Ahmad Inung Budayawan yang Tinggal di Sidoarjo

Kelak Aku Akan Berkisah

57 sec read

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa di mana rumah tak peduli sereot apa
Berhari-hari tinggal di dalamnya
Lebih sentosa dari melenggang di mall mewah

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa di mana sepoi angin pantai adalah celaka
Merangkul kekasih adalah kematian
Setiap suara batuk seakan gemerincing Izrail yang datang

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa ketika berjabatan tangan bukan meluruhkan dosa-dosa
Tapi menambah nestapa pada sesama
Saat semestinya rasa sakit seorang diri dengan sabar diterima

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa ketika orang-orang dilarang masuk masjid, vihara, dan gereja
Berdekatan dengan para imam sebuah tindakan nista
Mengunci diri dianggap jauh lebih mulia

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa ketika ocehan virus tentara Allah menuai tawa
Bukan tentang tak lagi percaya pada agama
Tapi bahkan yang berkata pun enggan segera ke alam barzah

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa ketika orang-orang dusun membongkar kuburan
Bukan segerombolan kanibal yang sedang berebut makanan
Tapi karena tiap detik dicekam kebingungan dan ketakutan

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa saat mayat-mayat bergelatakan di pinggir jalan depan rumah
Bahkan keluarga tak berani menyentuhnya
Seperti sampah berharap ada serombongan petugas yang mengangkutnya

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa di mana tuah doa-doa dipertanyakan
Orang bingung pecaya ilmuwan ataukah agamawan
Karena mati adalah ketakutan di atas ketakutan

Kelak kepada cucuku aku akan berkisah
Tentang suatu masa ketika ribuan nyawa dalam bahaya
Para politisi sibuk memperpanjang pemusuhan berebut kuasa
Berdalih tentang rakyat yang bahkan untuk makan hari ini pun harus menyabung nyawa

Baca Juga  Pemikiran Imam al-Ghazālī tentang Klasifikasi non-Muslim
Ahmad Inung Budayawan yang Tinggal di Sidoarjo