Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta

Father Parenting Ala Luqman dalam Al-Qur’an

2 min read

nu.or.id

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari dua tulisan sebelumnya, “Tokoh-Tokoh Father Parenting dalam al-Qur’an 1 dan 2”. Namun, penulis sengaja menggunakan judul yang berbeda agar terlihat lebih variatif. Walaupun narasi judul memiliki perbedaan, namun tulisan ini tetap berada pada arah dan esensi yang sama yaitu pentingnya sosok “ayah” dalam mendidik anak dan bagaimana para sosok ayah dalam al-Qur’an bisa dijadikan contoh.

Pada tulisan sebelumnya penulis telah memberikan sedikit gambaran bagaimana parenting ala Nabi Ibrahim dengan sikap demokratis dan dialogis kemudian Nabi Ya’qub dengan sikap tabah dan kesabaran dalam menghadapi anak-anaknya. Sosok lain yang dikisahkan dalam al-Qur’an untuk dijadikan teladan adalah Luqman.

Wasiat Luqman untuk anak-anaknya.

Kisah luqman dan anak-anaknya diabadikan menjadi sebuah nama surah dalam al-Qur’an. Dalam tafsir al-Munir Wabah az-Zuhaili mendeskripsikan Luqman al Hakim sebagai orang yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang substansi hikmah dengan mengeti dan memahami keesaan Allah dan perintah untuk mempraktikan akhlak mulia, adab dan etika serta larangan terhadap prilaku-prilaku buruk dan mungkar.

Surah Luqman berisi tentang mukjizat Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti ciptaan Allah SWT, wasiat luqman dan anak-anaknya, kecaman terhadap orang musyrik, dan surah ini ditutup dengan perintah bertakwa dan takut akan adzab pada hari kiamat. Adapun Wasiat lukman untuk anak-anaknya berada pada ayat 13-19.

Pertama, Luqman berpesan kepada anaknya untuk tidak mempersekutukan allah. “Wahai Anakku, Janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar”. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah kata ya’izhuhu diambil dari kata wa’zh bermakna nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Namun ada juga yang mengatakan sebagai ucapan yang mengandung peringata dan ancaman.

Baca Juga  Menelusuri Makna Spiritulitas Haji (Wukuf Di Arafah)

Penggunaan kata yabunayya dalam ayat ini mengisyaratkan kasih sayang. Adapun pesan utamanya  dalam mendidik anak hendaknya didasari oleh kasih sayang. selain kasih sayang, nasihat Luqman diawali dengan larangan mempersekutukan Allah. Larangan tersebut mengandung pembelajaran tentang wujud dan keesaan tuhan.  Narasi untuk tidak mempersekutukan Allah sebenarnya untuk menekankan bahwa perlunya meninggalkan sesuatu yang bukur sebelum melaksanakan yang baik.

Kedua. Untuk patuh kepada kedua orang tua. Namun, pada ayat selanjutnya terdapat pengecualian untuk berbakti kepada orang tua. Pengecualian tersebut berupa apabila kedua orang tua memaksa untuk mempersekutukan Allah. Walaupun demikian sebagai anak kita tidak boleh memutus hubungan dengan orang tua dan tetap berbakti kepada orang tua selama tidak bertentangan dengan Syariat.

Ketiga. Melaksanakan shalat, mengerjakan yang ma’ruf mencegah kemungkaran, dan bersabar terhadap cobaan. Nasehat ini menyangkut prihal untuk mengingkatkan spiritual. Shalat serta mengerjakan amal-amala kebajikan merupakan sebuah prisai untuk membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.

Keempat.  Tidak menyombongkan diri. Nasihat terakhir yang diberikan Luqman kepada anak-anaknya yaitu tentang akhlak dan sopan santun dalam berinteraksi. Hal ini disebutkan dengan narasi “jangan memalingkan pipimu”, “jangan berjalan di bumi dengan angkuh”.  Quraish Shihab menjelaskan bahwa dua kalimat tersebut bermaksud jangan berprilaku sombong tetapi perlihatkanlah wajah kita kepada setiap orang dengan wajah berseri dan kerendahan hati.

Selanjutnya luqman memberikan wejangan bahwa Allah sangat tidak menyukai orang-ornag yang sombong dan membanggakan diri. Allah tidak akan melimpahkan kasih sayangnya kepada orang tersebut. kemudian narasi “sederhanalah dalam berjalanmu” menurut Shihab yaitu jangan membusungkan dada, dan jangan juga merunduk seperti orang sakit, jangan tergesa-gesa dan jangan pula sangat perlahan sehingga menghabiskan waktu. Berjalanlah seperti biasa dan jangan berlebih-lebihan.

Baca Juga  Fitnah Keji untuk Menyalib al-Hallaj

Refeleksi

Jika kita melihat dari beberapa peran ayah dalam al-Qur’an dengan bersandarkan pada tokoh yang berbeda dalam al-Qur’an maka akan ditemukan kecenderungan yang berbeda dalam setiap pola asuh pada anak-anaknya. Nabi Ibrahim dengan menanamkan sikap demokratis, Nabi Ya’qub dengan menanamkan sikap sabar, serta Luqman yang lebih cenderung menanamkan sikap spiritual dan sosial.

Bentuk spiritual dan sosial tersebut sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam Tafsir al-Misbah bahwa nasihat Luqman mencakup pokok-pokok tuntunan agama. Yaitu akidah, syariat dan akhlak kemudian tiga unsur ajaran al-Qur’an berupa berkahlak kepada Allah, terhadap orang lain, dan berakhlak kepada diri sendiri.

Nasihat Luqman kepada anaknya mengisyaratkan bahwa menanamkan sikap spiritual serta sosial merupakan pendidikan utama serta mendasar yang harus diberikan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini. Tidak hanya memberi nasihat, namun Ayah sebagai teladan bagi anaknya harus mengaplikasikannya dalam keseharian agar hal tersebut dapat ditiru oleh sang anak.

Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta