Redaksi Redaksi Arrahim.ID

Suwuk Mbah Di dan Gol Satu Arah

1 min read

Namanya Mbah Di. Sudah sepuh dan lugu. Semua di kampung kami percaya dia orang pintar. Urusan mencari hari baik untuk menikah; menerawang calon menantu (lebih baik yang lesung pipit atau bergigi gingsul; lebih mantap yang kelahiran Rabu Kliwon atau Sabtu Pahing), Mbah Di jagonya.

Bukan hanya itu, Mbah Di juga dipercaya bisa mengembalikan sapi kerbau kambing yang dicuri. Asalkan belum lewat sehari semalam, suwuk Mbah Di bisa membuat sang maling bingung dan melepas begitu saja ternak yang sudah dicurinya.

Karena kehebatan-kehebatan itulah, sore ini kami mendatangi rumah Mbah Di.

“Mbah, kami mau bertanding sepak bola.”

“Oh, bagus itu. Anak muda harus giras.”

“Ini pertandingan penting, Mbah. Kami ingin menang.”

“Bagus itu. Anak muda harus giras dan penting.”

“Kami ingin menang 10-0, Mbah.”

“Nah, Bagus itu. Anak muda harus giras, penting, dan 10-0.”

Mbah Di pun memberi kami suwuk dan syarat-syarat agar bisa menang besar. Kami pulang dengan dada lapang.

Tibalah hari pertandingan. Kami bermain penuh semangat dan percaya diri. Meladeni lawan seperti latihan sehari-hari saja. Satu gol, dua gol, tiga gol, terjadi dengan mudah. Hingga peluit tanda turun minum, sudah lima gol kami ceploskan ke gawang lawan. Kemenangan 5-0 sudah di tangan.

Memasuki babak kedua, suasana berubah. Tim lawan bermain bak banteng ketaton. Mereka bermain lepas tapi penuh taktik. Tim kami kewalahan meladeni. Satu gol, dua gol, tiga gol terjadi dengan mudah. Hingga peluit akhir berbunyi lima gol sudah bersarang ke gawang kami. Skor berubah menjadi 5-5.

Sehari setelah pertandingan kami kembali datang ke rumah Mbah Di untuk memprotes hasil pertandingan yang tidak sesuai harapan.

Baca Juga  Kulit Putih dan Kerinduan Romantisme Sederhana Kaum Milenial [1]

“Bagaimana hasilnya? Jampi-jampinya jitu kan?

“Jitu apanya, skor kami imbang Mbah, 5-5.”

“Lho kok bisa?”

“Babak pertama kami memasukkan 5 gol ke gawang lawan. Babak kedua kami kemasukan 5 gol.”

“Astaga, saya lupa.”

“Lupa apa, Mbah”

“Saya lupa sepakbola itu ada pindah-tukar gawang.” [MZ]

Redaksi Redaksi Arrahim.ID