A. Ginanjar Sya'ban Alumnus Mahasiswa Al Azhar, Dosen UNUSIA Jakarta, dan Peneliti Ulama Islam Nusantara.

“Kitab Pasolatan” Bahasa Sunda Pegon Karya KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal Bertahun 1372 Hijri (1953 Masehi)

3 min read

Berikut ini adalah kitab Pasolatan karangan KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal (Jawa Tengah, w. 1998 M) dalam versi terjemahan bahasa Sunda Pegon. Pada asalnya, KH. Ahmad Abdul Hamid menulis kitab ini dalam bahasa Jawa Pegon. Terjemahan Sunda atas kitab ini dilakukan oleh Haji Muhammad Anbari b. Abdullah dari Cilimus, Kuningan (Jawa Barat).

Tertulis pada halaman sampul:

فصلاتن // نراڠكن شرط ركونا صلاة سرڠ نراڠكن مقصودنا ووائوسان سالبت صلاة سرڠ وردان بعد الصلاة كڠݢو جلم عوام

([Kitab] Pasolatan // Nerangkeun sarat rukuna solat sareng nerangkeun maksudna wawaosan salebet solat sareng wiridan ba’da solat kanggo jalma awam [Kitab Pasolatan // Menerangkan syarat dan rukun shalat serta menerangkan maksud bacaan di dalam shalat dan juga wirid ba’da shalat untuk kalangan awam])

دي كمفلكن كو الحاج أحمد عبد الحميد القندالي دي سالين كان بسا سوندا كونو ضعيف الفقير محمد أنباري بن عبد الله دائيره چيلموس كونيڠان جاوا برات

(Dikempelkeun ku Haji Ahmad Abdul Hamid Kendal, disalin kana basa Sunda ku nu doip pakir Muhammad Anbari b. Abdullah daerah Cilimus Kuningan Jawa Barat [Dihimpun oleh Haji Ahmad Abdul Hamid Kendal, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda oleh seorang yang dhaif dan fakir, Muhammad Anbari b. Abdullah dari daerah Cilimus Kuningan Jawa Barat])

Dalam pengantarnya, KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal mengatakan bahwa shalat adalah salah satu rukun Islam dan ibadah yang menjadi kewajiban utama bagi umat Muslim. Oleh karenanya, setiap orang Muslim diharuskan untuk mengerti tatacara shalat secara baik dan benar. Ditulisnya kitab “Pasolatan” ini dimaksudkan untuk memenuhi keperluan umat Muslim yang awam agar dapat mengerti, mengetahui dan memahami dengan baik tatacara dan seluk beluk shalat.

Baca Juga  Abdul Karim al-Jili dan Kaidah-Kaidah Rohani

Di akhir kata pengantar, didapati keterangan jika kitab ini selesai ditulis pada 1 Rajab tahun 1372 Hijri, bertepatan dengan 17 Maret 1953 Masehi. Kitab ini kemudian dicetak oleh percetakan “Thoha Putra” yang berbasis di kota Semarang (Jawa Tengah) sekira tahun 1383 Hijri (1964 Masehi). Tebal keseluruhan kitab dalam versi cetakan tersebut sebanyak 88 (delapan puluh delapan) halaman. Saya mendapatkan naskah kitab ini dari al-Fadhil Ajengan Habibullah Habib Sukabumi, keluarga Pesantren al-Atiqiyah Sukabumi, Jawa Barat, yang juga alumnus Program Pascasarjana Magister (PPM) UNUSIA Jakarta.

Terdapat dua buah “taqrîzh” (semacam endorsement) atas versi bahasa Sunda dari kitab “Pasolatan” ini, yaitu dari KH. R. Asnawi Kudus (Jawa Tengah, w. 1959 M) dan KH. Mustamid Abbas dari Buntet, Cirebon (Jawa Barat, w. 1988 M). KH. R. Asnawi Kudus memberikan “taqrîzh” dalam bentuk nazham (puisi) berbahasa Sunda Pegon sebanyak 6 (enam) bait, sementara KH. Mustamid Abbas Buntet memberikan “taqrîzh” dalam bentuk natsar (prosa) biasa.

Dalam “taqrîzh”-nya, KH. Mustamid Abbas Buntet menulis:

وبعد. كو أينا فصلاتن بسا سوندا كراڠن ننا العالم الأديب كياهي أحمد عبد الحميد قندال برارتي سباݢيان كبوتوهن مسلمين مسلمات جوا برات تيسا دي چومفونن. كو مرݢي كيتو مڠݢا فرا سديريك سوفدوس سام ڠاݢدوهن أوݢي ڽنداك حكمة سرڠ منفعتنا

(Wa ba’du. Ku ayana Pasolatan Basa Sunda karanganana al’Âlim al-Adîb Kiyai Ahmad Abdul Hamid Kendal, berarti sabagian kabutuhan Muslimin Muslimat Jawa Barat tiasa dicumponan. Kumargi kitu, mangga para saderek supados sami ngagaduhan ugi nyandak hikmah sareng mangpaatna [Wa ba’du. Dengan adanya kitab Pasolatan Bahasa Sunda karangan seorang yang al-‘Âlim al-Adîb Kiyai Ahmad Abdul Hamid Kendal, maka sebahagian keperluan keagamaan Muslimin dan Muslimat Jawa Barat dapat terpenuhi. Oleh karenanya, maka dipersilahkan untuk para saudara semuanya agar sama-sama memiliki dan mengambil hikmah serta manfaatnya])

Baca Juga  Dari Wawasan Pancasila ke Spiritualitas Pancasila

* * * * *
Sebelum adanya “Kitab Pasolatan Bahasa Sunda” karya KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal ini, telah terlebih dahulu ada juga sebuah kitab “Pasolatan” terjemahan bahasa Sunda lainnya, yaitu “Kitab Pasolatan Tarjemah Sunda” karya KH. Soleh b. Umar dari Darat, Semarang, Jawa Tengah (dikenal dengan KH. Soleh Darat, w. 1903 M) yang semula ditulis dalam bahasa Jawa Pegon.

Kitab Pasolatan Sunda karya KH. Soleh Darat tersebut dicetak oleh “Percetakan Idris” di Singapura pada tahun 1905 M. Edisi aslinya yang berbahasa Jawa Pegon dicetak di Bombay (India) pada akhir abad ke-19 M. Selain “Kitab Pasolatan”, karya KH. Soleh Darat lainnya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda dan dicetak di Singapura adalah kitab “Lathâif al-Thahârah” (1906 M).

Terkait kitab-kitab KH. Soleh Darat terjemah bahasa Sunda yang dicetak di Singapura, seorang sarjana bernama Ian Proudfoot telah menyinggungnya dalam “Early Malay Printed Books: A Provisional Account of Materials Published in the Singapore-Malaysia Area Up to 1920” (diterbitkan di Kuala Lumpur oleh University of Malaya pada tahun 1993). Data dan informasi yang diketengahkan oleh Proudfoot ini kemudian dirujuk oleh Mikihiro Moriyama ketika membicarakan kitab-kitab berbahasa Sunda Pegon yang dicetak di luar area kolonial Hindia Belanda dalam bukunya “Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19” (Depok: Komunitas Bambu, 2013).

Sebenarnya, KH. R. Asnawi Kudus, sosok ulama besar Jawa pada paruh pertama abad ke-20 M yang memberikan “taqrîzh” untuk “Kitab Pasolatan” karya KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal ini, juga memiliki sebuah kitab karangan yang sama, yaitu “Kitab Pasolatan”. Karya KH. R. Asnawi Kudus ini ditulis dalam bahasa Jawa Pegon. Hanya saja, tampaknya, “Kitab Pasolatan” karya KH. R. Asnawi Kudus ini tidak sampai diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda.

Baca Juga  Tradisi Baru Intelektual muslim Era Covid-19, Belajar dari Tadarus Litapdimas Kemenag RI

Perlu juga kiranya di sini untuk menyebut sebuah kitab berbahasa Sunda Pegon yang membahas kajian tata cara dan seluk beluk shalat (Pasolatan). Kitab tersebut berjudul “Risâlah fî Kaifiyyah al-Shalâh” karya KH. Masthuro Sukabumi (w. 1968 M).

* * * * *
KH. Ahmad Abdul Hamid adalah seorang ulama besar Jawa yang berkedudukan di Kendal, Jawa Tengah. Beliau lahir pada tahun 1915 dan menjadi santri KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng (w. 1947 M), sekaligus menjadi sahabat KH. Abdul Wahid Hasyim, putra KH. Hasyim Asy’ari dan menteri agama RI pertama (w. 1952 M).

Sosok KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal tercatat sangat rajin dan teliti dalam mengumpulkan dokumen-dokumen penting bersejarah Nahdlatul Ulama (NU). Di perpustakaan PBNU Jakarta saat ini, dokumen-dokumen bersejarah yang langka dan penting banyak berasal dari koleksi KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal ini.

Tak hanya itu saja, KH. Ahmad Abdul Hamid juga terhitung memiliki sejumlah karya penting, di antaranya adalah “Ihyâ A’mâl al-Fudhalâ fî Tarjamah Muqaddimah al-Qânûn al-Asâsî li Jam’iyyah Nahdlah al-‘Ulamâ” (terjemah berbahasa Jawa Pegon dari kitab “al-Qânûn al-Asâsî” karya KH. Hasyim Asy’ari), “Risâlah al-Shiyâm”, termasuk “Kitab Pasolatan” yang sedang kita diskusikan ini.[AH].

A. Ginanjar Sya'ban Alumnus Mahasiswa Al Azhar, Dosen UNUSIA Jakarta, dan Peneliti Ulama Islam Nusantara.