Ust. Nurbani Yusuf Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu dan Ustaz di Komunitas Padang Makhsyar yang Tinggal di Batu, Malang.

Masa Depan Agama Old dan Agama Tekno

1 min read

http://2beahumanbeing.blogspot.com/2012/06/makalah-sains-dan-islam.html

Saatnya membincang masa depan agama di abad 21. Tentang potensi Agama baru di tengah cengkeram teknologi dan sains yang merangsak maju mendesak posisi ‘Agama Old’: semisal Yahudi, Kresten, Islam, Hindhu, dan Budha Agama-agama konvesional ini terkesan mulai melamban, gendhut dan sulit bergerak karena birokrasi agama yang sangat ketat bahkan ribet dengan aturan menjerat.

Bagaimana status agama dan ideologi saat ini di dunia, dan apa yang akan menjadi dampak dari terobosan teknologi abad ke-21 terhadap agama dan ideologi? Akankah agama dan ideologi tradisional-dari Kristen dan Islam hingga Liberalisme dan Sosialisme-berhasil bertahan dari revolusi teknologi dan ekonomi abad ke-21? Apa yang akan menjadi tempat Islam, misalnya, dalam dunia rekayasa genetik dan kecerdasan buatan? Diskursus ini membahas pertanyaan-pertanyaan ini, dan berpendapat bahwa masa depan adalah milik agama-agama tekno, yang menjanjikan keselamatan melalui teknologi, dan yang sudah mengumpulkan orang-orang percaya di tempat-tempat seperti Silicon Valley.

Syariat Islam adalah yang paling terdampak dari gempuran pandemi — masjid sebagai episentrum ‘menyembah’ adalah yang paling banyak melakukan adaptasi peribadatan hingga soal paling teknis. Bahkan semua sistem dan perangkatnya juga tak kalah digerus dan harus berubah dengan berbagai dalih. Sampai disini saya berani katakan bahwa agama old telah ‘menyesuaikan diri’ atau setidaknya perlahan mengubah tampilan menjadi ‘agama tekno’.

Mungkin setahun yang lalu para penganut agama masih percaya diri dengan kekuatan iman dan mengira bahwa agama sangat kokoh, abadi dan tidak tergantikan — setelah pandemi kofid 19 semua berubah— hampir semua ajaran atau syariat agama harus mengalah dengan bahasa halus kita sebut ‘adaptif’ untuk tidak dikatakan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang disebut darurat.

Baca Juga  “Menara Kudus: Riwayat Sebuah Penerbit” Menyelami Studi Perkembangan Islam melalui Perspektif Baru (1)

Tak urung agama old banyak mendapat sasaran kritik terutama Katholik dan Kresten di Eropa yang dominan tapi jumud dan tertutup. Salah satunya adalah kritik Feurbach yang fenomenal yang menjungkir balikkan fakta dan rasionalitas iman: Pengandaian itulah dasar ­—kritik agama­­­­­­­—­­Inti kritik Feurbach adalah bahwa bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi sebaliknya Tuhan adalah ciptaan angan-angan manusia.

Agama hanyalah sebuah proyeksi manusia. Allah, malaikat, surga, neraka tidak mempunyai kenyataan pada dirinya sendiri, melainkan hanya merupakan gambar-gambar yang dibentuk oleh manusia tentang dirinya sendiri, jadi angan-angan manusia tentang hakikatnya sendiri. Lantas muncul pembenaran bahwa agama tunduk pada teknologi atau sains hasil angan-angan manusia sebagaimana pada drama cofid 19 yang meluluh lantakkan syariat semua agama konvesional pada teknologi rekayasa buatan manusia.

Jadi benarkah bahwa ‘agama-agama old’ bakal musnah ditinggal para pengikut atau berubah menjadi agama baru berbasis teknologi dan kecerdasan buatan ? Bagaimana pula Islam menjadi model agama yang masih relevan dianut ‘manusia hibrid’ hasil rekayasa sains ? Ataukah semua syariah harus melakukan re-start atau meng-instal kembali agar tetap bisa bertahan. Atau mungkin ini menjadi bagian dari prediksi Nabi Muhammad Saw .bahwa akan muncul sebuah generasi yang merusak. Saat harga sekali sujud lebih mahal ketimbang dunia dan seisinya. Saat orang riwa-riwi menawarkan sedekahnya yang tidak laku, Wallahu taala a’lam. [AH].

Ust. Nurbani Yusuf Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu dan Ustaz di Komunitas Padang Makhsyar yang Tinggal di Batu, Malang.