Azma Zuhayda Arsyada Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang

Membaca Dziba’, Mengenang Rasul

1 min read

Bulan Rabiul Awal datang lagi. Di bulan yang dinantikan oleh umat Nabi Muhammad saw ini, tradisi pembacaan dziba’ dan barjanzi biasanya kembali digalakkan di masjid-masjid dan musala-musala, sebagai ekspresi kebahagiaan dan pembangkit semangat umat Islam.

Dziba’ adalah karya dari seorang ahli hadis bernama Imam Wajihuddin ‘Abdur Rahman bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali bin Yusuf bin Ahmad bin ‘Umar ad-Diba`i asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidi asy-Syafi`i, atau yang biasa dikenal dengan ad-Diba’i.

Karya ini berisi kisah-kisah kenabian Muhammad saw serta merupakan kumpulan narasi dan syair yang panjang. Biasanya umat Muslim akan membacanya dengan menggunakan nada-nada dan melodi indah sebagai pengiring, agar bacaan dziba’ terasa ringan sekaligus enak didengar, serta memberikan sensasi membahagiakan.

Ketika membaca dziba’ orang akan dijalari perasaan senang dan bahagia karena di dalamnya terdapat banyak sekali kutipan yang membuat takjub dan memukau orang yang mampu memahami dan menyelami maknanya. Salah satu yang sangat mengesankan adalah bagian al-Hadits Ats-Tsani, yang merupakan kutipan hadits riwayat Atho’ bin Yasar dari Ka’b al-Ahbar:

“Ayahku tidak mengajarkanku Kitab Taurat kecuali satu pembahasan. Beliau lalu menutupnya kemudian memasukkannya ke dalam peti. Ketika ayahku wafat, maka aku membukanya, di dalamnya ditemukan bahwa seorang Nabi akan muncul di akhir zaman, tempat lahirnya berada di Makkah, tempat singgahnya di Madinah, kekuasaannya bertempat di Syam, yang memendekkan rambutnya sampai pada ukuran yang pas panjangnya,

Dalam kutipan ini, Rasulullah dicirikan dengan sebagai seseorang yang potongan rambutnya pas, tidak telalu panjang dan tidak telalu pendek. Kutipan lainnya berbunyi:

“Beliau merupakan sebaik-baik para Nabi dan umatnya merupakan umat yang paling baik. Umat yang selalu mengagungkan Allah dalam setiap kemulyaan Nya, Umat yang selalu berbaris dalam sholat sebagai mana berbarisnya para prajurit dalam peperangan,

 “Hati mereka tak berhenti memuji Allah dalam setiap waktu sibuk dan luangnya. Sepertiga dari mereka akan masuk surga tanpa hisab. Sepertiga lagi akan datang dengan dosa dan kesalahannya yang kemudian diberikan ampunan kepada mereka. Dan sepertiga yang lain akan datang dengan dosa dan kesalahan mereka yang amat besar. Allah memerintahkan malaikat untuk kembali mencari yang tertinggal di antara kerumunan umat yang berdosa besar tadi. Lalu malaikat berkata ‘Wahai Tuhan kami, mereka itulah orang-orang yang berlebihan terhadap dirinya dan kami menemukan amal keburukan mereka yang besarnya bagaikan gunung. Hanya saja mereka adalah orang-orang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah Rasul Allah.’

Kemudian Maha Besar Allah menjawabnya ‘Aku tidak akan menjadikan orang yang paling tulus bersaksi terhadapKu sebagaimana orang yang mendustakanKu. Masukkanlah mereka ke surga dengan rahmatKu’ ”

Beberapa kutipan dari dziba’ di atas jelas memberi makna mendalam bagi pembaca yang menyadarinya. Tentu tidak hanya kutipan ini yang memiliki arti mendalam. Masih banyak lagi narasi dan syair yang terdapat dalam dziba’ memiliki kisah luar biasa apabila kita menyadarinya.

Baca Juga  Orang Muhammadiyah Hidup Enjoy di Lingkungan NU (1)

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita sebagai umat Islam memiliki kegembiraan yang mendalam menyambut bulan Rabiul Awal ini, sebagai bulan kelahiran Nabi panutan manusia dan pembawa rahmat untuk semesta alam. Dengan membaca kisah-kisah tentang beliau, semisal dengan pembacaan dziba’, kita seolah-olah terbawa arus mengarungi dimensi waktu saat Rasulullah saw masih hidup. Allahumma shalli ‘ala Muhammad. []

Azma Zuhayda Arsyada Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang