Sebelumnya: Menara Kudus: Riwayat Sebuah Penerbit… (1)
Setelah melalui proses penerbitan yang panjang, penulis menyajikan data tentang jenis-jenis terbitan penerbit Menara Kudus dan proses distribusinya. Terdapat tiga klasifikasi dan karakteristik terbitan Menara Kudus yang terdiri dari kitab dan buku, mushaf al-Qur’an, dan almanak menara Kudus.
Ketiga kategori itu memiliki pembaca setia yang berasal dari kalangan pesantren mengingat beberapa kontributor tulisan Menara Kudus merupakan kiai-kiai yang memiliki jaringan pesantren di wilayah Jawa. Selain itu, konsumen terbitan Menara Kudus juga berasal dari umat Islam yang berada di berbagai area rural, hingga umat Islam secara umum yang tidak familiar dengan sistem pesantren maupun madrasah.
Jaringan distribusi terbitan Menara Kudus yang mampu menjangkau berbagai wilayah Indonesia dan sekitarnya tidak terlepas dari metode distribusi yang dilakukan. Pada awalnya, penerbit Menara Kudus melakukan pemasaran melalui penawaran pada toko-toko buku secara langsung yang kemudian berkembang menjadi sistem distribusi melalui pemesanan.
Selain itu, perluasan jaringan di pondok pesantren menjadi salah satu metode paling berhasil melalui pemasaran non-komersil oleh para kiai dan pemuka pesantren. Penerbit Menara Kudus pun memiliki sistem distribusi resmi dengan mendirikan perwakilan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Kudus, dan Surabaya. Meski demikian, penerbit Menara Kudus pun secara terbuka menyalurkan distribusi kepada toko-toko independen dengan skala yang lebih kecil.
Posisi penerbit Menara Kudus dalam proses transisi ilmu pengetahuan di kalangan pesantren sangatlah krusial, hal ini dinisbahkan pada peran penerbit Menara Kudus sebagai transmitter (meminjam istilah penulis) ilmu pengetahuan sekaligus pengorbit karya-karya kiai.
Lebih lanjut, dari dua peran penting penerbit Menara Kudus yang telah disebutkan sebelumnya, firma ini juga memiliki posisi penting sebagai salah satu pendukung utama dalam keberlangsungan ajaran-ajaran Islam tradisionalisis. Penerbit Menara Kudus juga menjadi bagian penting bagi upaya pelestarian tradisi tulis dalam bahasa Jawa menggunakan aksara Arab pegon yang bermuara pada keberlangsungan pondok pesantren di Indonesia.
Buku ini memberikan suatu perspektif baru dalam pemetaan studi perkembangan Islam di Indonesia. Satu corak menarik yang diberikan oleh buku ini adalah analisis mengenai sebuah firma penerbit, sebuah pendekatan yang masih jarang ditemukan pada studi perkembangan Islam di Indonesia dan masih didominasi oleh studi tentang literatur dan gerakan keagamaan.
Hal yang paling menarik dari buku ini adalah sudut pandang penulisan yang menitik beratkan pada proses pendirian hingga perkembangan penerbit Menara Kudus yang disajikan secara sistematis dan kronologis. Tentu saja, metode penulisan ini mempermudah bagi para pembaca baik yang telah bergelut dalam bidang ini maupun yang belum familiar sama sekali. Bahasa penulis yang lugas juga menjadi ciri khas tersendiri sehingga saat membaca buku ini seolah berbincang langsung dengan penulis.
Secara keseluruhan, buku ini sangat direkomendasikan bagi akademisi yang memang mengkaji tentang perkembangan keislaman di Indonesia melalui perspektif baru. Meski demikian, akan jauh lebih menarik jika kelanjutan dari karya ini menganalisis tidak hanya mengenai penerbit Menara Kudus secara historis maupun institusinya, tetapi juga kedudukannya sebagai agensi dari Islam tradisionalisis.
Salah satu highlight yang dapat dipotret dari buku ini adalah bagaimana penerbit Menara Kudus menunjukkan resiliensinya di tengah gempuran gerakan Islam modernis dan populis hingga perkembangan terkini. Dengan demikian, akan dapat ditarik analisis secara lebih general dengan konteks Indonesia maupun global tentang agensi penerbit Menara Kudus dan resiliensinya sebagai bagian dari pelestari Islam tradisionalisis. (mmsm)