Allah mengutus nabi dan rasul kepada manusia untuk menyampaikan wahyu yang berisi tentang ajaran hidup dan syariat.
Kisah tentang para nabi dan rasul tersebut bukan hanya untuk dibaca atau diketahui saja, melainkan banyak manfaat juga nilai keteladanan yang harus diambil serta diamalkan dalam kehidupan kita, baik itu dari segi keimanan dan ketakwaan kepada Allah maupun bahkan akhlak terhadap sesama manusia.
Salah satu nabi yang cukup terkenal dengan kisah uniknya adalah Nabi Yunus, di mana kisahnya juga diabadikan dalam beberapa ayat di Al-Qur’an.
Nabi Yunus dan Penduduk Niwana
Nabi Yunus merupakan nabi yang diutus Allah untuk berdakwah di Ninawa, sebuah daerah di sekitar kota Maushil, dekat sungai Tigris, Iraq. Ia bertanggungjawab meluruskan keyakinan penduduk Ninawa yang masih menyembah berhala.
Namun, setelah bertahun-tahun berdakwah, Nabi Yunus masih saja mendapati penolakan bahkan kecaman. Hanya ada dua orang yang bersedia mengikutinya.
Nabi Yunus terus berusaha dan menegaskan berulang-ulang akan adanya bencana besar apabila penduduk masih saja menolak dan ingkar pada ajaran yang ia bawa. Sayangnya, keadaan masih tak berubah. Nabi Yunus pun kesal dan akhirnya meninggalkan Ninawa.
Nabi Yunus dan Ikan Paus
Tibalah Nabi Yunus di tepi pantai, melihat sebuah kapal datang, dan ia segera turut menumpang menyeberangi laut. Ketika kapal tersebut tengah berlayar, datanglah badai hebat yang membuat kapal bergoyang tak keruan.
Muncullah sebuah ide untuk mengurangi muatan dengan menghanyutkan barang-barang bawaan. Kapal masih belum juga stabil hingga nahkoda kapal memutuskan untuk membuat undian.
Undian pertama didapati nama Yunus, tetapi karena para penumpang lain enggan, maka undian pun diulang. Setelah tiga kali pengulangan, masih saja memunculkan nama Yunus. Nabi Yunus pun akhiranya memutuskan untuk mengikuti undian tersebut dengan melemparkan diri ke tengah laut, karena ia merasa bahwa mungkin ini hukuman karena telah meninggalkan kaumnya.
Tiba-tiba datanglah seekor ikan paus yang sangat besar menelan Nabi Yunus dan membawanya berenang mengarungi samudra hingga ke dasar laut. Di dalam perut paus yang gelap gulita dan juga pengap itu, Nabi Yunus menumpahkan kesedihannya karena telah berputus asa dalam berdakwah bahkan meninggalkan kaumnya. Ia pun terus berdzikir dan berdoa kepada Allah agar dibebaskan dari segala kesulitan. Ia pun berdoa:
لآاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ أِنّىْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
“Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Allah mendengarkan doa Nabi Yunus lalu memerintahkan paus untuk mendamparkan Nabi Yunus di sebuah pantai. Lalu Allah menumbuhkan sebuah tanaman sejenis labu yang memiliki dedaunan lebat yang dapat menaungi dan manjaga Nabi Yunus dari panas matahari, dan buahnya dapat menjadi makanan untuk menemani kepulihannya.
Tobat Penduduk Ninawa
Di sisi lain, setelah kepergian Nabi Yunus, Ninawa dilanda awan hitam pekat. Langit seolah bergemuruh dahsyat, binatang-binatang ketakutan dan penduduk pun gelisah. Mereka menyadari apa yang telah dikatakan Nabi Yunus adalah benar. Hidayah Allah telah menyinari penduduk Ninawa, mereka akhirnya bertaubat kepada Allah dan memohon ampun.
Allah Maha Pengampun, dan azab pun tak jadi turun. Setelah beberapa hari kemudian Nabi Yunus kembali dari kepergiannya untuk mengajari mereka tauhid dan menyempurnakan iman mereka.
Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini, salah satunya tentang kesabaran. Kata “sabar” memang tampak sederhana, tetapi melaksanakannya tentu tidaklah mudah.
Nabi Yunus telah berjuang lama untuk dakwahnya tetapi hasilnya masih saja nihil hingga kekesalan menghampiri hatinya dan membawanya kepada rasa putus asa. Ini menunjukkan bahwa hal baik juga harus disertai dengan kesabaran. Tanpa kesabaran hal-hal buruk akan selalu menggoda sekecil apa pun itu.
Sabar juga harus dimiliki setiap orang yang memiliki keinginan atau impian dalam hidupnya. Namun, sabar juga dapat menjadi sebuah kebohongan jika tidak ada usaha di dalamnya. Sabar dapat berupa menahan emosi atau amarah terhadap orang-orang yang zalim, karena menanggapi perkataan mereka dengan amarah akan berujung pertikaian.
Kita harus kembali mengingat bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan umatnya, sebagaimana diterangkan dalam surah al-Baqarah ayat 286:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang ia kerjakan dan ia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.”
Pelajaran lain yang bisa diambil yaitu bertobat dari kesalahan yang telah diperbuat. Nabi Yunus menyesal karena telah meninggalkan kaumnya, lantas ia berdoa dan terus memohon ampun kepada Allah.
Manusia memang tak bisa luput dari kesalahan, tetapi bagian terpenting adalah ketika ia mau kembali untuk bertobat. Makna tobat sendiri amatlah luas. Tobat bukan hanya tentang menyesal, tetapi juga tentang keinginan untuk berubah tidak mengulangi kesalahan dan juga siap mengisi diri dengan hal-hal yang positif.
Tak hanya itu, kisah Nabi Yunus yang terus berzikir dan bertasbih menyucikan asma Allah di dalam perut ikan paus juga mengingatkan kita untuk terus berprasangka baik kepada Allah. Tak ada tempat lain untuk bergantung dan berharap kecuali kepada Allah.
Kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti punya maksud dan arah yang baik menuju rahmat Allah, selama kita melewati prosesnya dengan benar.
Prasangka baik akan membawa kita kepada hari-hari yang cerah meskipun saat kita sedang melewati masa sulit. Sebaliknya, prasangka buruk akan membuat hari yang indah tanpa masalah tetap dipandang buruk sebab iri dan dengki sudah menyelimuti hati. Allah berkata dalam surah al-Insyirah ayat 5-8 sebagai berikut:
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (5) Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6) Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) (7) dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (8).”
Ayat ini menguatkan kita untuk terus berjuang dalam memaknai kehidupan, juga memperkaya diri dengan harapan-harapan yang positif agar perjuangan dan pengorbanan tidak terasa berat. Hasil tidak akan pernah mengkhianati proses, dan hasil yang baik tentu adalah kehendak Tuhan dengan versi terbaik menurut-Nya. [AR]