Kalis Mardiasih dalam forum Content Writers menyampaikan soal Digital Story Telling, bagaimana rumus- rumus memproduksi konten di media sosial bagi komunitas penggerak Gusdurian daerah dan juga membahas cara membuat personal branding, pada Sabtu (12/12) malam.
Lanjut Kalis dalam forum yang diselenggarakan melalui ruang zoom , dulu saat saya masih menjadi mahasiswa menulis secara rutin melalui media lama , koran cetak. Saat ini kita memasuki era media baru, apa bedanya media lama dengan media baru ?. Media baru memberlakukan setiap orang sebagai user, setiap user sekaligus juga merupakan media atau channel yang dapat mengisi informasi, membagi informasi dan saling berinteraksi dengan user lainya.
Saat ini derajat kita semua sama dengan pemilik media Kompas.com , Tempo.com , Liputan 6.com karena setiap dari kita asal punya account baik itu di Facebook, Twitter, Instagram atau Youtube kita sebetulnya adalah pemilik media. Kita sebetulnya punya channel sendiri yang bisa memproduksi informasi , bisa membandingkan informasi dan bisa saling berinteraksi dengan user lainya, kata Kalis dalam forum Temu Nasional (TUNAS) 2020.
Ciri- ciri media baru menurut Kalis banyak sekali, pertama ia dikonsumsi dengan beragam gawai kemudian media baru itu interaksi atas konten itu terjadi real time, jadi kalau zaman Koran ada orang yang tidak setuju dengan tulisan saya itu dia akan mengirim surat ke dapur redaksi. Kalau beruntung surat akan dimuat sebagai surat pembaca dan responya bisa seminggu atau sebulan kemudian. Tapi hari ini dimedia baru kita ngetwitt kemudian direspon netizen itu berarti sifatnya langsung tidak perlu moderasi dan sebagainya.
Era berbagi konten ini punya dampak baik dan buruk, dampak baiknya viral karena tujuan kita membagikan informasi untuk menjangkau banyak orang, menyampaikan pesan ke banyak orang. Tetapi dampak buruknya konten kita disalahpahami substansinya sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Media baru juga menggabungkan banyak sekali fitur, ada web, blog, streaming audio dan video, chat room, email, online community, ada sosial media sharing platform, kemudian ada aplikasi mobilenya, ungkap penulis buku muslimah yang diperdebatkan itu.
Bagaimana media hari ini bekerja ?
Media hari ini menggunakan bahasa- bahasa yang sangat santai sesuai dengan target pembaca yang dia mau, memakai bahasa yang tidak baku dalam konten tulisan, menambah konten – konten video di media web mereka dengan kualitas bagus.
Tugas media hari ini sebetulnya memaksa kita agar berlama- lama di web mereka , tidak berpindah- pindah ke lain hati. Semakin website kita bisa membuat orang berlama- lama disitu dan tidak terasa seperti Twitter misalnya, sengaja membikin fitur quote tweet yang membuat orang semakin punya alat berlama- lama di Twitter.
Hari ini orang lebih suka dengan cerita dibanding berita , semisal situs penggerak Gusdurian isinya jangan hanya menceritakan berita saja tapi diubah menjadi cerita. Sebetulnya kita bisa posting foto- foto viral, ada bentuk konten lain seperti infografis. Lalu ada personal branding yang paling kuat diingat orang lain tentang diri kita. Dalam menciptakan personal branding ada kesan kuat versus kesan lemah dalam gerakan. Kalau kesan kuat orang bisa langsung gabung, jika masih kesan lemah orang akan ragu. Elemen branding yang kuat yang pertama khas, relevan dan konsisten itu unik dan otentik.
Pengalaman otentik adalah bekal utama dalam menulis yang mengalahkan segala referensi. Sekali lagi menulislah untuk kebaikan , untuk menyuarakan kebenaran. Bagaimana pun menulis adalah aktifitas intelektual yang penting, terhormat karena kita merangkai isi kepala kita membuktikan bahwa isi kepala kita bisa runtut. Ketika kita bisa menyelesaikan sebuah tulisan artiya kita membuktikan bahwa kita bisa berfikir secara runtut. Ketika kita bisa menulis dari paragraph pertama hingga terakhir , menjelaskan latar belakang , memberikan solusi itu adalah bukti kita bertanggung jawab terhadap isi kepala kita dan itu penting. Kunci hidup sehat adalah berfikir.
Pewarta : Suci Amaliyah