Penelitian adalah kunci kemajuan. Tanpa penelitian, tidak akan ada kemajuan. Penelitian yang dilakukan secara serius akan menumbuhkan inovasi, kreativitas, dan pengembangan keilmuan maupun praktis kehidupan.
Spirit untuk mendorong penelitian yang semakin berkualitas terus dilakukan oleh Kementerian Agama RI. Berbagai ikhtiar dan inovasi terus dilakukan. Tawaran inovasi dalam aspek metodologi maupun teknis pelaksanaan penelitian bukan berarti tanpa ruang kritik. Selalu saja ada ruang kritik yang terbuka. Kritik, tentu saja, penting untuk disuarakan agar kemajuan demi kemajuan bisa terwujud.
Salah satu inovasi yang penting adalah hasil penelitian. Hasil dalam bentuk buku dan artikel jurnal menjadi penanda pertanggungjawaban intelektual yang signifikan. Penelitian berkualitas ditandai oleh—antara lain—pada diseminasi hasilnya secara luas.
Buku hasil penelitian penting artinya untuk diseminasi penelitian kepada khalayak luas. Tentu bukan buku yang sekadar dicetak terbatas lalu masuk rak. Aspek yang justru lebih penting adalah bagaimana buku yang memuat hasil penelitian itu bisa dibaca secara luas oleh masyarakat.
Setelah Moraref dan Morabase, Kemenag RI meluncurkan Morabind. Morabind merupakan inovasi terbaru di mana PTKIN diharapkan menghidupkan dan menumbuhkembangkan penerbit kampus agar bisa menerbitkan buku-buku karya dosen.
Hasil penelitian tentu menjadi salah satu buku yang diharapkan bisa difasilitasi oleh Morabind untuk diunggah, dibaca, dan juga disitasi laiknya artikel jurnal. Jadi bukan sekadar dicetak, tetapi bisa diakses secara luas.
Penelitian demi penelitian sesungguhnya cukup produktif dilakukan oleh kalangan dosen PTKIN dan PTKIS. Setiap tahun ribuan penelitian dilakukan. Dana dalam jumlah yang terus meningkat juga telah dianggarkan. Namun hasil penelitian belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Diseminasi penelitian sejauh ini masih cukup terbatas dalam ruang-ruang diskusi. Buku dan artikel jurnal sesungguhnya semakin banyak terbit, tetapi tetap belum bisa menjadi representasi diseminasi secara luas dan efektif. Sangat mungkin hasil penelitian belum diketahui dan diakses secara luas. Bahkan di kampus tempat peneliti bekerja pun sangat mungkin belum semuanya membaca dan mendapatkan manfaat dari hasil penelitian para dosennya.
Publikasi hasil penelitian secara lebih kreatif, persebaran yang luas penting untuk dilakukan. Pandemi sekarang ini memang menimbulkan banyak perubahan mendasar dalam kehidupan bangsa Indonesia, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun realitas semacam ini tidak perlu untuk disesali. Mematuhi protokol kesehatan dan terus berupaya menemukan inovasi menjadi aspek yang penting untuk dilakukan.
Pada aspek inilah Tadarus Litapdimas menemukan titik signifikansinya. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika hasil penelitian bisa didiskusikan secara kritis dengan jumlah peserta sedemikian banyak.
Tadarus Litapdimas merupakan inovasi yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Acara “Bedah Penelitian, Publikasi Ilmiah, Pengabdian Masyararakat, dan Keilmuan” menghadirkan perspektif baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Hasil penelitian kini diperbincangkan, disosialisasikan, dan didiskusikan dengan peserta yang sangat banyak.
Tadarus seri ke-4, misalnya. Pada acara yang dimoderatori oleh Dr. Mahrus El-Mawa selaku Kasi Penelitian dengan Narasumber Irma Riyani, Ph.D dari UIN Sunan Gunung Djati, Bandung yang menyampaikan materi “Islam, Women’s Sexuality and Patriarchy in Indonesia”, dan Nursaid, MA dari IAIN Kudus yang membawakan materi “Ratu Kejayaan Maritim Nusantara: Relasi Kuasa Ratu Kalinyamat di Tengah Hegemoni Lelaki dalam Masyarakat Pesisir”, serta pembahas Dr. Abdur Rozaki ditonton secara langsung tidak kurang dari 700 orang.
Saya yakin jumlahnya yang menonton lebih banyak lagi dari itu karena tidak semua berkesempatan mengikuti acara secara langsung. Kerena faktor kesibukan masing-masing, mereka ini baru sempat menonton setelah acara selesai. Ketika tulisan ini dibuat, video diskusi tersebut di kanal Youtube sudah ditonton oleh 1406. Sebuah jumlah yang cukup lumayan. Jumlah ini sangat mungkin terus bertambah seiring perjalanan waktu.
Terlepas dari orientasi sertifikat yang memang penting dan membanggakan karena bisa ikut kegiatan bergengsi Tadarus Litapdimas, ada aspek yang saya kira tidak bisa diabaikan yaitu diseminasi penelitian. Ya, acara ini adalah media penting untuk memperkenalkan dan diseminasi penelitian dalam skala lebih luas. Tidak ada lagi sekat ruang dan geografi. Semuanya bisa mengikuti acara ini.
Saya menikmati diskusi kawan-kawan saya di banyak grup Watsap tentang bagaimana perjuangan mereka agar bisa menjadi salah satu dari 500 peserta via aplikasi Zoom. Bagi yang berhasil, tentu itu hasil perjuangan yang menggembirakan. Sementara yang gagal, mereka masih bisa menikmatinya via Youtube.
Bagi saya, kegiatan Tadarus Litapdimas ini setidaknya mempunyai tiga kemanfaatan yang bisa diperoleh. Pertama, selain sosialisasi hasil penelitian, kegiatan tersebut mencerminkan terbukanya sekat karena keterbatasan kesempatan bertemu. Ya, lewat Tadarus Litapdimas, seluruh akademisi dan juga mahasiswa memiliki kesempatan bertemu dalam satu ruang digital. Acara ini mempertemukan banyak orang dari berbagai latar belakang.
Kedua, kegiatan ini membuka cakrawala baru persemaian keilmuan yang sangat luas. Dibandingkan dengan buku dan artikel jurnal, acara ini dapat menjadi pemantik untuk menelusuri lebih jauh hasil penelitian yang telah dilakukan. Permintaan materi setelah kegiatan merupakan bukti keingintahuan peserta terhadap materi yang telah dilakukan.
Ketiga, seminar gratis. Ya, inilah seminar yang luar biasa. Semuanya gratis. Sesungguhnya tidak gratis juga karena harus modal kuota, tetapi tetap jauh lebih murah dan memiliki keterbukaan untuk diakses secara luas.
Saya berharap acara ini menjadi agenda rutin. Bahkan jika pandemi berakhir, acara semacam ini harus terus dilestarikan. Ada begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh. Inilah model baru memasarkan hasil penelitian. (AA)