SUKOHARJO – Dalam Talkshow Pesantren Expo di Gedung Graha UIN Raden Mas Said Surakarta pada Kamis (19/10), Atika Ulfia Adlina, M.S.I, menyebut bahwa masalah yang dihadapi anak muda saat ini mirip dengan gunung es: hanya sedikit yang terlihat, tetapi masalah yang tersembunyi jauh lebih banyak.
Atika, pembicara dengan tema “Ma‘rifatullah as the Basis of the Implementation of Sufi Healing”, membahas cara menghadapi tekanan yang dialami oleh anak muda, terutama mahasiswa, yang merasa tertekan oleh tugas kuliah, skripsi, target kelulusan, dan masalah percintaan.
Atika menegaskan bahwa niat bunuh diri bukanlah hal yang tiba-tiba muncul. Biasanya, hal tersebut merupakan akumulasi emosi yang terjadi selama bertahun-tahun, diperparah dengan perasaan terisolasi tanpa ada perhatian dari orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, Atika mendorong masyarakat untuk lebih memperhatikan tanda-tanda kecenderungan bunuh diri pada seseorang yang terlihat menyendiri dan mulai berbicara aneh mengenai keinginan tersebut.
Menurutnya, kunci pencegahan bunuh diri adalah mengajarkan nilai bersyukur dalam hidup dan melihatnya sebagai sumber kebahagiaan, serta menghindari mendengarkan pandangan negatif orang lain mengenai diri kita. Pengendalian pikiran sangat penting, karena memengaruhi perilaku.
Atika memberikan tips kepada mahasiswa dan anak muda yang pernah merasakan pikiran tentang bunuh diri, yaitu dengan mengingat Tuhan melalui pemahaman ma‘rifat Allāh. “Kunci kebahagiaan hidup adalah kembali kepada Allah,” tambahnya.
Selain itu, Atika menekankan pentingnya menjaga jarak dengan smartphone untuk menghindari informasi berisiko merugikan kesehatan mental. Talkshow Pesantren Expo ini merupakan bagian dari rangkaian acara Pesantren Expo UIN RM Said Surakarta yang berlangsung dari Kamis (19/10) hingga Ahad (22/10) dan juga melibatkan Eva Ida Amaliah, Prof. Dr. Umma Farida, dan Abdul Karim sebagai pembicara. [AR]