di mana perkembangan dan kemajuan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi).

Di sini diperlukan sikap saling mengerti dan memahami satu sama lain, dengan kemungkinan mencari dan menentukan titik kesamaan yang diperintahkan oleh Allah SWT yang dicantumkan dalam al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an sudah tegas bahwasanya melarang pemaksaan suatu agama kepada orang, entah sebenar apapun agama itu, karena hanya Allah SWT yang mampu memberi petunjuk kepada seseorang. Namun, demi kebahagiannya sendiri, manusia harus terbuka kepada setiap ajaran atau padangan, kemudian bersedia orang itu mengikuti mana yang terbaik.

Kerukunan hidup antaragama, berkaitan erat dengan doktrin Islam tentang hubungan antar sesama manusia dan hubungan antara Islam dengan agama-agama lain dan berkaitan dengan pengalaman manusia sendiri dalam hubungannya dengan agama-agama yang dianut oleh manusia. Menurut Islam, manusia berasal dari satu asal yang sama, yaitu keturunan Nabi Adam dan Hawa.

Baca Juga  Hubungan Islam dan Kekuasaan Menurut Al-Amiri

Dari sinilah kemudian manusia berkembang menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan kebudayaan dan peradaban masing-masing. Perbedaran ini mendorong manusia unuk saling mengenal satu sama lain. Dalam pandangan Islam, perbedaan umat manusia bukanlah karena warna kulit dan bangsa, tetapi hanyalah tergantung kepada INTAQ (iman dan taqwa) seseorang manusia tersebut kepada Allah SWT.

Tercipta atau tidaknya toleransi antarumat baragama dapat memberikan dampak tertentu pada masyarakat yang bergantung pada dua faktor, yaitu faktor internal dalam agama itu sendiri dan faktor eksternal didalam masyarakat. Dapat di simpulkan bahwa setiap perbedaan ada sebuah keistimewaan, islam sendiri berbaur dengan keislaman itu sendiri, ada berbagai penghias dalam masyarakat. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. (mmsm)