Peran Perempuan dalam Pencegahan Ekstremisme

2 min read

Di era banjir informasi saat ini kecelakaan berfikir tidak menutup kemungkinan sering terjadi. Hal ini disebabkan banyaknya informasi yang bertebaran di media sosial dan masyarakat mudah untuk mengakses tanpa dibarengi dengan mengecek kevalidan berita dan informasi tersebut.

Selain itu Kurangnya edukasi akan pentingnya memfilter setiap berita atau informasi yang ada, mengakibatkan tak sedikit masyarakat yang menjadi korban informasi hoax. Hal ini mengakibatkan konflik, perpecahan dan kegaduhan ditengah masyarakat yang sangat plural. Tak berhenti disitu, yang paling parah informasi hoax juga mampu mengakibatkan memecah belah kebhinekaan yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu penting edukasi sejak dini tentang memilih dan memilah berita atau informasi sangat penting dan harus disegerakan. Karena Hal ini merupakan salah satu bentuk agar kita terhindar dari informasi yang tidak jelas keberadaannya. Apalagi dewasa ini paham-paham tentang ekstrimisme juga menggunakan media sosial dalam aksi propaganda mereka. Mereka tak malu menjual ayat-ayat agama untuk kepentingan golongan mereka dengan jaminan Surga.

Ajakan jihad dengan jaminan mendapatkan bidadari di surga juga mereka sering gembar-gemborkan di media massa. Sehingga tak sedikit masyarakat yang mau dan mengikuti bujuk rayu kelompok mereka dan akhirnya bergabung dengan mereka. Apalagi pengorganisiran mereka tidak hanya menyasar pada kaum adam tapi kaum hawa pun juga menjadi target sasaran mereka.

Selain itu peran perempuan memiliki sumbangsih yang besar dalam isu radikalisme. Dalam hal ini terdapat sisi positif dan negatif dalam keterlibatan perempuan. Sisi positif, perempuan dapat menjadi agen perubahan yang strategis dalam proses deradikalisai. Kehadiran perempuan sangat penting dalam melawan radikalisme dan terorisme dengan mengoptimalkan karakter mereka yang bisa lebih radikal dan militan dalam arti positif.

Baca Juga  Kapan Ya Ada Maulid Aisyah?

Perempuan menjadi penangkal yang berpotensi mengambil peran di garda terdepan, melalui perannya yang sentral di dalam keluarga sehingga dapat menjauhkan diri dan keluarganya dari perilaku radikal, kemudian BNPT menyatakan bahwa feminisme perempuan dibutuhkan ketika menangani para napiter.

Perempuan dinilai lebih persuasif, oleh karenanya perempuan dimasukkan dalam strategi deradikalisasi. Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT (Badan Nasional Pencegahan Terorisme) Dr.Hj.Andi Intang Dulung mengatakan juga dengan potensi totalitas dalam menjalankan fungsinya, perempuan sangat strategis untuk dilibatkan dalam deradikalisasi. Kemudian sisi negatif dari keterlibatan perempuan pun ada dan perlu untuk dihindari.

Dalam doktrinisasi, perempuan sangat rentan untuk direkrut menjadi bagian terorisme. Sebagaimana pandangan Musdah Mulia seorang aktivis hak asasi perempuan dalam ranah radikalisme perempuan dijadikan sebagai sasaran dari radikalisme, dengan dijadikan sebagai alat sandra bagi pelaku radikal. Hal ini berkaitan dengan anggapan bahwa perempuan merupakan kelompok yang rentan dan tak berdaya. Kemudian perempuan dijadikan sebagai objek seksual kaum radikal dalam menyebarkan rasa takut dan mendesak target menyerahkan diri.

Perempuan memiliki peranan penting pada kesadaran penecegahan radikalisme, karena selain memiliki potensi untuk menjadi bagian dalam kelompok radikal, perempuan juga memiliki peran penting dalam mencegah radikalisme.

Perananan strategis perempuan dalam upaya pemberantasan radikalisme dirasa sangat cocok, Perempuan dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keamanan dan mendeteksi serta melakukan pencegahan sejak dini terhadap radikalisme, dengan menjadikan perempuan sebagai lokomotif terdepan dalam suatu pendidikan moderat. Terutama dimulai dari lingkungan keluarga yang pegang kendali oleh perempuan.

Kemudian sifat keibuan yang dilekatkan pada perempuan secara sosiologis membuat perempuan memiliki kemampuan sosial yang barangkali tidak dimiliki oleh laki-laki. Kemampuan tersebut memberikan kepekaan yang lebih tajam saat mendeteksi perilaku menyimpang, dalam proses deradikalisasi kemampuan ini dapat melakukan pendekatan yang sangat halus sehingga dapat menjadi komplemen penyempurna bagi laki-laki untuk memberantas aksi radikalisme.

Baca Juga  Cara Rasulullah Mengenang Sayyidah Khadijah

Perempuan memiliki peran besar dalam peristiwa-peristiwa konflik yang pernah terjadi, sebagai penengah bahkan juru damai atau perempuan menjadi tempat mencari perlindungan dan keselamatan bagi korban dan pelaku konflik sendiri. Perempuan sudah memiliki kesadaran bahwa berlangsungnya konflik akan membuat kehancuran pada kehidupan secara permanen, oleh karena itu harus dihentikan.

Perempuan mampu menjadi inisiator perdamaian. Dilihat dari data yang telah dihimpun, dapat dijelaskan bahwa perempuan sudah memiliki kesiapan untuk bergerak melawan gerakan radikal. Di antaranya, perempuan menggunakan kuasanya untuk memengaruhi perempuan lain dalam upaya deradikalisasi. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana ia memerankan posisinya di dalam organisasi dalam menegakkan prinsip cinta tanah air.

Perempuan juga mampu membentuk pertahanan serta early warning system dalam hal radikalisme. Melalui mengenali gejala-gejala asosial yang ditampakkan oleh seseorang. Peta hubungan laki-laki dan perempuan secara sosial dalam penanganan deradikalisasi sebetulnya dapat saling berkesinambungan dan saling bekerjasama dalam penanganan isu radikalisme. Peran domestik maupun publik yang dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan dapat dikembangkan dan diperkuat dengan saling bekerjasama dan mengisi kekosongan peran yang ada. (mmsm)