Muhammad Musyaffa' Kepala Pondok Pesantren Al Fithrah; Ketua Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir STAI Al Fithrah Surabaya; Alumnus S3 UIN Sunan Ampel Surabaya

Al-Muntakhabāt: Mahakarya KH. Achmad Asrori al-Ishaqi [Bag 3-habis]

3 min read

Gambar: Kitab al-Muntakhabat

Di balik ujian sakit Kiai Asrori pada tahun 2007, beliau akhirnya fokus pada penataan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah dan mengembangkan pembahasan-pembahasan dalam kitab al-Muntakhabāt sehingga berkembang menjadi lima jilid. Adapun konten dari kitab per-jilid al-Muntakhabāt, antara lain:

Juz satu memuat dua puluh dua bab, dimulai dengan Nūr Muhammadī; Sosok Nabi Muhammad; Hadrah Nabawīyah dalam bershalawat dan bersalam; Derajat Rasulullah selalu bertambah dan mening­kat; Kilauan sinar cahaya kenabian; Nūr yang datang kepada Rasūlullah; Corak ragam musyāhadah Nabi; Rasūlullah panutan terbaik, pemberi teladan yang luhur, perantara puncak dan jalinan hati yang besar serta ikatan rohani yang agung; Bermimpi Nabi; Berpegang teguh pada agama Allah dan mengikuti serta meneladani petunjuk Rasulullah; Mengikuti petunjuk dan meneladani sahabat; Di bawah naungan Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‘ah; Alam semesta ciptaan Allah; Hakikat manusia; Sebagian keistimewa­an manusia; Kemuliaan dan keutamaan akal; Macam-macam akal; Tempat dan sifat akal; Perbandingan antara ilmu dan akal; Buah akal dan sifat orang-orang yang berakal; Ilmu lahir dan batin; Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh Rasulullah secara khusus dan secara umum.

Baca juga: Al-Muntakhabāt: Mahakarya KH. Achmad Asrori Al-Ishaqi [Bag 1]

Adapun juz dua memuat tujuh belas bab, dimulai dari yaqīn dan pe­nerapannya menuju kesempurnaan yang hakiki; Klasifikasi ilmu syariat; Ahli hadis, ahli fiqih dan ahli tasawuf; Sebagian ilmu gaib; Sebagian ilmu iblis; Rahasia kebolehan meriwayatkan hadis secara makna; Kajian hadis daif; Aplikasi hadis daif; Status perawi yang diduga lemah dalam kitab Sahīhayn; Pengertian mengamalkan hadis daif dalam keutamaan amal; Hakikat ilmu tasawuf; Pemaparan ilmu tasawuf dengan cara isyarat dan talwīh; Kebodohan seseorang yang selalu menjawab semua pertanyaan, mengungkap semua kesaksian dan memaparkan semua yang diketahui; Khilāfīyah ulama apakah ilmu tasawuf diberikan kepada ahlinya atau juga kepada selain ahlinya; Sebagian cara termudah dan tepat untuk meraih ilmu tasawuf; Orang-orang yang mengingkari tasawuf; Naskah kesaksian tasawuf.

Baca Juga  Tafsir Al Bayan: Kitab Tafsir Karya Ulama Nusantara

Sedangkan Juz tiga memuat sembilan belas bab, dimulai dari kupasan tentang pemahaman agama dan perlawanan para sufi kepada al-mutafaqqihah; Bantahan terhadap orang yang menganggap bahwa ilmu tasawuf tidak berlandaskan pada al-Qur’ān, hadis dan teladan ulama al-salaf al-sālih; Para pembaca al-Qur’ān dan penutur hadis dengan tanpa adanya keimanan yang merasuk dan meresap dalam hati; Kedudukan ulama sufi dalam tasawuf; Pernyataan pemuka tasawuf bahwa mereka berpegang teguh pada al-Qur’ān dan hadis; Pandangan jernih yang memadai; al-Wafa; al-Jalsah wa al-Suhbah; Naskah kesaksian tentang al-Jalsah wa al-Suhbah; Perbedaan wali muthlaq dan wali mursyid; al-Syaikh al-murabbī al-mursyid; Jika tidak ada guru pembimbing niscaya kami tidak berma’rifat kehadirat Allah; al-Syaikh al-murabbī al-mursyid laksana dokter yang mengobati; Pengaturan para al-Syaikh al-murabbī al-mursyid setelah mereka wafat; Kriteria mursyid; Perilaku yang harus dilakukan mursyid; Perilaku seseorang yang mendapatkan cobaan kemursyidan dengan izin mursyidnya sebelum meraih kesempurnaan; al-Mubāya’ah; Berguru kepada mursyid dan berguru kepada mursyid lain setelah guru mursyid yang pertama wafat.

Baca juga: Al-Muntakhabāt: Mahakarya KH. Achmad Asrori Al-Ishaqi [Bag 2]

Adapun juz empat memuat tiga puluh lima bab, dimulai dari tarekat adalah adab secara menyeluruh; Mengambil pelajaran, mengikuti dan meneladani Rasūlullah; Macam-macam tarekat, asal usul dan para tokohnya; Tarekat al-‘Alawīyah al-‘Alīyah al-Rabbanīyah al-Qudsīyah; Silsilah para tokoh tarekat; Silsilah tarekat al-Sādah Āli Ba’alawī; Silsilah tarekat al-Haddādīyah; Silsilah syaikh di antara dua syaikh; Sayyidina Hasan al-Basrī mendengar riwayat dari imam ‘Ali b. Abī Tālib; Ilbās al-khirqah; Macam-macam khirqah ditinjau dari segi ketetapan hukum; Persyaratan izin dalam memakaikan khirqah; Keguruan, tarbīyah dan kemursyidan tidak tergantung pada sosok dan prestasi tertentu; Posisi badal beserta guru mursyidnya; Larangan keras; Alam barzah; Penciptaan arwah lebih dahulu dari pada jasad; Keberadaan arwāh sebelum firman Allah: “bukankah Aku Tuhanmu”; Sebagian hikmah diutusnya para Nabi; Kekalnya arwāh dan matinya jasad; Sifat-sifat dan hal-ihwal arwāh; Pengertian mati pada jasad, nafsu dan arwah; Macam-macam arwāh; Arwāh berdiskusi tentang ilmu; Dua ruh berdiskusi karena sayang dan iba terhadap umat; Arwāh berdiskusi tentang berita dan kejadian yang telah terjadi di alam dunia dan yang sedang terjadi pada penduduk dunia; Rasa dan penemuan benda-benda yang tidak bernyawa; Kerikil dan Makanan bertasbih; Tangisan kayu korma kering di masjid; Tiang pintu dan tembok rumah membaca amin; Mimbar bergerak-gerak; Kemunafikan, kezaliman dan hutang; Pengamatan, penghayatan dan memetik pelajaran; asal sifat nafsu.

Baca Juga  Tasawuf Salafi dan Catatan untuk Term Neo-Sufisme Fazlur Rahman

Juz lima memuat dua puluh bab, dimulai dari pembahasan sifat-sifat Allah Yang Maha Rahman, sifat malaikat, binatang dan setan; Ahli lā ilāha illā Allāh dan ahli ucapan lā ilāha illā Allāh; Tuntunan dan bimbingan; Melalui para Nabi kita mendapatkan hidayah, kepada ulama kita mengikuti jejak, dan dengan umarā’ kita hidup damai aman sentosa; Fitnah dan bencana bagi orang yang dapat melihat rahasia hamba-hamba Allah; Karāmah; Hujjah kepada ahli zāhir yang mengingkari karāmah dan perbedaan antara para nabi dengan para wali dalam karāmah; Hikmah dan Basīrah dalam berdakwah menuju kehadirat Allah; Kenapa orang kafir tidak disifati dengan ‘uluw al-himmah?; Sharī‘ah, tarīqah, haqīqah, ma‘rifah; Tajalliyāt; Wahdat al-Wujūd; al-Hulūl wa al-itihād; Wahdat al-wujūd wa al-shuhūd; Pembagian zikir; Darajāt al-fanā’; Derajat kerasulan Nabi dan derajat kewaliyan Nabi; Pamungkas.

Sedangkan ayat-ayat al-Qur’ān pada juz satu terdapat 177 ayat dengan menyertakan basmalah pada pembukaan, penulis menghitungnya karena ter­dapat penafsiran pada basmalah. Pada juz dua terdapat 153 ayat. Pada juz tiga terdapat 171 ayat. Pada juz empat terdapat 103 ayat. Dan pada juz lima terdapat 190 ayat. Jumlah keseleruhuhan bab adalah 111, sedangkan jumlah keseluruhan ayat adalah 794. [MZ]

Baca juga: Kitab Basyāir Al-Ikhwān: Risalah Tentang Tasawuf-Tarekat Pertama Karya KH. Achmad Asrori Al-Ishaqi

Muhammad Musyaffa' Kepala Pondok Pesantren Al Fithrah; Ketua Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir STAI Al Fithrah Surabaya; Alumnus S3 UIN Sunan Ampel Surabaya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *