Assalamu’alaikum wr.wb. sudah bertahun-tahun kami hidup dalam kebingungan bagaimana menyelesaikan masalah ini secara tepat menurut agama. Ibu saya seorang penggila belanja. Seringkali yang dibeli adalah barang-barang yang tidak diperlukan atau melebihi keperluan. Kebiasaan ini menyusahkan kami semua, karena ayah dan kami sering harus membayar tagihan hutang yang tidak sedikit. Jika kami tidak menuruti kemauannya kami dibilang tidak berbakti kepada orang tua. Oya, kami anak-anaknya sudah bekerja. Bagaimana kami harus bersikap agar ibu menghentikan tindakannya dan kami tidak menjadi anak durhaka? Wassalam, Amartya, Bogor.
Wa’alaikumussalam wr.wb. Adinda Amartya yang baik. Saya ikut prihatin dengan cobaa yang menimpa keluargamu. Semoga cobaan ini segera berakhir. Hal pertama yang harus dilakukan secara kompak oleh anak-anak dan ayah adalah mengatakan dengan tegas namun bijaksana bahwa apa yang dilakukan ibu adalah salah. Perbuatan itu telah menzalimi ibu sendiri dan juga orang-orang yang mencintainya (keluargamya). Ibu berbuat zalim karena bersikap menghambur-hamburkan harta (tabdzīr/mubadzdzir) yang merupakan perbuatan setan (QS al-Isrā’ [17]: 27).
Ibu juga zalim karena telah merugikan orang lain dan membuat keluarganya menderita. Bicaralah dari hati ke hati bahwa ibu sesungghunya sedang terpedaya oleh kesenangan yang semu. Sampaikan pula kepada beliau bahwa ada kebahagiaan yang jauh lebih hakiki atas harta kita, yakni ketika kita membelanjakannya secara tepat, menginfakkannya dan menyedekahkannya untuk membantu sesama. Dengan mengajak ibu menginfakkan harta ke sasaran yang tepat, “hasrat” mengeluarkan uang ibu tersalurkan dan mendaapat “keuntungan”, yakni kepuasan batin yang pasti lebih nikmat daripada kepuasan sesaat setelah belanja.
Jangan pernah bosan mengingatkan hal ini sambil menolak kemauan ibu yang melebihi batas. Yang penting semua harus dilakukan dengan cara yang sopan, bijak dan tanpa kekerasan. Ibu Anda membutuhkan pertolongan. Itu bukan durhaka. Sebaliknya itu bentuk bakti yang membutuhkan kesabaran tinggi dan perbuatan yang diperintahkan. Rasulullah saw bersabda, “Tolonglah saudaramu yang zalim atau yang dizalimi.” Rasulullah saw ditanya, “Bagaimana menolong orang yang zalim?” Rasulullah saw menjawab, “Engkau mencegah/menghalangi kezalimannya” (HR Bukhari, Ahmad, Tirmidzi). Jelas, membuat ibu berhenti dari kebiasaannya adalah bentuk pertolongan dan bakti anak yang bernilai ibadah.
Lakukan pula langkah-langkah lain semisal mendorong ibu aktif di pengajian, menghadirkan penasihat agama, psikolog untuk memberikan pencerahan kepada Ibu. Hadirkan suasana religius, saling peduli dan saling menyayangi di rumah, sehingga ibu merasa bahagia dan tentram dengan itu. Jangan lupa terus berdoa. Bacakan surat al-Fatihah setiap selesai salat, khusus untuk memohon pertolongan Allah atas beliau. Insya Allah jika semua dilakukan dengan sabar dan ikhlas, dan berangkat dari hati yang tulus karena ingin menyelamatkan dan membahagiakan ibunda, keadaan akan berubah. Yang penting yang mengajak ke jalan yang benar sendiri juga harus berperilaku benar, teguh dalam kebenaran itu dan bijak dalam berkata dan bersikap kepada sang bunda. “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shaleh, dan saling menasihati supaya senantiasa bersabar.” (QS al-Ashr [103]: 1-3). [MZ]