Sumanto Al Qurtuby Direktur Nusantara Institute; Associate Professor di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran, Saudi Arabia

Belajar dari Cara Penanganan Covid di Arab Saudi

1 min read

Sejak terendus pandemi covid bulan Maret silam, pemerintah Arab Saudi bergerak cepat untuk menanganinya. Saudi termasuk negara yang sangat ketat dan ekstra hati-hati dalam menangani pandemi covid ini agar jumlah korban tidak semakin banyak dan persebaran virus terbatas atau dibatasi (dilokalisir) tidak semakin meluas.

Hasilnya sangat bagus. Informasi terakhir dari Kementerian Kesehatan, jumlah orang yang terpapar virus ini kini cuma berkisar ratusan saja. Sangat kontras dengan bulan-bulan sebelumnya. Srategi, langkah, atau kebijakan apa saja yang dilakukan oleh pemerintah Saudi?

Pertama, menutup atau membatasi tempat-tempat umum (masjid, sekolah, kampus, mall, hotel, restoran, bandara, stasiun, dlsb) dari aktivitas massa/ publik. Misalnya, sejak Maret lalu hingga kini, aktivitas ngajar dari SD sampai perguruan tinggi, semua dilakukan secara virtual (online). Bahkan sebelum negara-negara lain menerapkan kebijakan ini karena masih mikir-mikir, Arab Saudi sudah menerapkannya.

Para dosen (termasuk saya) dan guru-guru yang sebelumnya tidak familiar dengan sistem mengajar online terpaksa harus belajar cepat menyesuaikan diri. Training-training kilat tentang tata-cara memakai Blackboard Collaborate Ultra, Microsoft Teams (kadang Zoom) untuk mengajar online pun dilakukan. Mereka juga dilarang (atau sangat dibatasi) pergi ke kampus/sekolah. Mahasiswa/i dan murid-murid pun demikian. Semua aktivitas belajar hingga kini dilakukan dari rumah. Pemerintah memberi bantuan untuk membeli pulsa bagi yang membutuhkan tentunya.

Masjid-masjid juga ditutup total, termasuk Masjid Haram dan Nabawi. Salat Jumat dan salat jamaah beberapa bulan ditiadakan sementara. Tidak ada warga Muslim yang “rewel” dan “bawel” seperti di Indonesia yang menuduh pemerintah anti-Islam ini-itu misalnya kalau melarang Jumatan dan menutup masjid. Setelah kondisi agak mereda, belakangan dibuka tapi sangat dibatasi. Di kampus kami hanya ada satu masjid untuk salat Jumat. Tetapi belakangan beberapa masjid di area kampus dan kompleks perumahan dosen difungsikan untuk salat Jumat supaya tidak terjadi konsentrasi massa.

Baca Juga  Pentingnya Spirit Harmonisasi dalam Kehidupan Beragama di Ruang Publik

Bandara, terminal, stasiun juga ditutup total-jenderal. Semua penerbangan internasional dan domestik dihentikan. Itulah sebabnya kenapa saya gak bisa mudik liburan musim panas ini.

Tempat umum yang boleh dibuka cuma tempat belanja bahan-bahan makanan dan rumah sakit. Itu pun dengan peraturan dan prosedur yang sangat ketat agar tidak terjadi pengumpulan massa secara berlebihan. Semua transaksi jubel dianjurkan secara online sehingga membuat sejumlah perusahaan yang melayani jasa virtual semakin sibuk dan meraup keuntungan.

Kedua, membatasi ekstra ketat kerumunan massa serta menerapkan denda yang sangat tinggi bagi yang melanggarnya. Makanya, jangankan pengajian dengan jumlah masa banyak (sebetulnya di Arab Saudi tidak ada model pengajian publik besar-besaran ala di Indonesia), menggerombol beberapa orang pun tidak boleh. Polisi dan satpam dikerahkan dimana-mana.

Ketiga, pengecekan kesehatan massal untuk deteksi dini, kemudian bagi yang terpapar dengan cepat ditangani di rumah sakit-rumah sakit tertentu atau diisolasi. Orang yang terpapar wajib memakai aplikasi tertentu yang bisa mendeteksi gerakannya sehingga ketahuan kalau ia keluyuran.

Keempat, setelah agak tren penularan pandemi berkurang, sejumlah tempat publik mulai dibuka tetapi tetap wajib mematuhi aturan. Misalnya hanya boleh masuk lewat pintu tertentu yang sudah dipasang alat pendeteksi suhu. Mereka juga wajib mengenakan masker. Alat pembersih tangan juga dipasang di tempat-tempat publik.

Inilah antara lain sekelumit info tentang apa yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi untuk memerangi pandemi covid. Tentu saja masih banyak info yang lainnya. Akhirul kalam, meskipun aturan ketat itu penting dan harus, semua kembali pada kesadaran masing-masing individu. Waspada, antisipasi, dan proteksi diri harus terus dilakukan karena kita tak pernah tahu kapan virus covid ini menghampiri tubuh kita. Salam sehat dan semoga kita semua tetap sehat wal afiat.

Sumanto Al Qurtuby Direktur Nusantara Institute; Associate Professor di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran, Saudi Arabia