Sebagian intelektual menyebut hujatul Islam Al-Ghazali sebagai biang keladi kemunduran peradaban Islam. Mereka menilai Al-Ghazali dengan teologi mistiknya telah memengaruhi jutaan umat Islam di seantero dunia menjadi tipe umat yang gampang pasrah dan tidak punya spirit ilmu pengetahuan. Menurut mereka, sosiologi pengetahuan umat yang demikian ini membuat Islam tidak memiliki inovasi dan tidak berpikir tentang kemajuan.
Apakah benar Al-Ghazali menjadi penyebab kemunduran peradaban Islam?
Belum tentu. Apa yang menjadi penyebab kemunduran peradaban Islam adalah sebuah teka-teki besar. Apa persisnya yang menjadi penyebab kemunduran tersebut pastinya bukan suatu hal yang tunggal. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa peradaban Islam mengalami kemunduran.
Ahmet T. Kuru melalui karya terbarunya Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan (2020) melihat penyebab ketertinggalan umat Islam disebabkan oleh persekutuan ulama dengan negara dalam sejarah Islam. Ulama yang bersekutu dengan penguasa cenderung hanya menjadi tempat stampel pembenar apa yang dilakukan penguasa. Sedangkan, ketika ulama memiliki posisi yang independen dari negara, peradaban Islam cenderung lebih maju.
Ketika ulama bersekutu dengan penguasa, perkembangan ilmu pengetahuan cenderung mempet. Sedangkan ketika posisi ulama netral dari kekuasaan, banyak muncul cendikiawan muslim yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kembali ke tesis penyebab kemunduran Islam. Adapun tesis yang diusung Ahmet T. Kuru ini meski menarik, namun hanya sedikit menjawab perihal apa yang menjadi penyebab kemunduran peradaban Islam. Kuru hanya memotret relasi ulama dengan penguasa yang menjadikan penyebab kemunduran peradaban Islam.
Tesis yang diajukan Kuru masih menyisakan lubang besar dalam teka-teki penyebab kemunduran Islam. Barangkali ia benar bahwa persekutuan ulama dengan penguasa menyebabkan ilmu pengetahuan mampet dalam Islam. Namun, apakah hanya karena persekutuan itulah peradaban Islam menjadi dekaden?
Ini bukanlah persolan yang sederhana. Sekali lagi, ini adalah sebuah teka-teki besar. Tesis Kuru tersebut sebenarnya memiliki posisi yang mirip dengan tesis yang menyebut hujatul Islam Al-Ghazali sebagai penyebab kemunduran peradaban Islam. Tesis ini melihat persoalan besar kemunduran Islam hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja. Padahal, adanya dua tesis yang berbeda tersebut membuktikan bahwa penyebab kemunduran peradaban Islam tidaklah tunggal, tetapi ada banyak faktor.
Mari kita lihat contoh lain. Mari kita lihat peradaban negara Tiongkok hari ini. Dia berhasil bangkit dari keterpurukan pasca kegagalan revolusi kebudayaan Mao Zedong tahun 60-an. Tiongkok saat ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang hanya dikalahkan oleh Amerika Serikat.
Apa yang menyebabkan Tiongkok berhasil berkembang seperti sekarang? Apakah ideologi komunisme yang menjadi penyebab mereka bisa mencapai posisi kesejahteraan ekonomi seperti saat ini?
Tidak. Sebab, negeri Korea Utara yang sama-sama menjadikan komunisme menjadi haluan negara memiliki posisi perkembangan ekonomi yang kontras dengan Tiongkok. Perkembangan ekonomi negeri Paman Xi Jin Ping itu bagaikan langit dan bumi dengan level ekonomi negeri Kim Jong Un.
Perbandingan Tiongkok dengan Korea Utara yang sama-sama komunis membuktikan bahwa tidak ada penyebab tunggal yang menjadikan sebuah peradaban maju ataupun mundur. Meski sama-sama komunis, mereka memiliki kondisi yang sangat jauh berbeda. Hal ini membuktikan bahwa ada banyak faktor lain yang menjadi penyebab.
Penyebab maju ataupun mundurnya sebuah peradaban tampaknya memiliki penyebab yang sangat kompleks. Kita perlu melihat bagaimana (1) kekuatan kepemimpinan nasional di suatu negeri, (2) bagaimana negeri tersebut membangun pendidikan, (3) bagaimana negeri tersebut membangun industri, dan (4) bagaimana negeri tersebut membangun perdagangan globalnya.
Empat hal ini tampaknya sesuatu yang lebih kongkrit untuk menjadi parameter mengapa sebuah peradaban dapat menjadi maju ataupun mundur. Empat hal ini adalah sesuatu yang lebih teknis dan dekat dengan jantung persoalan maju atau tidaknya sebuah peradaban.
Tampaknya, empat parameter di atas lebih masuk akal untuk melihat mengapa peradaban Islam mengalami kemunduran, daripada persoalan besar ini hanya dibebankan kepada sosok Al-Ghazali saja. Itu tidak adil. Wallahua’lam. (mmsm)