Menjemput Lailatul Qadr Pada 10 Hari Terakhir Ramadan

Berangkat dari sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, bahwa bulan ramadan dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama adalah rahmat, kedua maghfiroh, dan ketiga, pembebasan dari api neraka. Tidak terasa, saat ini kita sudah memasuki fase ketiga, itu artinya ramadan akan segera berakhir. Pada fase ketiga inilah ummat islam dianjurkan untuk lebih banyak lagi dalam melakukan ibadah, fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan). Sebab pada momen ini kita akan dipertemukan dengan satu malam yang disebut Lailatul Qadr. Satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada 1000 bulan.

Malam Lailatul Qadr

Lailatul Qadr merupakan malam yang penuh keistimewaan dan kemuliaan, pada malam ini ummat muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan berdoa. Malam ini juga disebutkan dalam al-Qur’an surah al-Qadr ayat 1-5 yang artinya

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada malam al-Qadr”.

“ dan apakah yang menjadikan engkau tahu apakah lailatul qadar?”

“lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan”

“turun malaikat-malaikat dan ruh padanya dengan izin tuhan mereka untuk mengatur segala urusan.”

““salam ia sampai terbit fajar”

Ayat di atas memilki kaitan dengan proses turunnya Al-Qur’an. Dalam prosesnya al-Qur’an menggunakan kata anzalna dan nazzalna. kata anzala digunakan untuk menunjukk kepada turunnya sesuatu secara utuh sekaligus, sedangkan kata nazzala digunakan untuk turunnya sesuatu sedikit demi sedikit atau berangsur-angsur. Dalam hal ini, al-Qur’an diturunkan sekaligus dari lauhul Mahfuzh ke langit dunia, yang kemudian diturunkan secara berangsur-barangsur dari langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW yang dibawa oleh malaikat Jibril selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.

 Setelah membahas proses turunnya al-Qur’an ayat selanjutnya mengisyaratkan kehebatan lailatul qadr dengan gambaran lebih baik dari seribu bulan. Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa terdapat empat pendapat terkait makna al-Qadr. Pertama, penetapan Allah atas perjalanan hidup hambanya selama setahun. Kedua, pengaturan. Allah mengatur khittah atau strategi Nabi Muhammad dalam mengajak manusia kepada kebaikan. Ketiga, kemuliaan. Allah telah menurunkan al-Qur’an pada malam yang mulia. Keempat sempit, maksudnya pada malam turunnya al-Qur’an, malaikat begitu banyak ke bumi sehingga bumi terasa penuh dan sesak.

Wahbah az-Zuahili dalam Tafsir al-Munir menjelaskan bahwa ketika malaikat turun, mereka melihat di bumi berbagai macam ibadah yang belum pernah mereka lihat yang dilakukan oleh para penduduk langit. Mereka juga mendengar suara penyesalan para ahli maksiat yang lebih dicintai oleh Allah daripada suara tasbih.

Dalam hal, ini jika malam lailatul qadr dikaitkan dengan turunnya al-Qur’an maka sangat jelas bahwa pada satu malam tersebut wahyu Allah SWT dapat menerangi alam raya, memberi petunjuk kebahagiaan ummat manusia. Sehingga tidak berlebihan jika Allah SWT menggambarkan malam tersebut lebih baik dari seribu bulan.

Adapun terkait kapan lailatul qadr itu datang, Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah mengatakan bahwa para ulama berbeda pendapat terkait turunnya lailatul qadr. Imam Hasan Al Bashri mengatakan malam tersebut jatuh pada 17 ramadan, sebagian berpendapat pada malam pertama bulan ramadan, sebagian juga berpendapat malam lailatul qadr tidak pada malam tertentu tetapi berganti-ganti selama bulan Ramadan. Tetapi jumhur ulama sepakat bahwa lailatul qadr turun pada 10 terakhir bulan ramadan terutama pada malam ganjil.

Melakukan I’tikaf

Salah satu cara untuk mendapatkan lailatul qadr adalah dengan melakukan i’tikaf. Meskipun para ulama berbeda pendapat terkait waktu lailatul qadr, Di Indonesia umumnya ummat muslim melakukan i’tikaf pada 10 terakhir pada bulan ramadan. Dalam al-Qur’an Allah telah menyinggung sedikit mengenai i’tikaf pada surah al-Baqarah ayat 187

وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ

“Dan janganlah kamu campuri mereka (istri-istri) sedang kamu beri’tifa dalam masjid”. (QS. Al-Baqarah: 187)  

Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan bahwa i’tikaf yaitu berdiam diri beberapa saat atau sebaiknya beberapa hari untuk merenung di dalam masjid. sebagai salah satu variasi dalam beribadah I’tikaf sangat dianjurkan khususnya pada bulan Ramadan. Biasanya umat islam melakukan i’tikaf pada malam hari hingga menjelang sahur bahkan terkadang beberapa masjid menyediakan fasilitas sahur gratis bagi yang melakukan i’tikaf.

Dalam proses i’tikaf disunnahkan untuk membaca dzikir, shalat malam membaca al-Qur’an sekaligus menyelami makna-makna dari setiap ayat al-Qur’an dan muhasabah diri. Sebab, lailatul qadr bukanlah hal yang dapat dilihat oleh mata melainkan dapat dirasakan melalui hati dan jiwa sehingga  orang yang mendapatkanya akan merasakan kedamaian, ketenangan yang pada akhirnya dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Bahkan menurut Quraish Shihab, bagi seseorang yang telah mendapatkan lailatul qadr, jika dia berbuat dosa maka secara sadar dia mengakui kesalahannya dan mengantarkannya untuk lebih dekat dan bertaubat kepada Allah SWT. Nah, kesadaran itulah yang menjadi bukti bahwa dia telah mendapatkan lailatul qadr.

Oleh sebab itu dalam rangka menjemput lailatul qadr mari kita manfaatkan 10 hari terakhir bulan Ramadan ini untuk memperbanyak ibadah agar lebih dekat kepada Allah SWT dengan cara melakukan i’tikaf di masjid. Tentu saja harapannya adalah agar kita bertemu dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu. 

Wallahua’lam 

0

Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta

Post Lainnya

Arrahim.id merupakan portal keislaman yang dihadirkan untuk mendiseminasikan ide, gagasan dan informasi keislaman untuk menyemai moderasi berislam dan beragama.