Yogyakarta – Jaringan GUSDURian bekerja sama dengan INFID (International NGO Forum on Indonesian Development) menyelenggarakan pelatihan bertajuk “Menjadi Fasilitator Keberagaman” di Yogyakarta pada 1 sampai 3 Juli 2023. Kegiatan yang bertema “Menjadi Fasilitator Keberagaman” dan menggunakan Modul Youth Camp “Muda Toleran” ini diikuti oleh 30 peserta yang dipilih berasal dari alumni Youth Camp 2022, Youth Fellowship INFID, dan Jaringan GUSDURian. Mereka merupakan orang muda yang memiliki semangat untuk berkontribusi dalam memajukan kerukunan dan menghargai keberagaman di Indonesia.
Kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk menyiapkan orang muda yang mampu menjadi fasilitator keberagaman dengan pemahaman tentang Modul Youth Camp “Muda Toleran” 2023 yang lebih komprehensif. Dengan demikian, peserta pelatihan ini diharapkan mampu mempromosikan keberagaman di komunitasnya dan berkontribusi secara aktif dalam upaya mewujudkan perdamaian yang berkeadilan. Hal ini sejalan dengan komitmen INFID dan Jaringan GUSDURian untuk mendukung dan mendorong terciptanya masyarakat yang inklusif, beragam, dan toleran di Indonesia.
Dalam sambutannya, Iwan Misthohizzaman selaku Direktur Eksekutif INFID mengatakan, “Keberagaman memiliki banyak makna positif. Belajar keberagaman sejak dini dapat menumbuhkan rasa menghargai terhadap berbagai bentuk perbedaan,” ungkap pria yang akrab disapa Cak Iwan tersebut.
Menurutnya, rasa menghargai tersebut dapat muncul lebih awal dan bertahan lebih lama. Dirinya berharap melalui pelatihan ini orang-orang muda yang hadir sebagai peserta dapat menjadi fasilitator yang bermanfaat untuk menciptakan lingkungan yang toleran, dengan penggerak dari orang-orang muda yang menjadi sasaran para fasilitator.
“Adanya orang-orang muda yang meyakini toleransi dan menghargai keberagaman akan menjadi investasi jangka panjang yang dapat menjadi sumbangsih penting bagi Indonesia yang damai di masa depan,” pungkasnya.
Sementara itu, Jay Ahmad selaku Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian menekankan peran penting fasilitator selama pelatihan ini.
“Saya berharap teman-teman di sini nantinya akan menjadi fasilitator keberagaman di komunitasnya masing-masing dan dapat memainkan peran yang kuat dalam menjaga tradisi perdamaian serta keadilan di tengah kondisi keberagaman Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. Nah, mengapa keadilan itu penting? Karena substansi perdamaian adalah keadilan itu sendiri,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pelaksana Yayasan Bani Abdurrahman Wahid tersebut.
Adapun Modul Youth Camp “Muda Toleran” yang digunakan dalam pelatihan ini memiliki beberapa topik dan tujuan yang lebih spesifik. Modul ini bertujuan untuk mengenalkan peserta pada keberagaman sosial, meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, menghindari prasangka, memahami keadilan sosial melalui cara pandang Gus Dur, dan mampu menganalisis fenomena sosial menggunakan teori U-Process. Selain fokus pada nilai-nilai toleransi, empati dan kesetaraan, modul ini juga menerapkan empat prinsip dalam proses penggunaannya yaitu stop diskriminasi, stop pelecehan seksual, stop kekerasan berbasis gender, dan stop kekerasan seksual.
Sementara itu, para fasilitator pelatihan ini merupakan orang-orang yang berpengalaman dan kompeten di bidang isu keberagaman. Mereka antara lain Wahyuni Della Sari, Tim Pengembangan Penggerak dan Komunitas Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, Marleni Adiya dan Faizi Raziqi, tim fasilitator Jaringan GUSDURian. Mereka adalah tim Fasilitator Youth Camp “Muda Toleran” 2022. Pelatihan ini juga melibatkan beberapa narasumber yakni Siti Munawaroh dari Tim Jaringan dan Advokasi Jaringan GUSDURian, yang akan berbagi pengalaman seputar dasar fasilitasi, teknik, metode, dan media fasilitasi. Selain itu, Jay Ahmad, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian juga akan berbagi wawasan terkait paradigma fasilitator Jaringan GUSDURIan serta pengalamannya sebagai fasilitator. [AA]