Mohamad Khusnial Muhtar Santri dan Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Keutamaan Bulan Dzulhijjah: Bulan Penuh Berkah dan Keutamaan Ibadah

2 min read

Bulan Dzulhijjah telah tiba. Bulan ke-12 dalam kalender Islam ini, memiliki keistimewaan dan keberkahan yang luar biasa. Umat Muslim memiliki kesempatan yang istimewa untuk memperoleh pahala besar dan mendekatkan diri kepada Allah melalui pelaksanaan ibadah-ibadah tertentu. Umat Muslim memiliki kesempatan yang luar biasa untuk menyucikan diri dari dosa-dosa yang telah lalu. Mengapa demikian?

Bulan Dzulhijjah adalah satu di antara empat bulan yang dimuliakan di sisi Allah. Dalam QS. At-Taubah ayat 36, Allah berfirman:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.

Keempat bulan yang dimaksud adalah Dzulqa’idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab; sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Rasullullah bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari 12 bulan, di antaranya 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.

Beberapa keutamaan bulan Dzulhijjah antara lain:

Baca Juga  [Resensi Buku] Mengembangkan Pendidikan Multikultural untuk Demokrasi dan Keadilan Sosial

Pertama, Allah Bersumpah dengan Hari-hari yang Sepuluh

Allah Swt menyebutkan dalam Al-Qur’an dengan bersumpah pada fajar (subuh) dan sepuluh malam (hari) yang dikenal sebagai hari-hari yang sepuluh. Dalam QS. Al-Fajr ayat 1-2, Allah berfirman:

 وَالْفَجْرِ. وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Artinya: “Demi fajar, dan malam yang sepuluh,

Menurut penafsiran mayoritas ulama salaf, hari-hari yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini menunjukkan keutamaan dan keberkahan yang luar biasa dari hari-hari tersebut. Allah dengan kemurahan-Nya mengabadikan keutamaan dan keberkahan pada waktu-waktu tersebut, untuk memberikan kesempatan kepada umat-Nya memperbanyak ibadah dan mendapatkan pahala yang besar.

Kedua, Lebih Utama dari Jihad

Rasulullah SAW menyatakan bahwa tidak ada hari-hari yang amalan shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Bahkan, para sahabat bertanya apakah hal ini juga meliputi jihad di jalan Allah, dan Rasulullah SAW menjawab bahwa sepuluh hari pertama Dzulhijjah lebih dicintai oleh Allah daripada jihad, kecuali bagi mereka yang berangkat dengan jiwa dan harta mereka dan tidak kembali lagi (gugur dalam jihad).

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Imam at Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».

Artinya: “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.

Hal ini menunjukkan betapa besar dan istimewanya kesempatan untuk beribadah di bulan Dzulhijjah.

Baca Juga  [Cerpen] Monolog Lukisan Rimba di Sebuah Ruang Kerja

Ketiga, Amalan pada Bulan Dzulhijjah Lebih Suci dan Mendapatkan Pahala Besar

Dalam riwayat yang Darimi dengan sanad yang hasan sebagaimana dijelaskan dalam al-Irwaa, Rasulullah bersabda:

 مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَا أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ خَيْرٍ يَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الْأَضْحَى

Artinya: “Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya daripada kebaikan yang dia kerjakan pada sepuluh hari al-adha.”

Mujahid, dalam Lathoif al-Ma’arif, juga menyebutkan bahwa amalan-amalan yang dilakukan pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah akan dilipatgandakan. Inilah saat yang tepat bagi umat Muslim untuk memperbanyak amal saleh, seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, berdzikir, bersedekah, dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan kecintaan kepada Allah.

Dalam kitab Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam An-Nawawi memberikan hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud dari Hunaidah ibn Khalid dan istri-istri Nabi:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ

Artinya: “Rasulullah SAW biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari Asyura (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis.”

Adapun dalam riwayat Imam Bukhari:

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا. وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ .

Artinya: “Ibnu Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah.

Karena keistimewaan dan keutamaan bulan Dzulhijjah itu, sudah sepantasnya kita memperbanyak amalan sunnah selama periode ini. Marilah kita bersemangat dalam melaksanakan amalan-amalan yang dianjurkan dan meraih pahala yang besar. Amalan yang dilakukan dengan ikhlas dan konsisten selama bulan ini akan mendatangkan berkah dan ampunan dari Allah Swt. Semoga kita semua dapat memanfaatkan bulan Dzulhijjah dengan sebaik-baiknya, menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan, dan mendapatkan kemuliaan serta keberkahan di dunia dan akhirat.

Mohamad Khusnial Muhtar Santri dan Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya