Afidatun Nisauzaroh Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya

Agama sebagai Candu dalam Perspektif Karl Marx: Antara Keimanan dan Ketergantungan  

2 min read

Agama sudah menjadi pilar utama dalam kehidupan manusia dan sebagai suatu sistem kepercayaan. Agama juga mengikat hubungan antara manusia satu dengan yang lain dalam suatu komunitas dengan berbasis pada nilai-nilai spiritual, etika, dan moral.

Namun, agama juga sering menjadi suatu ketergantungan bagi umat manusia di mana seharusnya agama itu menjadi pusat kepercayaan bagi umat manusia. Penting untuk memahami bahwa agama menjadi suatu sumber keimanan yang mendalam bagi semua orang.

Keimanan adalah keyakinan yang kuat dan tidak dapat digoyahkan dengan hal apa pun, dan hancurnya suatu keimanan pada diri seseorang adalah hilangnya rasa cinta kepada Sang Pencipta, dibutakan dengan hawa nafsu dan selalu membanggakan diri sendiri, ujub, sombong, angkuh, dan takabur. Cara yang paling ampuh dalam menjaga keimanan adalah menaikkan kualitas ibadah kita pada Sang Pencipta.

Namun, ada dalam beberapa kalangan yang menganggap bahwa ada aspek agama yang membuat kekhawatiran, yaitu adanya ketergantungan. Agama bisa menjadi candu ketika individu terikat pada sisi emosional dan psikologisnya pada ajaran agama yang dipelajarinya dan dapat mempraktikannya dengan benar bukan karena ingin dilihat orang itu baik agamanya, begitu pun dengan prilaku yang dimiliki individu tersebut.

Keterkaitan Agama dengan Teori Karl Marx

Teori Karl Marx menafsirkan bahwa agama itu sebagai candu dan memberikan perspektif yang menarik dan kontroversial dalam memahami dinamika agama dalam kehidupan. Dalam pandangan ini, agama tidak hanya menjadi pusat keimanan tetapi juga ketergantungan. Agama dalam interpretasi teori Karl Marx adalah candu seperti halnya agama dapat menjadi pusat kehidupan seseorang, mengatur pola pikir, dan interaksi sosial.

Salah satu aspek dalam teori Karl Marx adalah penekanan pada peran agama dalam membentuk identitas dan tujuan hidup seseorang. Agama tidak hanya menjadi sumber keimanan, tetapi pengabdian kepada Sang Pencipta, dan teori Karl Marx juga menyoroti tentang ketergantungan pada agama yang dapat mengakibatkan sikap fanatik dan intoleran. Namun, penting untuk diakui bahwa agama juga menjadi sumber kekuatan dan kedamaian bagi setiap individu.

Baca Juga  Didi Kempot, Sobat Ambyar dan Seni Bertahan Hidup dalam Galau

Ketergantungan pada agama juga berdampak positif. Ketika seorang individu sedang terpuruk maka mereka akan semakin dekat dengan agama mereka sehingga lebih dekat kepada Sang Pencipta dan iman juga menjadi sumber kekuatan dan harapan.

Namun, ketergantungan secara berlebihan juga dapat mengakibatkan kesalahan. Permasalahan itu muncul ketika ketergantungan pada agama menggantikan kebutuhan akan pertimbangan kritis dan mengambil keputusan secara asal tanpa berpikir.

Ketergantungan di sini bisa dijelaskan dengan adanya ketergantungan pada zat adiktif atau narkoba dalam diri seseorang sehingga akan merasa ketagihan dan menjadi sebuah candu yang susah untuk dihilangkan.

Ketergantungan pada agama dapat menyebabkan individu merasa bergantung kepada praktik keagamaan. Adapun itu cara untuk mengatasi stres, ketidakpastian atau kepuasan, rasa takut akan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan hal itu mereka dapat merasakan ketenangan saat melaksanakan ibadah.

Namun, perbedaan penting antara zat adiktif dan agama adalah bahwa agama di sini juga bisa memperkuat keimanan dalam diri individu, meskipun agama memiliki potensi ketergantungan yang merugikan seperti fanatisme atau intoleransi.

Teori Karl Max ini dapat mengembangkan kesadaran diri kita terhadap agama dan kita dapat memotivasi diri untuk menjadi yang lebih baik lagi, serta merenungi bahwa agama itu  sangat penting dan harus bisa menyeimbanginya.

Simpulan

Dalam konteks ini, pendekatan yang bijaksana menjadi hal yang sangat penting. Individu juga perlu menerapkan pemikiran kritis dalam memahami ajaran-ajaran agama sekaligus mempraktikan keimanan mereka dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Dengan hal itu agama bisa menjadi sumber inspirasi dan kedamaian bukan hanya karena candu yang dapat mengakibatkan kerugian.

Perlu untuk diingat bahwa agama di sini tidak bersalah. Agama adalah fondasi yang kuat untuk mengekspresikan keimanan dan menjadikan diri kita lebih dekat dengan pencipta. Jadi kuncinya di sini adalah menemukan keseimbangan antara keimanan dan ketergantungan.

Baca Juga  Cara Menggapai Kebahagiaan Sejati Menurut Filsuf Muslim Al-Farabi

Setiap orang harus menganalisis tentang ajaran agama mereka dengan kritis sehingga tidak menurunkan keimanan dan di sini juga perlu mempraktikkan agama dengan bijaksana. Agama memiliki potensi penting dalam hal keimanan. Tanpa adanya keimanan, agama tidak sampai kepada seseorang dan ketergantungan membawa hal yang positif.

Setiap kehidupan diperlukan adanya keseimbangan. Tanpa adanya keseimbangan, seorang individu tidak akan pernah paham tentang adanya keimanan dalam kehidupannya. Teori Karl Marx telah memberi pandangan yang menarik tentang agama sebagai candu yang dapat memengaruhi kehidupan manusia.

Teori Karl Marx memberikan pandangan yang menarik tentang agama sebagai candu yang dapat memengaruhi kehidupan manusia. Sementara agama dapat menambah keimanan yang mendalam dalam makna hidup yang sebenarnya, penting untuk mengakui bahaya ketergantungan yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan pribadi, tetapi pikiran dengan kesadaran yang tepat dapat mengelola kita dalam menjalani hidup yang bermakna dan seimbang. [AR]

Afidatun Nisauzaroh Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya