Ust. Nurbani Yusuf Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu dan Ustaz di Komunitas Padang Makhsyar yang Tinggal di Batu, Malang.

Kebangkitan Islam Identik dengan Perang?

2 min read

Pholibhius sejarawan Romawi menulis: ‘ketegangan yang hari ini terjadi baik menyangkut politik, budaya, ekonomi, pertahanan adalah semangat lama yang diulang’

Kapan penanda kemunduran kekhilafahan Islam dimulai? Serangan Hulagu Khan terhadap Kekhilafahan Abbasiyah atau serangan telak Mustapha Kemal At Ataturk yang berakibat runtuhnya Khilafah Ottoman di Turki, mungkin keduanya bisa disebut batas akhir kejayaan khilafah Islam. Tapi ini sederhana sekali.

Mengutip Eugene Rogan “The Fall Of The Khilafah”. Setelah kekalahannya di Perang Dunia I, khilafah dituntun untuk melakukan pembagian wilayahnya ke tangan sekutu. Mereka harus melepaskan seluruh wilayah Arab, kemudian wilayah Anatolia Timur. Khilafah Ottoman pun ambruk. Rubuh ditelan sejarah.

Sejak saat itu isu kebangkitan Islam terus digemakan meski dengan nada sumbang— ada yang berteriak bangkit, tapi ada yang keras bertausiyah Kiamat sudah dekat, mana lebih duluan? Kebangkitan Islam atau Kiamat.

Khilafah kembali urung di bentuk. Rivalitas Raja Fuad dari Mesir dan Raja Syaryf Husain dari Saudi tak ada titik temu. Kongres Khilafah tahun 1925 di Cairo membentur tembok. Dua raja itu tak ada yang mau mengalah. Keduanya ingin menjadi khalifah setelah ke-khilafahan Ottoman ambruk digulingkan Kemal Attaturk.

Kongres Khilafah Cairo tak menghasilkan apapun kecuali kecewa yang sangat. Padahal kala itu ada beberapa negara Islam yang belum punya pemerintahan sendiri, banyak yang belum merdeka dan belum punya pemerintahan sendiri. Dan itu kondisi potensial untuk membentuk satu ke-khilafah-an Islam yang berdaulat tapi gagal.

Umat Islam tercerai-berai. Perundingan menyatukan khilafah di Mesir gagal total karena tak ada yang mau mengalah. Di mana mana umat Islam terpuruk dijajah dan ditindas kolonialisme dan imperialisme bahkan tak sedikit yang di murtadkan.

Baca Juga  Inklusivitas Haji melalui Haji Ramah Lansia dan Disabilitas

Ironisnya, Kebangkitan Islam atau tepatnya umat Islam miskin paradigma, tidak pernah jelas apa yang dimaksud., dapat dilihat dari berbagai persepsi tentang kebangkitan umat Islam yang beragam. Banyak yang memaknai kebangkitan Islam sebagai hancurnya kehidupan multikultur, multietnis, multisistem, menjadi kesatuan wilayah, kesatuan agama, dan kesatuan politik. Hanya Islam yang boleh ada, yang lain harus tiada. Kebangkitan ekonomi dimaknai hancurnya sistem ekonomi selain ekonomi Islam, kebangkitan politik dimaknai rubuhnya semua rezim dan orde politik selain khilafah.

Kristen, Hindhu, Budha, Shinto, Zoroaster berikut semua sistem dan tatanan kehidupan selain Islam harus enyah. Ada pikiran Umat Islam bakal hidup sendirian mengelola semesta. Inilah pangkal soalnya.

Hanya Islam agama yang benar, dimaknai sebagai ‘peniadaan’ agama selain Islam secara leterljck. Perang melawan kaum kuffar, perang melawan sistem taghuts lebih dominan dibanding menghidupkan sains dan teknologi untuk membawa umat Islam hidup damai dan sejahtera.

Cara pandang sempit yang mengacaukan. Sebab dengan cara pandang seperti ini yang didapat bukan kedamaian tapi kegaduhan dan bisa jadi malah berbalik menciptakan suasana perang jenis baru. Samuel Huntington pun menyebut Islam sebagai agresor dalam tesisnya tentang benturan peradaban.

Realitasnya ada sebagian umat Islam tak bisa hidup berdampingan dengan lain iman. Bahkan lebih kronis lagi, ada yang tak bisa berdampingan dengan mazhzab dan aliran lain meski satu iman. Berdamai dengan orang kafer, bukan berati membenarkan, tapi keniscayaan sebagai realitas bahwa Tuhan menciptakan keragaman, suku, ras, bahasa bahkan manhaj agar masing- masing berlomba berbuat kebajikan.

Islam itu damai. Seperti pidato politik Rasulullah saw ketika Futhu Mekkah: ‘Rasulullah saw mengumumkan kepada penduduk Makkah:’Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.”

Baca Juga  Hijrah Itu Mempersatukan dan Mendamaikan, Bukan Sebaliknya

Selanjutnya Rasulullah saw bersabda: ‘Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!” Meminjam pidato Rasulullah saw pada Futhu Mekkah maka: ‘Kebangkitan Islam itu bermakna hidup aman dan damai bersama yang lain’.[AH].

Ust. Nurbani Yusuf Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu dan Ustaz di Komunitas Padang Makhsyar yang Tinggal di Batu, Malang.