Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta

Ragam Tradisi Muslim Indonesia dalam Memperingati Malam Nisfu Sya’ban

2 min read

Sepertinya sudah tidak aneh lagi jika Indonesia memiliki beragam tradisi di setiap daerahnya. Justru keragaman tradisi ini menjadi aset kekayaan budaya tradisional yang menjadikan Indonesia terlihat kaya dan berwarna. Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah menetapkan sejak tahun 2013 hingga 2022 Indonesia memiliki sebanyak 1728 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang terbagi ke dalam 5 domain. Salah satu tradisi yang baru saja dilaksanakan beberapa hari terkahir adalah peringatan malam Nisyfu Sya’ban.

Kemuliaan Nisfu Sya’ban

Masyarakat muslim meyakini bahwa Sya’ban merupakan bulan yang penuh dengan kemuliaan. Pada bulan ini umat muslim diperintah untuk memperbanyak ibadah terutama berpuasa. Hal ini karena berpuasa di bulan Sya’ban dapat melatih diri kita ketika berpuasa di bulan Ramadhan nanti. Selain berpuasa, ibadah lainnya adalah dengan memperbanyak membaca shalawat karena pada bulan ini ayat perintah bershalawat turun kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam kitab madza fi sya’ban karya syeikh Muhammad Ali al Maliki yang membahas secara khusus mengenai bulan Sya’ban.  Syeikh Ali mengatakan bahwa malam nisyfu sa’ban merupakan satu malam pada bulan Sya’ban yang dipenuhi dengan keberkahan dan kemuliaan. Pada malam itu Allah SWT memberikan anugerah-Nya kepada makhluk-Nya dengan pengampunan dan rahmat-Nya. Allah akan mengampuni orang-orang yang memohon ampun, memberikan rahmat kepada orang-orang yang berbelas kasih, mengabulkan doa roang-orang yang meminta, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah dan memerdekakan sekelompok orang dari neraka.

Jika berbicara tentang dalil malam Nisyfu Sya’ban memang tidak terlepas dari kategori hadis dhoif atau inqito’. Namun, hadis-hadis tersebut ada yang lebih ringan tingkat kelemahannya dibandingkan dengan yang lain. Sebuah riwayat yang menyebutkan besarnya keutamaan malam Nisyfu Sya’ban di mana umat islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah yaitu dari Abu Musa al-Asy’ari menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya Allah melihat pada malam Nisfu Sya’ban, lalu dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah).

Tradisi Nisfu Sya’ban

Baca Juga  Menuju 2024, Demokrasi Kita Macet!

Menuju pertengahan malam Nisfu Sya’ban masyarakat biasanya mulai berbondong-bondong menuju ke masjid atau musholla untuk melakukan shalat maghrib secara berjamaah. Umumnya setelah shalat Maghrib dilanjutkan dengan membaca Yasin sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan doa bersama. Selain itu di beberapa daerah biasanya terdapat ceramah dari beberapa ulama, kiai dan tokoh masyarakat sekitar yang menjelaskan terkait keutamaan malam Nisyfu Sya’ban.

Di tempat saya sendiri kampung parti waklijah malam Nisfu Sya’ban diperingati dengan makan bersama di musholla. Sebelum itu, para ibu-ibu membawa makanan dari rumah masing-masing yang diwadahi nampan dan dibungkus menggunakan daun pisang. Isinya ada nasi, lauk pauk dan beragam buah-buahan. Tradisi ini bernama sya’banan.

Sejauh pengetahuan saya tradisi Sya’banan juga berada di kampung istri saya tepatnya di kampung mulabaruk kabupaten Garut. Setelah maghrib seluruh masyarakat berkumpul di masjid untuk membaca Yasin sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan do’a. Setelah pembacaan Yasin setiap orang mendapatkan nasi satu bungkus. Uniknya di kampung ini setiap rumah diwajibkan menyumbangkan minimal 10 bungkus nasi.

Selain itu, mengutip dari babel.antaranews.com di daerah Bangka Belitung tradisi malam Nisfu Sya’ban bernama “nganggung”. Dalam tradisi ini, masyarakat berkumpul membersihkan masjid, menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa, sampai mendekorasi tempat ibadah. Budaya gotong royong dalam tradisi nganggung ada yang membawa beras, ada yang menyumbangkan lauk-lauk, adapula yang memasak. Keseluruhannya dilakukan oleh masyarakat setempat dengan bersama-sama.

Di daerah Wonogiri Jawa tengah tradisi malam Nisfu Sya’ban bernama kupatan. Mengutip dari detik.com tradisi ini dilakukan secara turun temurun dan masih lestari hingga saat ini. Tradisi ini dimulai pada tanggal 15 Sya’ban dengan memukul bedug dari masjid sekitar. Masyarakat kemudian berkumpul membawa menu berupa maknaan berupat ketupat dan sayur beserta lauk-pauknya. Tentunya tidak lupa dengan membaca doa bersama.

Baca Juga  Berpolitik, sebuah Ikhtiar Mencuri Demokrasi (1)

Tradisi Islam Berbalut Budaya

Jika membahas tentang tradisi dan Islam maka tidak akan terlepas dari proses penyebaran Islam di Indonesia yang dibawa oleh wali songo. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa secara historis dalam penyebarannya walisongo menyebarkan Islam dengan cara mengakulturasi nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Dengan cara tersebut akhirnya walisongo dapat dengan mudah mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk lokal. Akhirnya ajaran Islam sampai hari ini memiliki beragam tradisi yang di dalamnya terdapat nilai-nilai keislaman.

Tradisi pada malam Nisfu Sya’ban merupakan salah satu dari produk dakwah walisongo dalam menyebarkan Islam di  Indonesia. Ragam tradisi yang saya sebutkan di atas  merupakan tiga dari ribuan tradisi lainnya yang ada di seluruh Indonesia khususnya umat muslim. Tradisi pada malam Nisfu Sya’ban menjadi khazanah tradisi Islam yang dibalut dengan budaya lokal yang memperkuat persaudaraan antar sesama umat muslim. Wallahua’lam

Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta