Fenomena Hijrah Mantan Psk Di Putat Jaya Barat Surabaya

2 min read

Mungkin banyak masyarakat yang berfikir bahwa orang yang melakukan aktifitas seks sebagai pekerjaan kurang mengetahui agama, padahal banyak dari mereka yang tau agama dan bahkan memahami bahwa di dalam hukum Islam tidak diperbolehkan melakukan prostitusi. Salah satu ketua pengajian yang menaungi mantan PSK pernah mengatakan bahwa ”saya sampai terkejut mengetahui bahwa mantan PSK yang saya naungi bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan menggunakan tajwid yang baik”.

Ada hal lain mengenai mantan PSK yang bercerita kepada pak Suradi selaku pengasuh pengajian tersebut bahwa pada waktu Ramadhan ia ikut melaksanakan sholat Tarawih dan Tadarus jika tidak ada pesanan namun jika ada yang memesan atau pelanggan maka dia tidak melaksanakan sholat tarawih dan memilih melayani tamunya.

Secara umum, ada tiga faktor pemicu yang membuat seseorang melakukan pekerjaan seks ini: Pertama, hobi, hal ini bisa dikatakan sebuah penyakit, meskipun wanita itu notabennya mendapatkan suami yang bertanggung jawab tetapi wanita itu melakukan pekerjaan tersebut, hal ini yang nantinya akan menimbulkan perceraian. Kedua, kekerasan dalam rumah tangga: disini, banyak wanita-wanita yang mempunyai suami namun suaminya suka minum-minuman keras, lebih parahnya lagi suaminya itu berani membawa perempuan lain dan bermesraan dihadapan istrinya.

Hal ini yang membuat istri sakit hati dan membuat dirinya melakukan pekerjaan sebagai PSK. Ketiga, Ekonomi: seperti halnya hidup di kota Surabaya yang sangat keras ini disertai tidak adanya pekerjaan yang pasti dan kebutuhan yang banyak, hal ini akan memicu wanita-wanita untuk masuk atau terjun kedalam pekerjaan sebagai PSK.

Seperti hal nya ibu Yah (nama samaran), seorang mantan PSK dari Blitar yang sempat penulis wawancarai secara langsung. Bu Yah mengaku, penyebab dia menjadi PSK. Awal mula nya dari hubungan pernikahan yang tidak harmonis, dia ditinggal oleh suaminya bersama kedua anaknya dan tidak diurus serta dia harus merawat orang tuanya yang sudah lanjut usia.

Baca Juga  Perang Tabuk: Ekspedisi Militer Terakhir Nabi Muhammad  

Lalu bu Yah diajak oleh tetangganya merantau, dengan keadaan terpaksa bu Yah ikut tetangganya tersebut dengan niatan mencari rezeki yang halal.  Namun oleh temannya, bu Yah diajak ke Tretes untuk di pekerjakan sebagai PSK, layaknya orang bodoh yang tidak tau apa-apa, bu Yah disuruh untuk melayani custamernya yang berasal dari Jepang dengan dihargai 150 ribu pada tahun 1995. Dengan keadaan yang  tidak tau terhadap pekerjaan yang akan dilakukannya, bu Yah ini menolak ajakan orang Jepang di dalam sebuah kamar yang bisa dibilang sebagai villa, namun untuk merayu ibu Yah supaya mau, orang Jepang tersebut memberi upah tambahan senilai 100 rb, karena mengingat biaya sekolah anak dan kebutuhan orang tuanya di desa, bu Yah akhirnya melakukan pekerjaan tersebut.

Setelah di Tretes bu Yah pernah berjualan di warung, namun pendapatan yang diperoleh dari penjualan tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, karna bu Yah juga harus mengirim uang untuk kebutuhan sang anak dan orang tuanya di Blitar. Kemudian bu yah merantau kembali ke Surabaya dan di Surabaya bertemu dengan laki-laki yang bekerja sebagai supir angkutan umum, bu Yah juga sempat di ajak ke Jawa tengah untuk dinikahi namun bu Yah sendiri tidak mau karena ada rasa khawatir jika dirinya di tipu lagi.

Dan ternyata benar bahwa laki-laki tersebut tidak baik dan mempunyai kebiasaan yang buruk seperti minum-minuman keras. Lalu bu Yah di ajak temannya lagi untuk bekerja sebagai PSK, yang pendapatnya lebih  besar dari sebelumnya, karna bu Yah harus tetap menghidupi kedua anak dan orang tua nya, maka bu Yah ikut bekerja di Dolly.

Baca Juga  Momen Kebersamaan: Menyambut Kebahagiaan dan Keindahan di Hari Raya Idulfitri

Seiring berjalanya waktu, kedua anak bu Yah sudah berkeluarga, anak laki-laki bertempat tinggal di Blitar sedangkan anak perempuan, menantu dan cucu nya tinggal di Surabaya bersama Bu Yah di kos-kosan kecil. Alasan mengapa bu Yah masih melakukan aktivitas sebagai pekerja seks, meskipun pada dasarnya Dolly sudah ditutup, dikarenakan faktor ekonomi yang membelit keluarga nya, karena bu Yah menjadi tulang punggung untuk anak perempuan dan keluarganya. Namun terakhir kali penulis bertemu dengan bu Yah, dia sudah berhenti menjadi PSK dan menjalani kegiatan sehari-hari sebagai juru masak di panti asuhan di kota Surabaya.