Musyfiqur Rozi Mahasiswa Pasca-Sarjana UIN Sunan Ampel

JIHAD ATAU JAHAT

2 min read

Al-qur’an sebagai kitab suci, juga hadir sebagai pedoman hidup seluruh umat manuisia. Isinya mengandung berbagai hal untuk keberlangsungan hidup manusia. Salah satu isinya adalah bahwa Allah menciptakan manusia di muka bumi sebagai khalifah (pemimpin). Masing-masing individu adalah pemimpin, termasuk memimpin segala hal yang pernah diperbuat oleh dirinya. Memimpin dirinya ke arah yang lebih baik.

Manusia diciptakan berbeda ketimbang makhluk lainnya. Jin, mereka diciptakan dari api dan hanya dibekali nafsu. Dia tidak pernah punya keinginan untuk berbuat baik. Segalanya bersifat nafsu, ambisi. Sebaliknya, malaikat dicptakan dari ruh. Dia hanya taat dan patuh atas perintah Allah. Sementara manusia? Manusia dibekali ruh dan nafsu. Jika manusia bisa menghidupkan ruhnya, menyinari hatinya, maka dia akan terhindari dari perbuatan yang tidak baik..

Dua sifat yang bertolak belakang ini akan  saling tarik menarik. Jika tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, maka manusia akan terjerumus pada jalan yang sesat. Bertindak sesuai kehendak dan keinginannya. Jiwanya akan selalu dikendalikan dan dikontrol oleh nafsunya. Dia akan menjadi dzalim (selanjutanya jahat) terhadap dirinya juga orang lain.

Manusia dituntut melawan hawa nafsunya. Mujahadun nafs (jihad melawan hawa nafsu) inilah perjuangan yang sebenarnya dalam kehidupan manusia. Terus mengikatnya dan berjuang agar dirinya tidak terjerumus dalam kendali hawa nafsu. Secara umum, jihad nafs ada dua. Pertama, melakukan jihad nafs terhadap banyak hal yang diinginkan. Dirinya bisa mengantisipasi perbuatan yang tidak diinginkan.

Dalam hadits, Nabi pernah bersabda, “kita pulang dari perang besar dan akan menghadapi perang yang lebih besar lagi, yakni perang melawan hawa nafsu”. Memerangi nafsu adalah musuh yang sesungguhnya. Dia tidak pernah mati, tidak pernah kalah dan tidak pantang menyerah. Nafsu akan terus ada hingga ruh tak lagi bersemayam di dalam dada. Bisa saja saat ini kita menang melawan hawa nafsu. Entah lima menit atau sepuluh menit yang akan datang. Tak ada yang menjamin kita selamat dari gelapnya hawa nafsu. Bahkan, sekelas rosul –yang kwalitas imannya tidak diragukan lagi- pernah terjerumus dalam hawa nafsu. Namun bedanya, Allahlah yang menegur langsung. Sementara manusia biasa tidak ada. Tergantung bagaimana ruhaninya dijaga agar tetap menyala dan menyinari hati.

Baca Juga  Covid-19 Menjadi Alat Deteksi Moderasi

Salah satu sahabat menyebutkan, “ kami diuji dengan kesusahan, kami banyak yang bertahan. Ketika kami diuji dengan kesenangan, kami tumbang.” Karena kesenangan kita lupa, lalai dalam menjalankan perintah yang Allah berikan. Kedua, jihad nafs dari yang dibenci. Segala sesuatu yang dibenci Allah dan agama. Ada banyak hal yang Allah benci. Dalam firmannya, Allah dengan jelas menyebutkan banyak hal tidak disukai. Terutama menyekutukanNya.

Selain ruh dan nafsu. Allah menganugrahi manusia dengan akal. Sebab akal Allah menurunkan agama. Agama sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Agama merupakan dasar untuk mengatur bagaimana manusia berhubungan dengan sang pencipta, sesama, makhluk hidup dan alam semesta. Dalam agama, manusia merupakan bagian dari lingkungan hidupnya( QS.2: 30).

Agama mengatur segala kebutuhan manusia. Dari yang paling sepele hingga yang paling rumit. Mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya dan orang lain. Agama berperan penting dalam kehidupan manusia dan mengarahkannya pada kebaikan. Artinya, agama tidak hanya memberikan nilai-nilai moralitas, tapi juga menjadikannya sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyaratkan moralitas dan adab sebagai bagian dari iman keseluruhan.

Sayangnya, tak sepenuhnya dari umat manusia berhasil menjalankan kewajiban yang diperintahkan agama dan menjadi khalifah di muka bumi. Banyak dari mereka kalah jihad hingga menjadi jahat. Kerusakan yang terjadi di muka bumi sebab ulah perbuatan manusia. Mereka kalah melawan hawa nafsu dan gagal dalam menjalankan tugasnya. Dalam firmannya, “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia…”.

Kekhawatiran akan pertumpahan dan kerusakan yang ditimbulkan manusia menjadi kenyataan. Ada yang menupahkan darah demi cinta. Ada yang melakukan tindakan kriminal  demi harta. Ada yang menyogok demi tahta. Demi cinta, tahta, harta manusia  rela melakuka apa saja. Mereka menjadi serakah dan biadab.

Baca Juga  Aktivitas Daring: Mempertegas Relasi Manusia pada Tuhan

Manusia menjadi jahat terhadap dirinya, orang lain dan alam sekitar. Mereka bisa bertindak semena-mena demi memuaskan hasrat dan kebiadabannya. Segala sesuatu di alam sekitarnya mengalami dampak yang sangat nyata. Jika manusia jahat terhadap orang lain, maka dampaknya dia tidak akan dipercaya lagi. Begitulah seterusnya.

Agama mengatur segala kebutuhan pokok manusia. Tergantung bagaimana manusia menjalankan isi dan tujuan dari al-Qur’an itu sendiri. Hadits Nabi, “aku tinggalkan dua hal perkara, yakni al-Qur’an adan al-hadits. Jika kalian berpeang teguh pada keduanya, maka tidak akan sesat selamanya.”

Agama sudah sempurna dengan ajarannya. Agama banyak berperan penting dalam  membentuk pribadi seseorang. Tergantung bagaimana pemeluknya mengimplementasikan. Manusia berjihad melawan hawa nafsu atau terjerumus dan menjadi jahat. (mmsm)

 

Musyfiqur Rozi Mahasiswa Pasca-Sarjana UIN Sunan Ampel