Muhammad Solikhudin Santri PP an-Nidhomiyah dan PP Bumi Damai al-Muhibbin; Dosen IAIN Kediri

Mengenal Sosok KH Badrus Sholeh Syakur dari Sidoarjo

2 min read

Sidoarjo sebagai kota udang memiliki banyak keunikan dan kemenarikan. Salah satunya adalah kelahiran Kiai Badrus. Beliau merupakan ulama karismatik yang pernah menimba ilmu di Tambakberas Jombang. Kiprahnya dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi, di samping keilmuan agama yang luas, juga kedisiplinan tercermin dari diri beliau. Sosok panutan yang selalu menginspirasi santri-santrinya.

Menurut penuturan guru saya ketika di Tambakberas, Kiai Badrus merupakan murid Madrasah Mu’allimin angkatan ketiga. Beliau adik kelas KH Djamaluddin Ahmad yang merupakan murid Mu’allimin angkatan pertama. Sebagai Kiai yang sama-sama dilahirkan dari “rahim” yang sama, yakni Pondok Pesantren Tambakberas Jombang. Kedua Kiai ini memiliki kisah menarik yang dapat dijadikan sebagai teladan.

Saya masih ingat ketika sowan-sowan kelas akhir Mua’llimin Tambakberas. Saat itu kami yang tergabung dalam satu komunitas Gezwa, sowan bersama ke ndalem KH Djamaluddin Ahmad. Ketika sudah sampai di sana, kami semua disambut dengan baik oleh beliau di Musholla dekat rumah beliau. Di tengah-tengah nasihat beliau, berkata: ada yang dari Ngelom Sepanjang? Setelah itu beliau bercerita, ketika beliau kelas akhir Mu’allimin beliau dilanda sakit, sehingga beliau pulang ke Nganjuk. Karena saat itu ada ujian akhir, adik kelas beliau KH Badrus menjemput ke rumah beliau di Nganjuk. Ketika KH Badrus Sholeh sudah sampai di ndalem KH Djamal, beliau mengajak KH Djamal untuk kembali ke Tambakberas karena ada ujian akhir.

Setelah beliau diajak dan berkenan. KH Badrus membonceng KH Djamal. Ketika sudah sampai di Tambakberas beliau membuka-buka kitab untuk persiapan ujian akhir dan mengamalkan ijazah huwal habib dari KH Abd Wahab Chasbulloh. Ujian akhir beliau jalani dengan tenang dan ketika memasuki ujian paling akhir beliau berpesan kepada teman-temannya untuk mengulang kelas 6 Mu’allimin dengan anggapan beliau tidak berhasil ujian, karena masih dalam kondisi sakit. Ajaibnya ketika pengumuman murid terbaik, murid terbaik pertama justru beliau, KH Djamal.

Baca Juga  Sisi lain Dari Sahabat Abdurrahman bin Auf (2)

Dari cerita ini dapat diambil beberapa keteladanan, yakni tentang kesetiakawanan yang ditampilkan oleh KH Badrus kepada KH Djamal. Berteman dengan teman yang menyelamatkan merupakan kunci meraih kesuksesan bersama. Ibnu ‘Athaillah pernah berkata dalam kitab Hikam: janganlah engkau berteman dengan teman yang kondisinya tidak membangkitkanmu untuk meraih ridho Allah dan ucapannya tidak menunjukkanmu kepada Allah.

KH Badrus merupakan teman yang baik yang memiliki sifat kasih sayang yang dilabuhkan. Sifat itu muncul dan terlihat dari ajakan baiknya kepada KH Djamal. Begitu juga sebaliknya KH Djamal memiliki sifat kasih sayang, sehingga sifat ini bergumul kepada orang-orang yang ada disekitar beliau.

Cerita di atas juga menceritakan tentang kegigihan dan kepandaian KH Djamal. Seperti diceritakan ketika di Tambakberas, beliau merupakan santri yang rajin belajar, sering muthola’ah, rajin membersihkan Pondok dan tentunya sebagai santri beliau juga punya amalan dari Kiai beliau, seperti ijazah Huwal babib.

KH Djamal dan KH Badrus merupakan dua kiai mulia yang layak menjadi panutan bagi generasi sekarang dan seterusnya. Sekali lagi dari beliau, kita belajar tentang kesetiaan dan segala aspek kebaikan yang terpancar dari keadaban yang beliau tampilkan.

Setelah nyantri di Tambakberas, KH Badrus pulang ke Ngelom Sepanjang untuk mengembangkan Pondok Pesantren An-Nidhomiyah. Ini merupakan karya riil beliau dalam dunia pendidikan pesantren. Karya beliau ini diarahkan pada tiga aspek penting, yakni pendidikan al-Qur’an baik hafalan maupun bacaan sesuai ilmunya. Pendidikan kitab-kitab khas pesantren dan pendidikan klasikal bahasa arab untuk mengasah kemampuan santri di bidang tata bahasa dan percakapan.

KH Badrus Sholeh Syakur merupakan Publik Figur yang lahir dari pesantren dan mampu mengembangkan pondok pesantren di wilayah Sidoarjo dan kini para santrinya tersebar di mana-mana dengan profesi yang beraneka ragam sesuai dengan selera dan kompetensi yang dimiliki. Beliau merupakan Kiai panutan segala zaman.

Baca Juga  Husein Ja’far al-Hadar: Islam Adalah Agama Cinta. Titik!

Sebagai sosok kiai, beliau juga pernah berpesan kepada para santri: bagaimana kita dapat mendapatkan rahmat Allah, sedangkan kita sebagai manusia tidak pernah bersedekah/kikir dan tetap taat beribadah kepadaNya. Ungkapan ini menggugah kesadaran kita semua untuk senantiasa mengembangkan kasih sayang tanpa kehilangan aspek penghambaan kepada Allah.

Demikian cerita singkat tentang keunikan dan kemenarikan sosok KH Badrus Sholeh Syakur. Semoga kita semua dapat memetik hikmah dari kebijaksanaan yang beliau terapkan. Meneladani kedisiplinan yang dicontohkan dan lain sebagainya. Sebenarnya banyak cerita yang dapat ditulis dari beliau, namun mengingat perjumpaan saya dengan beliau singkat sekali. Sebagai santri beliau, semoga kita senantiasa dibimbing beliau, meskipun jasadnya tidak ada, kita yakin beliau tetap ada di sekitar kita, karena ruh tidak memiliki batas dan ini menjadi rahasia Tuhan.

Akhirnya, sebagai santri beliau, saya haturkan al-Fatihah untuk beliau. Dengan kerendahan hati dan segala keterbatasan yang saya miliki, semoga tulisan singkat ini bermanfaat wabilkhusus kepada saya pribadi dan kita semua, secara umum. [MZ]

Muhammad Solikhudin Santri PP an-Nidhomiyah dan PP Bumi Damai al-Muhibbin; Dosen IAIN Kediri

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *