Prof. KH. Moh. Ali Aziz, M.Ag Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya; Pengarang Buku Best Seller Terapi Shalat Bahagia, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, dll.

Khutbah Jum’at: Enam Sebab yang Membuat Hati “Membeku”

3 min read

Foto: wathakker.info

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن  اَشْهَدُاَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ  وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّابَعْدُ فَيَا عِبَادَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ  قَالَ اللهُ تَعَالَى يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Para hadirin yang terhormat.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 74:

ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةٗۚ وَإِنَّ مِنَ ٱلۡحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنۡهُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَهۡبِطُ مِنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ٧٤

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Dan sungguh di antara batu-batu itu ada sungai-sungai yang mengalir darinya, dan di antara batu-batu itu, benar-benar ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air dari padanya, dan di antara batu-batu itu pula, benar-benar ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Baqarah [02]: 74).

Ayat di atas menjelaskan adanya hati yang mati dan mengeras bagaikan batu, sehingga tidak dapat tertembus cahaya Allah. Bandingkan dengan hati yang lunak dan siap manerima cahaya Allah, sebagaiman dijelaskan dalam Al Qur’an, “Sungguh orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, hati mereka bergetar, apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, iman mereka bertambah, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal” (QS. al-Anfal [08]: 02).

Para hadirin yang terhormat

Lama Anda mencari jawaban, mengapa pasangan hidup Anda, anak-anak Anda, atau bahkan Anda sendiri susah dinasihati orang. Sekarang Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Adh-Dhabi’i, penulis buku Sanaabilul Khair menjawabnya, bahwa ada beberapa sebab mengapa hati seseorang membatu.

Baca Juga  Khutbah Jumat: Doa Adalah Upaya Minimum Solidaritas Krisis Palestina

Pertama, bicara lebih dari yang diperlukan, apalagi tentang hal yang tidak penting, bohong dan menimbulkan konflik di antara manusia, baik secara langsung ataupun melalui media sosial. Hanya orang bodoh dan tak beriman yang melakukan hal ini, sebab Nabi SAW sudah mengingatkan, “Berbicaralah yang baik. Jika tidak, maka diamlah.” Nabi SAW juga berpesan bahwa tanda kesempurnaan iman adalah selektif kata dan tindakan. Kita diperintah untuk mengucapkan atau melakukan hal yang benar-benar bernilai. Jika kebiasaan buruk itu tidak dihentikan, kata al-Dhabi’i, jangan heran lambat laun, hati Anda membatu, sulit menerima nasihat dari siapapun, termasuk sabda Allah Rasul-Nya.

Kedua, shalat yang sering ditunda-tunda, kecuali jika ada alasan yang darurat dan rasional. “Hatimu akan membatu, jika engkau melanjutkan tidurmu di saat azan dikumandangkan,” kata Adh-Dhabi’i.  Anda berharap Allah selalu merespon doa Anda, tapi Anda tidak merespon panggilan-Nya. Nilai Anda di depan Allah, ditentukan bagaimana nilai Allah di hati Anda.

Ketiga, makan dan minum yang melebihi kebutuhan tubuh. Rosyadi Achmad memberi nasihat, “Makan Anda yang pertama ketika lapar adalah kebutuhan, sedangkan makan kedua adalah nafsu yang akan membuat Anda bodoh, malas dan berpenyakit, sebab akan menghasilkan lemak yang tersimpan di bawah permukaan kulit.” Jangan seperti hewan yang hanya berhenti mengunyah makanan ketika tidur. Kata Umar bin Khattab r.a, “Jika engkau tidak berlatih menahan hawa nafsu mulai dari makanan, apakah mungkin engkau bisa melawan hawa nafsu yang lebih membahayakan.” Makanan halal yang berlebih bisa mengeraskan hati, maka tentu akan lebih dahsyat dampak negatifnya, jika makanan itu bersumber dari korupsi, atau cara-cara yang haram lainnya.

Makanlah secukupnya dan belanjakan uang secara hemat, agar Anda  memiliki sisa dana untuk membantu lebih banyak orang yang membutuhkan. Kata nabi SAW, “Engkau tidak berhak menyebut diri sebagai orang beriman, jika engkau kenyang di tengah orang-orang yang lapar.”

Baca Juga  Khutbah Jumat: Hebatnya Indonesia

Keempat, introspeksi yang diabaikan. Setiap muslim harus menyediakan waktu untuk introspeksi secara rutin. Rukuk dan sujudlah yang lebih lama untuk bertasbih dan memohon pertolongan Allah untuk berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk. I’tikaf di masjid antara lain dimaksudkan untuk introspeksi atas dosa-dosa kita. Semakin jarang introspeksi dilakukan, semakin cepat hati Anda mengeras dan membatu.

Kelima, mainan atau game, musik dan video yang tidak mendidik. Kita diajari Nabi SAW untuk berdoa, “Wahai Allah, berikan cahaya-Mu pada pendengaran dan penglihatanku.” Artinya, kita meminta Allah untuk dijauhkan dari pendengaran dan penglihatan yang negatif. Untuk hiburan sejenak tidaklah dilarang, asal tidak berlebihan dan tidak merusak akhlak. Sering terjadi kriminalitas dan kejahatan seksual yang dilakukan akibat video-video yang tidak edukatif. Allah SWT mengingatkan, “Sungguh, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya harus dipertanggungjawabkan” (QS. al-Isra [17]: 36).

Keenam, tawa atau bergurau yang berlebihan, bahkan terbahak-bahak persis gelak-tawa setan. Anas r.a bercerita, “Rasulullah SAW pernah berkhutbah dengan berapi-api, cara yang belum pernah saya saksikan sebelumnya. Beliau berkhutbah, Lau ta’lamuna ma a’lam ladlahiktum qalilan walabakaitum katsira” (andaikan kalian mengetahui apa yang telah saya ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Para sahabat langsung menutup muka sambil sesenggukan menangis” (HR. Bukhari Muslim). Imam Hasan Al Bashri menegur pemuda yang terbahak-bahak, ”Wahai anak muda, bagaimana kalian bisa tertawa seperti itu, padahal tidak ada jaminan bahwa engkau masuk surga dan selamat dari siksa?” Sejak itu, pemuda tersebut bertaubat dan menjadi orang yang saleh.

Para hadirin Yth.

Sekali lagi, marilah kita menjauhi  enam sebab kebekuan hati, yang saya singkat BISA MAIN MATA, yaitu (1) bicara yang berlebihan, (2) shalat yang ditunda-tunda, (3) makan yang berlebihan, (4) introspeksi yang diabaikan, (5) mainan yang tidak mendidik, dan (6) tawa yang berlebihan. Kita memohon kepada Allah semoga Allah menyinari hati kita, sehingga mudah tersentuh dengan firman Allah dan sabda rasul-Nya. Lunakkan hati, nyalakan pelita di dada dengan cahaya Nabi tercinta.

Baca Juga  Mengagungkan Syi'ar Alah dalam Ibadah Haji

اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Referensi: (1) Kementerian Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Al Jumanatul ‘Ali, Bandung, 2005; (2) Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Adh Dhabi’i, Sanabilul Khair, Investasi Akhirat, terjemah: Tsaniananda Fidyatul Ch, Penerbit: Tinta Medina, Creative Imprint of Tiga Serangkai, Solo, Cet. I, 2016, hlm. 72-73; (3) Rosyadi Achmad, Terapi Sapu Jagad, Penerbit: Sapu Jagad Corp, Sidoarjo, cet.1.2015;  (4) As Samarqandy, Syekh Nashr bin Muhammad bin Ibrahim, Tanbighul Ghafilin, Maktabah wa Mathba’ah Al Hidayah, Surabaya, t.t. hlm. 70; (5) Khalid Muhammad Khalid, Ma’a Umar (Umar Ibnul Khattab Mukmin Perkasa), terj. Abu Syauqi Baya’syud dan Mustafa Mahdami, Penerbit Media Idaman, Surabaya, 1989, cet. II (6) Hamka, Tafsir Al Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985.

Naskah khutbah ini pertama kali terbit di www.terapishalatbahagia.net.

Prof. KH. Moh. Ali Aziz, M.Ag Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya; Pengarang Buku Best Seller Terapi Shalat Bahagia, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, dll.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *