Naufal Robbiqis Dwi Asta Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Perempuan Bukan Penghambat Seorang Muslim untuk Beribadah

2 min read

Adapun salah satu kenikmatan terbaik bagi pemeluk agama Islam adalah ketika dirinya dapat berhubungan sedekat mungkin dengan Allah SWT. Hal yang demikian adalah suatu kenikmatan yang didamba-dambakan olah kalangan umat Islam, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 86:

وَاِذَا سَاَلَـكَ عِبَادِىۡ عَنِّىۡ فَاِنِّىۡ قَرِيۡبٌؕ اُجِيۡبُ دَعۡوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِىۡ وَلۡيُؤۡمِنُوۡا بِىۡ لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُوۡنَ

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”

Untuk mencapai kenikmatan tersebut, umat Islam dianjurkan untuk memenuhi atau menjalankan segala perintah-Nya seperti saling tolong-menolong, memperbanyak waktu untuk beribadah, serta mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik dan bermanfaat bagi sesama manusia. Di samping itu, umat Islam juga harus menjauhi perbuatan-perbuatan yang telah dilarang oleh-Nya seperti berzina, merampas hak orang lain, tidak melulu memenuhi keinginan hawa nafsu, dan masih banyak lagi.

Kendati kedekatan dengan Allah SWT merupakan hal yang sangat dinantikan oleh umat Islam, hubungan dengan sesama manusia dijadikan sebagai suatu masalah baru yang dinilai dapat menghambat proses kedekatan seorang Muslim dengan Tuhannya. Terdapat sebuah persoalan berupa anggapan dari beberapa masyarakat Muslim yang masih memposisikan pihak-pihak di luar diri mereka sebagai penghalang untuk dapat mengimplementasikan tindakan yang telah diperintahkan oleh Allah.

Salah satu persoalan tersebut dapat kita temukan pada beberapa orang Muslim laki-laki yang memposisikan perempuan sebagai penghalang baginya untuk dapat dekat dengan Allah SWT. Seperti halnya anggapan bahwa perempuan dapat memicu munculnya hasrat dan nafsu bagi laki-laki. Di samping itu, perempuan juga dinilai sebagai penghalang bagi seorang Muslim laki-laki dalam setiap tindakan-tindakan yang berorientasi pada ibadah kepada Allah SWT.

Baca Juga  Melawan Stigmatisasi terhadap Kelompok Kearifan Lokal

Terlebih lagi terdapat beberapa orang yang enggan untuk menikah hanya karena anggapan mereka yang terlalu berlebihan dalam memposisikan perempuan sebagai pengganggu atas perbuatan serta ibadahnya kepada Allah SWT. Pernikahan yang telah menjadi ketentuan dalam ajaran agama Islam, tidak dapat dengan mudah untuk tidak dilaksanakan bagi seorang Muslim.

Perempuan hendaknya tidak diposisikan sebagai penghalang untuk melakukan ibadah dan perbuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Jika anggapan tersebut dibenarkan maka implikasinya adalah pada hal yang sebaliknya, yaitu memposisikan balik seorang laki-laki Muslim sebagai pengganggu ibadah bagi seorang Muslimah.

Sebagai upaya untuk memecahkan persolan tersebut, terdapat beberapa riwayat hadis Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan landasan dalam memahami persoalan tersebut. Pertama, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang berbunyi: “Jangan sakiti saya tentang Aisyah, karena wahyu turun pada saya justru ketika saya berada dalam selimut Aisyah.” (HR. Al-Bukhari).

Kedua, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang berisi tentang kisah Nabi Muhammad saat menggendong Umamah binti Abil Ash saat sholat.

Suatu saat Nabi saw. pernah keluar menggendong Umamah binti Abil Ash bin Ar-Rabi’. Ibunya adalah Zainab bint Rasulullah saw. Ia anak perempuan yang digendong di atas bahunya. Lalu Rasulullah saw. salat sedangkan ia masih di atas bahunya. Rasulullah saw. meletakkannya ketika beliau ruku’. Dan menggendongnya kembali saat beliau berdiri. Sampai beliau menyelesaikan salatnya, beliau melakukan seperti itu kepada cucu perempuannya.” (H.R. Abu Daud).

Ketiga, hadis yang diriwayatkan oleh Anas RA yang menguraikan perempuan sebagai bagian yang penting bagi Nabi Muhammad SAW. Hadis tersebut berbunyi: “Saya senang perempuan, parfum, dan mata saya selalu merasa teduh dengan salat.” (H.R. An-Nasa’i).

Baca Juga  Islam dan Modernitas

Hadis tersebut merupakan pernyataan dari Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan bahwa perempuan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan beliau. Dalam hal ini, perempuan diselaraskan dengan parfum dan ibadah sholat, kendati sholat merupakan ibadah yang menjadi peneduh dari kehidupan Nabi Muhammad. Oleh karenanya, perempuan sangat dicintai oleh Nabi Muhammad SAW dan tidak layak jika perempuan dianggap sebagai penghambat ibadah seorang Muslim kepada Allah SWT.

Selain redaksi-redaksi dalam hadis tersebut, segenap perbuatan Nabi Muhammad SAW dalam mengemansipasi kedudukan perempuan dapat dijadikan landasan untuk diteladani sebagai bentuk mendekatkan diri dengan Allah SWT. Dinamika praktik eksploitasi perempuan pada zaman jahiliyah, mulai terkikis dengan kebijakan-kebijakan Nabi Muhammad SAW.

Di era Nabi Muhammad juga banyak dijumpai perempuan-perempuan hebat yang memiliki peran penting dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan kehidupan sosial dan keagamaan. Hal tersebut juga dapat dijadikan landasan untuk tidak menempatkan perempuan sebagai penghambat ibadah bagi seorang Muslim laki-laki. Dengan menghargai dan mencintai perempuan sebagai mahkhluk Allah, kita juga dapat senantiasa untuk semakin dekat dengan-Nya.

Naufal Robbiqis Dwi Asta Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya