

Judul : The Power of Silaturrahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi
Penulis : Aqua Dwipayana
Penerbit : Taushia
Cetakan : Kedua, Mei 2016
Tebal : xxxvii + 274 halaman
ISBN : 078-602-73363-5-4
Aqua Dwipayana mengajak kita untuk merenungi kembali konsep silaturrahim. Ada banyak hal yang berkelindan dalam silaturrahim. Tentu dari sana kita bisa menjembatani retakan-retakan sosial yang mulai menganga. Kemampuan menjalin hubungan sosial yang baik menjadi keterampilan yang semakin berharga di abad ini.
Era di mana media digital sering kali menggantikan interaksi langsung dengan komunikasi virtual, buku The Power of Silaturrahim: Rahasia Menjalin Komunikasi menyeret untuk lebih intim, lebih tepatnya refleksi atas pentingnya membangun dan merawat silaturahmi. Buku Aqua Dwipayana menyoroti detail-detail kecil bidang komunikasi yang menjadi kunci dalam membangun kehidupan yang lebih bermakna, baik secara personal maupun profesional.
Aqua Dwipayana mengelompokkan bahasan menjadi empat enam bagian. Mulai dari “Bersyukur dan Ikhlas” sampai pada “Mengeratkan Pertalian Kerabat dan Sahabat”. Bahasan dalam buku ini menekankan bahwa silaturahmi bukan hanya sekadar ajaran agama, tetapi juga strategi sosial yang dapat membawa banyak manfaat dalam kehidupan. Aqua menegaskan bahwa menjalin hubungan yang tulus dengan orang lain dapat membuka pintu kesempatan yang lebih luas, baik dalam dunia kerja, bisnis, maupun kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa prinsip utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Salah satunya adalah pentingnya mendengarkan dengan empati. Dalam banyak kasus, komunikasi yang buruk bukan terjadi karena ketidakmampuan berbicara, tetapi lebih karena kurangnya kemampuan mendengarkan. Kalian tentu ingat bagaimana buruknya komunikasi pemerintah akhir-akhir ini. Kita dipertontonkan pada kebijakan yang tidak komunikatif. Bayangkan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diprotes dan ditolak di beberapa wilayah tidak menjadikan pemerintah mundur dan mengevaluasi semuanya.
Dengan mendengarkan secara tulus dan memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara, seseorang dapat membangun hubungan yang lebih mendalam dan bermakna. Di sini Aqua juga menekankan bahwa komunikasi yang baik harus didasarkan pada kejujuran dan ketulusan, bukan sekadar kepentingan sesaat. Ketika seseorang menjalin hubungan dengan niat yang baik dan tanpa pamrih, maka hubungan tersebut akan bertahan lebih lama dan memberikan manfaat yang lebih besar.
Silaturrahim juga membuka kesuksesan pada seseorang. Salah satu contohnya, seseorang yang memiliki jaringan luas dan hubungan yang baik dengan banyak orang cenderung lebih mudah mendapatkan kesempatan dibandingkan mereka yang menutup diri. Aqua memberikan contoh-contoh bagaimana seseorang bisa mendapatkan pekerjaan, proyek bisnis, atau peluang lain berkat jaringan yang telah dibangun dengan baik. Kuncinya adalah spirit silaturrahim ini harus dibangun dalam berbagai ruang dan media untuk bisa meraih cita-cita.
Selain itu, kita akan diajak untuk menelusuri bagaimana silaturrahim mampu memberikan kepercayaan atau membangun kepercayaan antar sesama. Kepercayaan adalah elemen kunci dalam setiap hubungan, baik dalam lingkup personal, profesional, maupun bisnis. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa kepercayaan masyarakat pada kebijakan pemmerintah akhir-akhir ini menurun. Apalagi ada banyak kasus korupsi, penyelewengan kebijakan yang tidak pro rakyat.
Buku The Power of Silaturrahim perlu dibaca oleh siapapun. Termasuk mereka yang menekuni jalan organisasi atau komunitas. Bahkan juga relevan bagi siapa saja yang ingin memperbaiki keterampilan komunikasi dan memperluas jaringan sosial dengan cara yang lebih humanis dan penuh keikhlasan. Sekali lagi, Aqua berhasil menyajikan nilai-nilai silaturahmi dalam perspektif yang lebih luas, tidak hanya dalam konteks keagamaan tetapi juga dalam kehidupan profesional dan sosial.
Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, memiliki jaringan sosial yang kuat dan hubungan yang baik dengan orang lain dapat menjadi salah satu kunci utama untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Era digital hari ini ruang-ruang silaturrahim tidak terbatas. Artinya, yang dulu berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, atau satu kantor ke kantor sebelah, sekarang sudah bisa dilakukan via online.
Komunikasi yang semakin mudah menuntut kita untuk cermat dalam merespons. Bila gagal dan abai pada model komunikasi yang baik, dalam artian silaturrahim yang mengedepankan nilai-nilai persaudaraan, merawat hal-hal baik, saling menjaga satu sama lainnya, dan tidak menjatuhkan satu sama lain. Alih-alih menjadikan sebagai rumah perdamaian, justru kita akan terjebak pada perangkap digital yang menghilangkan sisi kemanusiaan kita.
Mahasiswa Kajian Budaya Universitas Sebelas Maret