Alifatul Lusiana Uswatun Chasanah Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Mencegah Persebaran Paham Radikalisme

2 min read

Pesatnya perkembangan internet merupakan salah satu pendukung masuknya radikalisme di kalangan masyarakat. Sejalan dengan masa-masa pandemi yang tidak bisa tidak mengharuskan masyarakat selalu berhubungan dengan gadget, realitas ini menjadi peluang besar bagi penebar paham radikal melalui konten-konten di media daring. Masyarakat yang kurang memiliki pemahaman keagamaan yang baik dan mendalam akan sangat mudah terpengaruh dengan propaganda mereka.

Penyebaran radikalisme umumnya muncul dari keinginan kuat sekelompok orang yang besemangat dalam beragama namun kurang mengerti ilmu agama dan tidak mengerti harus memulai dari mana. Sehingga, bermodalkan pemahaman agama dari Youtube, mereka kemudian mulai mengikuti ajaran yang disampaikan.

Mereka yang telah terpengaruh oleh virus radikalisme lebih ekslusif dengan tiga kegiatan kesehariannya terutama di masa karantina seperti ini. Pertama; mengikuti kajian-kajian online secara intens dari video-video yang tersebar di youtube dan instagram, hal ini salah satunya tidak lain karena adanya kemudahan akses internet dari rumah. Kedua; mengikuti pola pikir radikal yang memahami Alquran secara tekstual. Dan ketiga; memaksakan pemahamannya kepada orang lain disertai anggapan bahwa pendapat yang berbeda dengan diriya adalah salah.

Di sisi lain, mereka tidak lagi belajar dari para guru yang sudah jelas asal-usul keilmuanya tapi lebih memilih belajar dari video popular di youtube dan instagram yang belum jelas darimana asal-usul dan sanad keilmunya.

Mereka mendasarkan segala permasalahan kehidupan pada konten-konten tersebut tanpa mempelajari lebih lanjut sehingga pola pikir merekapun juga berubah. Memahami Alquran hanya secara tekstual tanpa rujukan dari kitab-kitab tafsiran lain, memahami ayat tanpa melihat ayat lain. Padahal, untuk memutuskan suatu hukum tidak bisa hanya menggunakan dan merujuk pada satu ayat saja. Begitu juga penggunaan landasan hadis yang serampangan tanpa tahu ilmu tentang konteks hadis dan kuat atau lemahnya hadis.

Baca Juga  Kegegalan Asimilasi Sistemik di Prancis; Catatan Terbunuhnya Samuel Paty

Pemahaman inilah yang mereka yakini benar tanpa menerima pendapat lain. Orang-orang diluar kelompok mereka dianggap kafir dan dengan membaca satu dalil tentang halalnya darah orang kafir merekapun memerangi orang non-muslim. Hal ini tentu juga disebabkan oleh faktor kurangnya pemahaman kebangsaan mengenai nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan.

Padahal negara Indonesia bukanlah negara Islam melainkan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya dan agama. Namun kelompok radikal tidak akan membiarkan keyakinan lain tumbuh subur selain keyakinannya sendiri. Dampak dari keberadaan mereka adalah terancamnya kesatuan Indonesia karena mereka menyebarkan ajaran dan konsep negara Islam, terhapusnya pri-kemanusiaan karena mereka keras terhadap orang-orang di luar kelompok mereka dan terkikisnya ideologi pancasila.

Untuk mengantisipasi masuknya radikalisme terdapat beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama; masyarakat hendaknya melakukan penyaringan terhadap banyaknya tawaran organisasi masyarakat (ormas), sebab ancaman radikalisme di ranah masyarakat salah satunya adalah melalui ormas. Ormas yang demikian biasanya memperkenalkan diri berbasis keagamaan yang murni dan mengajak kembali kepada Alquran dan hadis untuk merekrut anggota.

Kedua; Penguatan pengetahuan berbasis kebangsaan untuk menanamkan ideologi pancasila. Di sisi lain urgensi penguatan pengetahuan berbasis tafsir juga penting agar masyarakat tidak menentukan hukum hanya berdasarkan penafsiran Alquran secara tekstual saja. Dalam hal ini lembaga-lembaga masyarakat bisa menginisiasi dengan diadakannya seminar seminar atau kegiatan sejenis secara online dan mudah diakses dari rumah.

Ketiga; Tidak memberikan mimbar public bagi mereka yang berpaham radikal. Pada titik ini, masyarakatlah peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan agar tidak tumbuh bibit-bibit radikalisme dalam di tengah masyarakat. Selain itu tokoh agama moderat juga membuat publikasi tentang keislaman dan ajaran-ajaran moderatnya sebagai wacana tandingan kelompok-kelompok radikalis.

Baca Juga  Tips Menyelesaikan Masalah dari Rukun Iman

Akhirnya, saya melihat bahwa sinergi organisasi masyarakat, penguatan pengetahuan berbasis kebangsaan dan spirit kebangsaan tokoh kemasyarakatan dapat mencegah tumbuhnya bibit-bibit radikalisme. Di sisi lain juga menciptakan masyarakat yang memiliki semangat nasionalisme yang tinggi untuk menjaga NKRI. (AA)

Alifatul Lusiana Uswatun Chasanah Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *