Angga Arifka Mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada—tinggal di anggaarifka.com

Neksus Jurnalisme dan Ajaran Islam: Pencarian dan Pengungkap Kebenaran

2 min read

Jurnalisme, dengan tujuan utamanya mengungkap dan menyebarkan kebenaran, sejalan dengan prinsip-prinsip yang tertanam dalam ajaran Islam. Islam sangat menekankan pencarian, kebenaran, dan keadilan.

Tulisan ini akan melihat sekilas neksus antara jurnalisme dan nilai-nilai keislaman, yang menggambarkan bagaimana realitas padat di lapangan berfungsi sebagai kanal pengungkapan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam.

Islam menganggap kebenaran sebagai kebajikan mendasar dan landasan perilaku etis. Al-Qur’an berulang kali menekankan pentingnya kebenaran. Salah satu asma Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, adalah al-Ḥaqq, yang berarti Kebenaran.

Umat Islam diperintahkan untuk menjunjung tinggi kejujuran dalam semua aspek kehidupan mereka, karena kejujuran dianggap sebagai jalan menuju kebenaran dan integritas.

Nabi Muhammad sering disebut sebagai al-Amīn (Yang Dapat Dipercaya) dan al-Ṣadiq (Yang Jujur) bahkan sebelum beliau menerima wahyu ilahi. Karakter teladannya menggarisbawahi pentingnya kebenaran dan kejujuran dalam Islam.

Jurnalisme dan Pencarian Kebenaran

Jurnalisme, sebagai sebuah profesi yang berkomitmen untuk mengungkap dan menyebarkan informasi akurat, mempunyai tujuan mendasar yang sama dengan ajaran Islam, yakni mencari dan menyebarkan kebenaran.

Peran seorang jurnalis sebagai pencari kebenaran sejalan dengan standar etika yang ditetapkan dalam Islam. Al-Qur’an mendorong orang-orang beriman untuk memverifikasi informasi sebelum menerima atau menyebarkannya, menekankan pentingnya memastikan keakuratan pernyataan.

Di bidang jurnalisme, pencarian kebenaran melibatkan penelitian menyeluruh, pengecekan fakta, dan komitmen untuk menyajikan laporan peristiwa yang adil dan tidak memihak. Hal ini selaras dengan prinsip-prinsip Islam yang menyerukan keadilan, kejujuran, dan pencegahan penyebaran informasi palsu.

Jurnalis, dengan berupaya melaporkan kebenaran, berkontribusi untuk tujuan yang lebih besar, yakni menciptakan masyarakat yang adil dan terinformasi—sebuah ide yang berakar kuat pada ajaran Islam.

Ajaran Islam menekankan tanggung jawab sosial individu dan lembaga. Jurnalisme, sebagai institusi sosial, mempunyai peran penting dalam menjaga akuntabilitas kekuasaan dan menjamin transparansi. Islam mendorong umatnya untuk bersuara melawan ketidakadilan dan perbuatan salah, mendukung masyarakat di mana kebenaran ditegakkan dan keadilan ditingkatkan.

Baca Juga  Tasawuf Falsafi al-Jili dan Ibn Arabi

Jurnalis, dalam upayanya mencari kebenaran, bertindak sebagai anjing penjaga, mengungkap korupsi, penyelewengan kekuasaan, pelanggaran hak asasi manusia, dan ketidakadilan masyarakat.

Hal tersebut satu garis dengan konsep Islam amar makruf nahi mungkar, yang menekankan kewajiban umat Islam untuk mendorong perilaku yang baik dan mencegah perbuatan salah. Jurnalisme, bila dilakukan secara etis dan bertanggung jawab, menjadi perwujudan prinsip Islam ini.

Objektivitas dan Integritas

Islam menganjurkan kesetaraan dan keadilan dalam semua aspek kehidupan. Al-Qur’an memerintahkan orang-orang beriman untuk bersikap adil meskipun menyangkut kepentingan mereka sendiri atau kepentingan kerabat dekat.

Prinsip-prinsip jurnalistik mencerminkan ihwal itu, menekankan pentingnya objektivitas dan ketidakberpihakan dalam pemberitaan. Komitmen untuk menghadirkan berbagai perspektif dan menghindari bias sejalan dengan nilai keadilan dan kesetaraan dalam Islam.

Ajaran Islam mendorong pertimbangan beragam sudut pandang dan upaya mencapai pemahaman yang seimbang dan adil terhadap berbagai peristiwa. Jurnalis, dengan berpegang pada prinsip-prinsip ini, berkontribusi dalam membina masyarakat yang menghargai keadilan, kearifan, dan pencarian kebenaran.

Meskipun jurnalisme dan ajaran Islam memiliki kesamaan komitmen terhadap kebenaran dan keadilan, bidang ini bukannya tanpa tantangan dan dilema etika. Ketidakberanian, misinformasi, dan pemberitaan yang bias dapat melemahkan tujuan mulia jurnalisme.

Islam memberikan panduan dalam menghadapi tantangan-tantangan ini dengan menekankan pentingnya integritas, akuntabilitas, kebenaran, pencegahan penyebaran berita bohong, dan ketidakberpihakan demi kepentingan pragmatisme.

Jurnalis, yang dipandu oleh standar etika dan idealisme kebenaran, harus tetap waspada agar tidak menyerah pada tekanan kekuasaan yang korup atau bias kepentingan elite. Ajaran Islam memberikan pedoman moral, mendorong jurnalis untuk menjunjung kebenaran bahkan ketika menghadapi intimidasi atau konflik kepentingan.

Tak bisa dielak, jurnalisme, sebagai profesi yang didedikasikan untuk menyingkap kebenaran, selaras dengan nilai-nilai utama Islam. Upaya mencapai kebenaran, keadilan, dan akuntabilitas sejalan dengan prinsip-prinsip etika yang digariskan dalam ajaran Islam.

Baca Juga  NU dalam Merawat Peradaban: Refleksi 101 Tahun Nahdlatul Ulama

Islam menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu, menentang ketidakadilan, menantang penyelewengan, dan menjunjung kebenaran dalam segala aspek kehidupan.

Jurnalis, ketika menjalankan profesinya dengan integritas moral dan sebagai pemegang bara kebenaran, bersumbangsih pada tujuan yang lebih luas, yaitu mengejawantahkan masyarakat yang adil dan terinformasi—sebuah visi yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang tertanam dalam ajaran Islam.

Dalam menegakkan kebenaran, jurnalis menjadi mitra dalam membangun dunia yang berpedoman pada keadilan, transparansi, dan pencarian ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi baik dalam bidang jurnalisme maupun ajaran Islam.

Angga Arifka Mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada—tinggal di anggaarifka.com