Belakangan ini ramai cuitan mengenai “sirkel” (circle) di lini masa media sosial. Mulai dari yang serius hingga yang sekadar bercanda. Sebelum membahas tentang sirkel pertemanan lebih lanjut, perlu kita ketahui terlebih dahulu, apa sih sirkel itu?
Sirkel berasal dari kata dalam bahasa Inggris circle yang secara bahasa artinya lingkaran. Lingkaran yang dimaksud dalam konteks ini adalah kelompok pertemanan atau pergaulan.
Pada umumnya sirkel pertemanan ini mula-mulanya luas, terlebih pada saat kita masih duduk di bangku sekolah. Kemudian, secara tidak langsung perlahan akan menciut seiring dengan bertambahnya usia kita. Orang-orang yang masuk ke dalam sirkel pertemanan kita biasanya adalah orang-orang yang secara obrolan nyambung dengan kita (Ratna Lathifah, 2020).
Setelah kita ketahui makna sirkel, berikutnya kita cari tahu apa pengaruhnya sirkel pertemanan terhadap kehidupan kita?
Diriwayatkan dari Abu Musa, Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang buruk bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak” (HR. Bukhari).
Hadis di atas menyebutkan bahwa teman yang baik (saleh) maupun teman yang buruk keduanya sama-sama memiliki pengaruh terhadap kehidupan kita.
Setiap orang sedikit banyak dipengaruhi oleh sirkel pertemanannya karena seringnya berkumpul atau beraktivitas bersama. Sirkel pertemanan—baik pada lingkungan kerja, pendidikan, komunitas, dan sebagainya—dapat berdampak pada individu baik dari cara pandang, selera, perubahan tingkah laku, dan gaya hidup.
Hal tersebut selaras dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad).
Pada dasarnya menjalin sebuah pertemanan merupakan sesuatu yang baik. Meninggalkan atau memutuskan tali pertemanan secara tiba-tiba merupakan hal yang tidak mudah, bahkan dapat mendatangkan mudarat dan berujung pada permusuhan.
Alih-alih memutuskan atau keluar dari sirkel pertemanan yang selama ini sudah terjalin, kita memiliki sebuah pilihan, yakni memasukkan orang-orang yang lebih baik ke dalam sirkel pertemanan kita. Ada beberapa cara untuk memasukkan orang-orang yang baik atau saleh ke dalam sirkel pertemanan kita, salah satunya adalah dengan datang ke majelis ilmu.
Majelis ilmu merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, yakni mencari ilmu dan berusaha untuk memperbaiki diri.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.’ Para sahabat bertanya, ‘Apa taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, ‘Halakah-halakah zikir’” (HR. Tirmidzi).
Dengan datang dan bergabung ke dalam majelis ilmu, minimal kita dapat bertemu dan berteman dengan orang baik, yang dapat mengingatkan kita tatkala kita berbuat salah—bukan yang membenarkan setiap kesalahan kita—agar kelak kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Terlebih di zaman di mana orang-orang sudah mulai banyak yang tidak peduli dengan batas halal dan haram dalam bermuamalah sehari-hari.
Selain itu, kita juga dapat mengajak teman-teman yang lain untuk bergabung ke dalam majelis ilmu yang kita ikuti agar semakin banyak orang-orang baik yang berada di sirkel pertemanan kita. Teringat sebuah pepatah dalam bahasa arab,
الصَّاحِبُ سَاحِبٌ
“Yang namanya sahabat bisa menarik (memengaruhi).”
Jadi kita sebagai orang Islam harus pandai dalam memilih teman, tidak hanya asal berteman, tetapi juga harus memilih teman yang selalu mengingatkan apabila kita melakukan kesalahan atau keburukan dan mereka yang selalu mengajak untuk berbuat kebaikan terus menerus.
Kita mesti berteman dengan mereka yang saling memotivasi dan menyemangati jika ada yang sedang dalam kondisi down serta mendukung apa pun yang dilakukan oleh teman kita asalkan tidak melanggar dan keluar dari syariat Islam, yakni pertemanan yang saling mengasihi apabila ada teman yang lagi membutuhkan serta menolong jika butuh bantuan. [AR]