Ust. Nurbani Yusuf Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu dan Ustaz di Komunitas Padang Makhsyar yang Tinggal di Batu, Malang.

Demokrasi di Indonesia Sudah Kehilangan Keseimbangan?

59 sec read

Demokrasi kehilangan keseimbangan karena koalisi sepi peminat.

Rekonsiliasi tidak harus dimaknai pembubaran koalisi–apalagi hanya sharing untuk bagi bagi kursi–sebab koalisi tak hanya sekadar mengusung siapa capres yang bakal dimenangkan.

Koalisi itu ikhtiar membangun keseimbangan kekuasaan dan kontrol atas kebijakan Pemerintah. Jika koalisi adil makmur dibubarkan alamat demokrasi bakal tak sehat. Negara akan semakin kuat dan rakyat dalam posisi yang sangat lemah.

Saya tetap berharap ada konsistensi koalisi adil makmur mengawal demokrasi dan membangun keseimbangan agar kekuasaan tidak berpusat pada rezim yang berkuasa.

Tidak baik bagi demokrasi jika semua Partai politik berada dalam satu pemerintahan hanya karena alasan rekonsiliasi.

Jika alasan pembubaran koalisi hanya karena Pilpres telah selesai maka sungguh naif sebab politik transaksional nyata adanya bahkan dipraktikkan di tingkat elite. Tidak ditemukan lagi idealisme sebagai bagian dari visi politik keumatan dan kebangsaan jika semua berakhir setelah Pilpres.

Demokrasi akan kehilangan daya magis nya dan tak punya ruh untuk membangun. Tak ada lagi yang harus diperjuangkan sebab semua telah berada dalam satu barisan yang sama: hanya punya satu kaki dan satu tangan-

Rezim penguasa tidak seharusnya mencari aman dengan mengambil semua dukungan tersisa. Pun dengan partai partai tak seharusnya kebelet berebut mendekat sambil berharap dapat jatah kekuasaan dengan mengabaikan etika politik berdemokrasi yang luhur.

Jika koalisi adil makmur dibubarkan, maka akan terjadi oligarki. Demokrasi oleng karena kehilangan keseimbangan–rakyat yatim politik dan negara akan semakin kuat tak terbendung karena kontrol yang sangat kemah.

Pemerintahan single majority–hegemoni kekuasaan rezim–menafikkan kontrol. Ini lebih mengerikan ketimbang rezim fasis. Apapun pertemuan antara Prabowo dan Jokowi tak harus diakhiri dengan saling kooptasi ideologi. Sebab ini tak baik bagi masa hidup demokrasi. Rakyat akan menjadi yatim sebab diperintah oleh kekuasaan tanpa batas atas nama demokrasi.

Baca Juga  Pluralisme Sebagai Sikap Keagamaan dan Keberagamaan

Editor: MZ

Ust. Nurbani Yusuf Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu dan Ustaz di Komunitas Padang Makhsyar yang Tinggal di Batu, Malang.