Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta

Mendekati Masa PPDB, Orang Tua Harus Cermat Memilih Sekolah dan Pesantren Untuk Anak

2 min read

Beberapa bulan lagi Masa PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) sudah akan di buka, bahkan beberpa sekolah baik umum ataupun pesantren saat ini sudah mulai menyebar pamflet PPDB untuk  tahun ajaran 2025-2026. Beberapa dari orang tua juga sudah pasti mencari informasi sekolah-sekolah untuk anak mereka, baik itu sekolah yang berskala internasional ataupun yang biasa saja. Tetapi tentu sekolah yang dicaripun menyesuaikan kemampuan finansial mereka.

Pada masa PPDB orang tua berlomba-lomba untuk memasukkan anaknya kesekolah ataupun pesantren yang telah mereka inginkan karena mungkin sebelumnya telah mencari informasi terkait instansi tersebut. Dalam hal ini orang tua harus benar-benar hati-hati dalam memilih sekolah untuk anaknya karena orang tua memiliki posisi yang paling krusial dan sangat penting dalam mengarahkan mau kemana anak akan dididik, pesantren atau sekolah umum.

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh orang tua sebelum memasukan anaknya ke sekolah atau pesantren adalah sebagai berikut.

Langkah Pertama, Memperhatikan guru. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim Imam Az Zarnuji terdapat tiga kriteria utama dalam memilih guru untuk menuntut ilmu. Pertama yaitu a’lam (lebih alim). Maksud alim di sini adalah orang yang memiliki pengetahuan yng luas dan menguasi terhadap ilmu tersebut. karena dalam menuntut ilmu yang dituju adalah pengetahuan. Oleh sebab itu mencari guru yang pindai, cerdas adalah hal yang paling utama.

Kedua, yaitu wira’i artinya selalu menghindari barang-barang syubhat. Disarankan untuk mencari guru yang wira’i adalah karena terkadangn banyak orang yang berilmu tetapi masih mengambil hak orang lain, seperti korupsi misalkan. selain itu mereka juga menunjukkan kehidupan yang gemerlap dan penuh dengan kemewahan.

Ketiga, ansa (sepuh). Jika kedua opsi di atas sudah di miliki maka opis yang ketiga adalah orang yang sepuh atau yang sudah tua. pada kriteria ketiga ini, dapat diibaratkan seperti kelapa yang semakin tua maka semakin banyak pula santannya. Orang yang sudah sepuh tentu memiliki pengalaman yang lebh banyak. Sehingga dengan pengalaman yang dimiliki membuatnya tampak lebih sarat dengan hikmah dan kebijaksanaan.

Baca Juga  Kisah Munafik Perusak Bumi dalam Al-Qur’an

Langkah kedua yang harus orang tua lakukan adalah memperhatikan lingkungan instansi. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari rekam jejak instansi tersebut baik melalui media internet, alumni ataupun melalui orang-orang yang sudah pernah mendaftarkan anaknya di instansi tersebut. Karena mengingat dalam proses belajar anak-anak perlu didukung dengan fasilitas pendidikan yang memadai, lingkungan yang nyaman, bersih dan aman.

Misal yang dicari adalah pesantren, maka orang tua dapat memperhatikan lingkungan asrama, kebersihan kamar, toilet, kamar mandi serta pergaulan santri di pesantren tersebut. kemudian jika ingin mendaftarkan anak ke sekolah umum maka lihat juga pergaulan, fasilitas belajar yang didapatkan anak. tetapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana instansi tersebut memberikan ilmu kepada para siswa dan santri.

Langkah Ketiga, Melihat Ideologi Keislaman lembaga sekolah atau pesantren. Hal ini perlu dilakukan karena untuk menghindari anak dari pemahaman-pemahaman radikal. Khususnya para Orang tua ingin memasukan anaknya ke pesantren, maka orang tua harus mengetahui apakah nilai-nilai Islam yang diajarkan di pesantren tersebut tidak berlawanan dengan ideologi pancasila. jangan sampai setelah belajar di pesantren tersebut pemikiran anak menjadi salah dalam memahami Islam. Sama halnya dengan sekolah umum orang tua harus melihat juga apakah sekolah tersebut terindikasi pemahaman radikal atau tidak. Hal ini dapat dilihat melalui organisasi Islam yang ada di sekolah.

Menuntut Ilmu di Pesantren atau Non Pesantren Sama Saja  

Pesantren merupakan salah satu pendidikan Islam yang banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Baik dari kalangan bawah, menengah, sampai atas. Hal ini tentu tidak mengherankan karena secara Intelektual dan spiritual pesantren telah banyak mencetak generasi muda yang paham agama, pintar, cerdas dan beradab dari masa kemasa. Mungkin dulu masih banyak yang mengira bahwa pesantren hanya bisa mengajarkan mengaji saja. Namun, hari ini seiring dengan berkembangnya sistem pendidikan, pesantren mampu mencetak generasi yang tidak hanya islami tetapi juga paham dengan teknologi.

Baca Juga  Beragama Jangan Hanya Modal Dengkul

Di sisi lain, sekolah umum yang non pesantren juga tidak kalah modern. Jika pesantren hari ini fokus pada dua sisi yaitu Islam dan sains maka sekolah non pesantren juga menunjukkan pentingnya belajar keislaman. Hal ini terlihat dari beberapa kegiatan-kegiatan islami yang diadakan di sekolah, seperti pesantren kilat, mabit (Malam Bina Iman dan Takwa) dan lain-lain. Hanya saja intensitas belajar keislaman tidak sama dengan yang ada di pesantren.

Sebenarnya baik pesantren dan non pesantren keduanya sama saja, yang membedakan kemauan anak untuk belajar. Walaupun demikian melihat banyaknya kasus yang terjadi akhir-akhir ini membuat orang tua harus lebih hati-hati dalam memilih sekolah atau pesantren untuk anak mereka. Wallahua’lam

 

Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta