Asri Sawiji Dosen Ilmu Kelautan UIN Sunan Ampel Surabaya; Departemen Media Moderate Muslim Institute

Suling Bambu: Sebuah Kearifan Lokal Fishfinder Masa Lalu

1 min read

Siapa sangka ternyata kisah film-film Disney seperti Finding Nemo, Finding Dory atau Sponge Bob yang biasa kita tonton di TV ternyata benar adanya? Bahwa ternyata ikan nemo, ikan dory dan si Kapten Squidward benar bisa ngobrol atau bermain musik dengan teman-temannya?

Sebagian dari kita yang pernah snorkeling ataupun menyelam pasti takjub dengan suasana dan keindahan alam bawah laut. Ketika kita menyelam tersebut mengamati terumbu karang dan menemukan ikan kecil, terkadang sering terjadi #eh momen saling tatap dengan ikan seakan mengajak kita berbicara.

Ternyata ikan benar dapat berkomunikasi dengan ikan yang lain atau jangan-jangan dengan manusia juga. Ikan dapat berkomunikasi termasuk mendengus dan berceletuk. Dr. Ghazali dari University of Auckland mengatakan bahwa “Semua ikan dapat mendengar tapi tidak semua dapat membuat suara-suara. Mereka melakukannya dengan menggetarkan kandung kemih untuk melakukan kontraksi”.

Ghazali juga mengatakan ada beberapa spesies ikan, salah satunya ikan gunard memiliki repertoar vokal yang luas dan menghadirkan obrolan yang konstan”. Frekuensi suara yang dihasilkan ikan berada dalam kisaran 100-200 Hz tergantung pada jenis spesiesnya (Rosana, 2018).

Telinga manusia normal dapat mendengar pada frekuensi 20-20.000 Hz. Frekuensi 100-200Hz yang dihasilkan ikan, ditambah pula dengan cepat rambat bunyi di dalam laut yang 5x cepat rambat bunyi di udara, seharusnya membuat kita dapat mudah mendengar suara ikan-ikan ketika bernyanyi tersebut.

Suatu komunitas nelayan tradisional di Probolinggo masih mempertahankan kearifan lokal yang membantu mereka dalam mencari ikan. Jika kita mengenal adanya GPS atau Fishfinder untuk memancing atau mencari ikan, komunitas nelayan itu tidak menggunakan alat modern itu.

Mereka  menggunakan suling bambu sebagai alat bantu untuk mencari keberadaan gerombolan ikan. Ya anda tidak salah baca. Suling Bambu. Mungkin anda membayangkan nelayan bermain suling bambu untuk memanggil ikan? Bukan, mereka tidak membuat suling bambu yang punya 6 lubang.  Suling ini dibuat secara sederhana dari sebilah batang bambu sekaligus bonggolnya (lihat gambar).

Baca Juga  [Resensi Buku] Etika Sufi Ibnu Arabi

Sampai saat ini, beberapa kelompok nelayan masih mempertahankan alat bantu penangkapan ikan yang oleh orang lokal disebut “suling”. Sekarang beberapa dari mereka bergurau dan mengatakan bahwa ini adalah handphone untuk menelpon ikan. Sebuah gurauan yang menurut saya penuh dengan ilmu.

Bagaimana bisa leluhur tanah jawa menemukan ide untuk membuat alat ini dan benar mereka dapat berkomunikasi dengan ikan hanya dengan bantuan sebilah bambu.

Adapun cara untuk menelpon ikan tersebut dilakukan dengan cara mencelupkan batang bambu tersebut ke dalam air secara tegak lurus. Setelah itu, nelayan menempelkan telinganya di bagian bonggol untuk mendengar dengan saksama suara bawah laut. Secara perlahan dengan mematikan mesin kapal dan dengan keheningan debur laut, suara kumpulan ikan dapat terdengar. Semakin jelas suara tersebut, maka ikan semakin dekat dan siap dijaring.

Mendengar kearifan lokal tersebut sangat takjub dengan keluhuran dan peninggalan nenek moyang kita. Suling yang terbuat dari tumbuhan bambu tersebut jelas adalah alat yang ramah lingkungan. Ternyata jika kita jeli dan mengamati, manusia bisa dengan mudah berkomunikasi dengan alam tanpa menggunakan teknologi yang tinggi. Manusia dapat berselaras dengan semesta tanpa melukainya. [MZ]

Asri Sawiji Dosen Ilmu Kelautan UIN Sunan Ampel Surabaya; Departemen Media Moderate Muslim Institute

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *