Mohamad Khusnial Muhtar Santri dan Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Filosofi Ihram dalam Islam

3 min read

Di balik gemerlapnya Baitullah, padatnya jamaah haji yang memenuhi Tanah Suci, pernahkah kita bertanya-tanya mengenai fenomena di mana mereka mengenakan pakaian serba putih yang tidak dijahit dan hanya dilipat-lipat sedemikian rupa saja? Kenapa kok gitu? Ada apa di balik semua itu?

Fenomena itu adalah manifestasi dari apa yang dinamakan Ihram. Secara bahasa ihram berarti “berniat” atau “memasuki keadaan yang khusus”. Sedang secara istilah, ihram merujuk pada keadaan dan tindakan tertentu yang diambil seorang Muslim seketika memulai ibadah haji atau umrah.

Ihram adalah status khusus bagi jamaah haji dan umrah sebagai bentuk pengabdian dan kesucian yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ihram mengacu pada tindakan memakai pakaian khusus yang terdiri dari dua helai kain putih tanpa jahitan untuk laki-laki, sementara untuk perempuan diperbolehkan memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh dengan pengecualian wajah dan tangan.

Kemudian, pada saat mengenakan pakaian ihram, terdapat sejumlah aturan dan larangan khusus yang ditentukan bagi para jamaah. Dan, aturan dan larangan tersebut, menentukan sah batalnya haji dan umrahnya para jamaah. Namun demikian, semua itu bukan sekadar serangkaian tindakan mekanis yang tidak berdasar, melainkan mencakup makna yang mendalam dan pesan spiritual yang menggetarkan.

Oleh karena itu, melalui artikel ini, mari kita melangkah lebih jauh dan menjelajah lebih mendalam mengenai makna dan filosofi dari fenomena ihram dalam Islam, yang akan menambah wawasan dan menguatkan penghayatan kita akan ajaran Islam.

Pertama, dapat kita ketahui bahwa Ihram membawa kita kepada kesederhanaan yang menjadi inti ajaran Islam.

Hal itu terlihat dari seketika kita mengenakan pakaian ihram yang sederhana dan seragam, kita menyingkirkan semua lapisan sosial, pangkat, dan kedudukan yang membedakan dan memisahkan kita di antara umat manusia di dunia ini. Dalam keadaan ihram, kita semua menjadi sama di mata Allah, dan kesederhanaan itu mengarahkan kita untuk memandang hati-hati terhadap harta dunia, kedudukan dan kehormatan yang sering kali membutakan mata kita.

Baca Juga  Kemarau dan Local Wisdom

Selain itu, dalam kesederhanaan ihram, dapat kita temukan makna dari sebuah kebebasan. Kebebasan dalam arti bahwa kita melepaskan diri dari kungkungan materi yang menempel pada perangai kita, dan berpaling kepada hal-hal yang lebih berharga secara spiritual. Atas kesederhanaan ihram kita belajar untuk menghargai nikmat-nikmat yang diberikan Allah tanpa terjebak dalam perangkap materialisme dan keinginan duniawi yang tidak ada habisnya. Melalui kesederhanaan dalam ihram, kita dibawa untuk menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya, yakni kebahagiaan dalam membebaskan diri dari ikatan dunia dan mendekatkan diri kepada Allah.

Kedua, dalam Ihram kita dapat ketahui akan makna ikatan persaudaraan yang menyatukan.

Tidak ada hal yang lebih indah daripada saat para jamaah haji mengenakan pakaian ihram yang sama, menciptakan ikatan persaudaraan yang kuat dan erat. Di bawah kain putih yang melilit tubuh, tidak ada perbedaan yang diperhatikan, tidak ada perbedaan status sosial, ekonomi, atau budaya. Kita semua berjalan bersama, saling mendukung dan mengasihi satu sama lain dalam perjalanan spiritual menuju Baitullah.

Ihram mengajarkan kita arti dari persaudaraan sejati dalam Islam. Kita belajar untuk melihat sesama Muslim sebagai saudara dan saudari seiman, tanpa memandang warna kulit, bahasa, atau latar belakang budaya. Persaudaraan dalam ihram memeluk setiap individu dalam kehangatan cinta dan pengertian, menghilangkan batas-batas yang memisahkan kita dan menciptakan lingkungan yang penuh kasih. Semua tampak sama, dalam balutan kain putih yang sama pula.

Ketiga, dalam Ihram, kita dapat ketahui makna sebuah kebersamaan dalam ketakwaan.

Ihram bukan sekadar serangkaian pakaian dan larangan, tetapi ia mencerminkan esensi dari ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Saat berada dalam keadaan ihram, kita diharapkan untuk menjaga kesucian jiwa dan tubuh. Larangan-larangan seperti berburu binatang, mengenakan parfum, atau mencukur rambut, bertujuan untuk membersihkan hati kita dari godaan dan mengalihkan perhatian kita pada hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta.

Baca Juga  Pemahaman Keagamaan yang Humanistis: Solusi Radikalisme Beragama di Indonesia

Dengan itu, dalam ihram, kita menemukan ruang suci yang memungkinkan kita merenung, berintrospeksi, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih mendalam. Kita membebaskan diri dari distraksi duniawi. Kita memfokuskan pikiran kita pada ibadah dan penghormatan kepada-Nya. Ihram mengajarkan kita arti penting menjaga kesucian dan kehormatan jiwa serta tubuh dalam perjalanan spiritual kita.

Keempat, dalam Ihram, kita dapat temukan makna keseimbangan antara spiritualitas dan kemanusiaan.

Ihram membangun keseimbangan antara spiritualitas yang tinggi dan pemahaman terhadap kondisi kemanusiaan. Meskipun dalam keadaan ihram kita dilarang melakukan banyak hal, kita tetap diperbolehkan untuk berinteraksi dengan sesama jamaah haji dan umrah. Kita dapat berbicara, membantu, dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan kita. Ini mengingatkan kita bahwa spiritualitas tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dan hubungan antarmanusia.

Dengan kebersamaan dalam Ihram, Ihram juga mengajarkan kita nilai-nilai kesabaran dan pengendalian diri. Ketika kita menahan diri dari melakukan hal-hal yang biasanya kita lakukan, kita belajar untuk menguasai hawa nafsu dan menjaga keseimbangan emosional. Kita belajar dan berlatih untuk mengendalikan diri dalam menghadapi godaan dan ujian di sepanjang perjalanan hidup kita.

Larangan berburu binatang adalah untuk menghormati kehidupan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Larangan memakai pakaian yang dijahit adalah untuk menghilangkan perbedaan yang tidak relevan di hadapan Allah. Larangan mencukur rambut atau kuku, larangan menggunakan parfum, larangan berhubungan intim selama dalam ihram; semua itu adalah untuk mengalihkan perhatian sepenuhnya kepada ibadah dan menjaga kesucian dalam perjalanan spiritual, bukan gaya, gengsi, dan birahi.

Ihram dalam Islam bukan hanya sekadar serangkaian aturan dan tindakan mekanis yang dijalankan oleh jamaah haji. Ia adalah panggilan untuk merenung, menggali kedalaman spiritual, dan membangun hubungan yang kuat dengan Allah. Ihram mengajarkan kita arti kesederhanaan, persaudaraan, ketakwaan, dan keseimbangan antara spiritualitas dan kemanusiaan yang mendalam. Dalam keadaan ihram, kita menemukan kebebasan dari kekangan dunia, persaudaraan yang menyatukan hati, kebersamaan dalam ketakwaan, dan pengendalian diri yang kuat.

Baca Juga  Sehari Bersama Rasulullah

Marilah kita menjalankan ihram dengan kesadaran penuh, menjaga semangat dalam menjalani ibadah, dan merasakan pesona filosofi ihram yang menakjubkan dalam setiap langkah perjalanan spiritual kita. Dalam memahami dan menghayati makna ihram, kita dapat merasakan keajaiban spiritualnya, memperkuat hubungan kita dengan Allah, dan meraih kedamaian jiwa yang membimbing kita menuju surga-Nya yang abadi. Ihram bukan hanya sekadar pakaian dan larangan, tetapi ia adalah kesempatan untuk menemukan kehidupan yang lebih bermakna, penuh cinta, dan harmoni di dunia ini.

Mohamad Khusnial Muhtar Santri dan Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya