Said Wahid Ulumni Griffith University Queensland Australia, dan UIN Malik Ibrahim Malang. Saat ini menjadi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Gondang Mojokerto

Meneropong Terbukanya Kotak Pandora Pendidikan (2)

2 min read

Sebelumnya: Meneropong Terbukanya Kotak… (1)

Au Mustami’an ( Atau orang yang mendengarkan ilmu ).

Pada hakekatnya (status ketiga) para penyimak ilmu ini, adalah pembelajar yang pasif. Mereka bahagia bila diajak mengikuti kajian-kajian ilmu. Mereka akan tekun dan rajin mendengarkan uraian-uraian tentang beberapa disiplin ilmu. Mereka senang dan bangga apabila bisa menghadiri forum-forum ilmu, walaupun mereka tidak terlalu aktif di forum tersebut. Hanya sekedar menyimak dengan telaten dan menjadikan inspirasi dalam kehidupannya.

Di daerah ada yang mengenal dengan “Jajuli’ atau Jamaah Jum’at legi atau macam-macam sebutan jamaah mustami’in yang ada di kampung kita. Maksudnya mereka datang ke pengajian hanya bermodalkan alat pendengaran saja untuk mendengarkan uraian tentang ilmu.

Mereka berbahagia bisa berkumpul beramai-ramai di forum kajian ilmu. Senang guyub. romantika dan harmonisasi kelompok, bertemu teman, kedekatan silaturrahmi dan apapun itu menjadi sebuah pemersatu kedatangan mereka. Adapun ilmu yang bisa diraih, didalami, dan diaplikasikan, belum terlalu banyak. Mereka aktif  jika bersama-sama dan belum termotivasi menjadi pribadi yang kuat.

Status mustami’an juga masuk pada disiplin organisasi kependidikan, misalnya ada yang namanya IGI (Ikatan Guru Indonesia), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), MGMP (Musyawah Guru Mata Pelajaran) atau masih banyak nama-nama kelompok tersebut di era ‘singkatan’ ini. Jika mereka masuk dan menjadi anggota badan otonomi tersebut pasif, maka mereka termasuk kelompok ke tiga ini, tapi jika mereka mampu bertumbuh manjadi guru inspiratif, motivator dan pembelajar, maka mereka masuk kategori ‘muta’alliman’. Adanya guru penggerak, pengajar praktik dan lain-lain ini merupakan tanda bahwa guru-guru kita sudah mulai bergerak dan bertumbuh (growth maindset) yang tidak mau lagi berada pada zona aman dan nyaman.

Baca Juga  Menjadi Pemimpin Ideal di Era Modern

Au Muhibban ( Atau Orang yang menyukai ).

Peran serta kelompok ini juga tidak kalah pentingnya dengan komunitas yang lain. Kelompok ini diisi oleh para pendukung pembelajar, pendukung aktivitas keilmuan, pensupport kegiatan atau pemerhati forum-forum majelis ilmu. Bahasa lainnya adalah kaum simpatisan. Mereka menyukai para pembelajar. Mereka sangat perhatian pada forum-forum kajian keilmuan. Mereka akan mensupport dari segi materi dan non materi.

Keberlangsungan dan keberhasilan kerapkali tidak luput dari peran kelompok ke empat ini.  Mereka lebih senang menjadi (sekedar) fasilitator. Yang unik, mereka bahkan belum tertarik untuk terjun langsung sebagai partisipan aktif dalam kajian-kajian ilmu, walaupun hanya sekadar mendengarkan (mustami’an).

Mereka bahagia hanya menjadi pendukung saja. Bahkan mereka tidak segan akan memberikan perlindungan kepada aktivitas keilmuan dari gangguan atau semacamnya yang mungkin terjadi. Entah apa yang masih menghalangi hatinya untuk tergerak melibatkan diri secara full menuju tingkatan berikutnya. Akan tetapi perasaan cinta dan motivasi mereka sangat patut diapresiasi secara baik. Mereka adalah manusia-manusia handal yang perlu diapresiasi untuk lebih mengembangkan amal-amal salihnya.

Wa lam takun Khoomisan ( Dan jangan jadi yang ke lima )

Golongan yang diluar beberapa kelompok tersebut, Nabi Muhammad SAW tidak memberikan julukan spesial untuk menyebut kelompok yang kelima ini. Beliau hanya mengisayaratkan kata pendek tentang apa akibat dari yang mereka  lakukan, yaitu fatahlik  “maka kamu akan binasa”. Ini sudah mampu mewakili begitu buruk kelompok yang kelima ini karena ada diksi ‘akan binasa’.

Binasa adalah sebuah kondisi di mana sesuatu itu sudah rusak parah atau hancur lebur. Atau dengan kata lain golongan ini bisa kita identifikasi sebagai orang yang anti ilmu, penghina para pembelajar, dan penghalang aktivitas majlis keilmuan. Perbuatan mereka tidak berlandaskan keilmuan tertentu, hanya berdasarkan hawa nafsu sementara saja. Mereka anti pati perbuatan-perbuatan baik yang lahir dari rahim ilmu. Mereka berharap agar tidak ada perkumpulan yang menjadi penghalang keserakah mereka.

Baca Juga  Pendidikan dan Demokrasi Awal Abad XXI: Merumuskan Arah Pendidikan Indonesia

Golongan ini adalah golongan yang sudah rusak cara berfikirnya serta rusak akhlaqnya. Mereka adalah kaum bodoh yang apatis dan ekslusif. Sudah sepantasnya jika mereka disebut ‘akan binasa’. Binasa di sini bisa bermakna secara fisik, juga secara pemikiran dan budaya. Rasulullah SAW berpesan agar kita agar jangan menjadi kelompok ini.

Mari kita jawab secara jujur, kita masuk pada kelompok mana? Selamat berkontemplasi. Wallahu a’lam bi al shawab

Said Wahid Ulumni Griffith University Queensland Australia, dan UIN Malik Ibrahim Malang. Saat ini menjadi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Gondang Mojokerto