Mochammad Sinung Restendy Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Founder Yayasan Spirit Dakwah Indonesia.

Tiga Formula Menghadapi Pandemi Covid-19

3 min read

Pandemi Covid-19 membuat semua orang beradaptasi pada tingkah laku dan kebiasaan baru mulai dari mengutamakan aktivitas di rumah, jaga jarak, menghindari keluar rumah untuk hal hal yang tidak terlalu penting, cuci tangan dan memakai masker saat keluar rumah. Perubahan perilaku drastis seperti ini bisa mengakibatkan kejenuhan, rasa takut bahkan stress tingkat tinggi. Ini wajar, karena membaca, melihat dan mendengar itu membentuk kita, baik secara pribadi maupun psikologis seseorang.

Seperti orang yang belajar berwirausaha pasti akan takut bangkrut, orang yang belajar astronomi akan takut bintang jatuh, orang yang belajar geologi akan takut gempa, lumernya bumi seperti di Palu dan sebagainya, termasuk takutnya kita pada Covid-19, itu sangat wajar karena konsumsi kita terhadap konten media setiap hari dan efek pandemi yang sangat berdampak nyata pada kehidupan keseharian kita.

Selain mematuhi protokol kesehatan yang ada dalam pencegahan penularan virus Covid-19, ada juga tiga alternatif formula menarik untuk meningkatkan imunitas kita dan membangun keyakinan bahwa pandemi ini akan segera berakhir. Pertama, pemaknaan yang tepat terhadap virus covid-19, yang kedua membangun manajemen komunikasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, keluarga, saudara dan tetangga sekitar. Yang terakhir, menggeser silaturahmi dan kreativitas sosial menjadi sistem ekonomi ataupun relaksasi di dunia digital untuk meminimalisir kerumunan dan keluar rumah untuk hal hal yang tidak penting.

Formula pertama, pemerintah dan warga Indonesia harus sepakat terhadap pemaknaan virus Covid-19 yang dimaknai bukan sebagai ancaman kehidupan umat manusia tetapi ini ujian agar manusia bisa hidup lebih baik dengan strategi juga penerapan new normal yang digaungkan pemerintah saat ini. Sama seperti Piranha (sejenis ikan). Tetapi saat ditemukan ada kandungan dalam tubuh piranha yang bisa menjadi obat langka, maka sepintas kedokteran dan masyarakat umum akan melihatnya bukan sebagai ikan tetapi sebagai obat, apalagi jika sudah diolah oleh pabrik farmasi. Fenomena ini sama seperti trend obat obat herbal dari tumbuh tumbuhan dan juga tanaman ganja yang bisa dimaknai atau dilihat sebagai tumbuhan ataupun obat obatan terlarang yang membuat orang kadang seketika paranoid.

Baca Juga  Intropeksi Diri sebagai Kontrol Kita di hadapan Tuhan

Formula yang pertama yang harus dimiliki bangsa Indonesia adalah kesamaan pemaknaan terhadap virus Covid-19, karena orang bersikap itu sesuai pemaknaannya terhadap sesuatu. Togetherness, makhnuniyah (kekitaan) kita sebagai bangsa Indonesia di uji saat ini. Utamanya dalam hal kepatuhan dan ketaatan terhadap kesamaan pemaknaan virus sebagai ujian bukan ancaman juga taat pada protokol kesehatan yang telah disepakati. Ini sesuai ungkapan dari Duta Besar Indonesia untuk Arab saudi Agus Maftuh Abegebriel.

Formula yang kedua adalah membangun manajemen komunikasi yang baik, ini sangat penting karena dari komunikasi saja bisa memunculkan publik trust atau distrust, maka jangan sampai kita bilang jangan panik tapi kita sendiri sesungguhnya yang paling panik. Adakalanya kita harus bicara karena kita tahu dan punya data yang riil dan adakalanya kita lebih baik diam karena tidak tahu apa apa. Seperti salah satu media yang hanya mengejar rating, viewers, kemudian menafikan kebenaran sebuah berita dengan mengupload video anak makan kecebong di tahun 2018 kemudian dikaitkan dengan munculnya Covid-19.

Hal hal seperti itulah menunjukkan butuhnya filter dan saluran komunikasi yang baik utamanya dalam hal penanganan kasus Covid-19, maka media harusnya inline/satu pintu, sehingga dapat meminimalisir hoax dan manipulatif informasi demi kepentingan individu dan kelompok tertentu. Tidak hanya kita yang terus belajar untuk lebih baik dalam membangun komunikasi, pemerintah juga sama, kemauan Pemerintah untuk terus belajar minimal terbukti bahwa sampai saat ini Indonesia masih bisa dikatakan lebih baik dibanding beberapa negara yang lain meski banyak juga catatan di awal awal.

Setelah sukses dengan mitigasi bencana dan upaya preventifnya dengan melakukan evakuasi, karantina dan observasi mahasiswa Indonesia yang tinggal di China selama 14 hari di Pulau Natuna, ternyata Pemerintah Indonesia kedodoran dan gagap dalam berkomunikasi setelah ditemukan kasus positif Covid-19 pertama di Jakarta. Mulai dari penyebutan identitas orang dengan positif Covid-19 sehingga terjadi panic buying di Depok. Termasuk empati dan respek dalam komunikasi krisis yang sangat kurang, terbukti dengan statement pejabat publik seperti Indonesia kebal virus Covid-19 , Covid-19 tidak tahan cuaca panas di Indonesia. Ini kesempatan untuk genjot pariwisata dan juga akhirnya mengkambinghitamkan masyarakat yang dianggap tidak taat aturan.

Baca Juga  Islamisme dan Fenomena Agama sebagai Kendaraan Politik

Yang terakhir, menggeser silaturahmi dan kreativitas sosial menjadi sistem ekonomi ataupun relaksasi di dunia digital untuk meminimalisir kerumunan dan keluar rumah untuk hal hal yang tidak penting. Formula yang ketiga ini tidak akan bisa total dijalankan jika dua formula sebelumnya tidak dipahami dengan baik. Karena pemaknaan yang salah dan komunikasi yang buruk akan mengurangi bahkan menggagalkan konten kreatif yang kita buat di media sosial. Kreativitas dalam menciptakan hal, hubungan, atau produk baru butuh optimisme, pemaknaan yang cermat, keterampilan dan komunikasi yang bagus.

Fenomena saat ini banyak bermunculan youtuber youtuber baru yang mengupload konten konten positif di tengah pandemi. Tidak hanya dosen, mahasiswa, peneliti, seniman bahkan para pengusaha ikut meramaikan konten youtube. Motivasinya saya yakin tidak hanya keuntungan dari Adsense dengan monetisasi situs web ataupun konten tetapi juga kejenuhan di rumah digunakan untuk membuat karya karya yang produktif dan bermanfaat juga meluangkan waktu, hobi, asah kemampuan dan kegemaran yang sempat tertunda.

Cheria Craft salah satu channel youtube yang dimiliki oleh Anggi jatmiko dan istri yang mengupload konten sederhana dan menarik, bagaimana tutorial membuat amplop lebaran, kado ulang tahun, pita kado dan banyak lagi lainnya ini cukup menginspirasi sebagai contoh sederhana kegiatan yang produktif dan kreatif di tengah pandemi.

Cheria Craft termasuk bagian dari contoh menggeser silaturahmi dan kreativitas sosial menjadi sistem ekonomi ataupun relaxasi di dunia digital. Kegiatan kegiatan lain seperti self healing dengan meditasi ataupun ibadah, bermain game seperti football, tik tok edukatif, moto gp virtual race, atau menulis, diskusi, seminar, membuat lagu atau produk produk yang berguna juga banyak lagi yang lainnya.

Baca Juga  Tentang Isu Kebangkitan PKI yang Selalu Muncul di Bulan September

Jadi digitalisasi kreativitas di tengah pandemi ini juga harus didukung pemerintah dengan fasilitasnya yang baik utamanya bagi mereka yang dikarantina dengan memfasilitasi Wifi, TV, Taman dan tempat beraktivitas yang produktif.

Inilah tiga formula melawan virus Covid-19 yang bisa jadi referensi dalam beraktivitas di rumah, karena virus Covid-19 tidak mengenal kata damai dan menyerah.

Yang bisa dilakukan adalah tetap melawan dengan mematuhi protokol kesehatan dan aturan kenormalan yang baru (new normal) juga penerapan tiga formula lawan virus Covid-19 dengan baik, kemudian ikhtiar panjang ini selalu disertai dengan doa kita kepada Tuhan semoga virus ini segera berakhir.

Mochammad Sinung Restendy Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Founder Yayasan Spirit Dakwah Indonesia.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *