Alifia Nabila Eka Hapsari Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Fenomena Insecuritas dan Self-Love Di Kalangan Pengguna Media Sosial

1 min read

Fenomena insecure dan self-love saat ini sedang marak digunakan oleh muda-mudi pengguna media sosial. Insecure sendiri merupakan masalah psikologis yang dipengaruhi oleh rasa tidak percaya diri yang membuat penderitanya merasakan perasaan tidak aman, cemas, dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain yang dianggap lebih dari penderita.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Allah Swt telah memberikan yang terbaik untuk setiap hambanya. Seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi:

وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

Allah telah memberikan kepada setiap manusia sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Sebenarnya insecure ini tidak terjadi pada setiap insan. Namun ada beberapa oknum yang dengan sengaja melabeli dirinyahanya untuk menarik khalayak umum demi popularitas atau hanya sekedar ikut-ikutan. Padahal Allah telah menciptakan bentuk manusia dengan sebaik-baiknya, seperti yang tertulis dalam surat At-Tin ayat 4-6 yang menyebutkan bahwa manusia telah diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya.

Lalu bagaimana cara menghilangkan rasa insecure menurut pandangan Islam?. Sebenarnya semua tergantung dari cara berpikir kita. Jika kita terus merasa iri terhadap pencapaian orang lain dan terus berusaha menjadi orang tersebut tanpa melihat potensi diri kita yang sebenarnya maka kita akan terus tertinggal karena mengejar hal yang di luar batas kemampuan kita.

Dari sinilah muncul istilah self love atau mencintai diri sendiri. Namun self love bukan berarti kita menjadi egois dan mengubah self love itu menjadi selfish love. Self love yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa menerima kekurangan kita dan mengembangkan kelebihan kita agar muncul citra diri yang sebenarnya atau agar kita bisa mengaktualisasikan diri.

Baca Juga  Kebangkitan Islam Identik dengan Perang?

Ketika kita sudah bisa menerima kekurangan kita, berarti kita sudah seharusnya bisa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah terhadap kita. Dengan begitu kita bisa hidup dengan tenang tanpa merasakan perasaan iri dengki kepada sesama manusia.

Ketika kita sudah bisa memunculkan citra diri maka kita akan mudah untuk memilih teman. Memilih teman pun menjadi hal yang penting dalam pengembangan rasa percaya diri kita. Jika kita berkumpul dengan orang yang membawa aura positif, tentu saja kita akan tertular aura positif tersebut.

Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, bahwa teman yang baik itu seperti menjual parfum. Meskipun kita tidak membeli parfumnya, kita jadi ketularan oleh bau wanginya. Jadi kita bisa belajar dari orang-orang shaleh bagaimana membesarkan hati dan pikiran.

Menurut Habib Husein, perasaan insecure muncul dari lingkungan yang membawa aura negatif atau dengan kata lain tidak ada yang mendukung kita. Namun jika kita bersama orang-orang yang shaleh inshaallah tidak akan ada yang meremehkan kita.

Lalu selain itu, selalu bersyukur atas nikmat Allah juga bisa menambah rasa percaya diri kita karena orang akan berpikir kita tidak memiliki rasa takut. Padahal yang sebenarnya kita hanyalah bersyukur atas hal-hal kecil yang diberikan oleh Allah agar tidak menyesal dikemudian hari jika kita kehilangan nikmatnya.

Jadi perasaan tidak aman itu akan sedikit demi sedikit berkurang jika kita sendiri dapat menerima apapun yang Allah berikan untuk kita. Percaya pada diri sendiri menjadi hal yang terpenting dalam pengembangan diri kita baik dalam aspek spiritual maupun jasmaniah. (mmsm)

Alifia Nabila Eka Hapsari Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya