Angga Arifka Mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada—tinggal di anggaarifka.com

Menerapkan Islam Rahmatan Lil-‘Alamin dalam Keseharian

2 min read

Islam, yang sering disebut sebagai agama damai dan penuh kasih, mendorong pemeluknya untuk menjadi sumber rahmat dan kedamaian bagi semua makhluk hidup. Frasa kunci Islam rahmatan lil-‘alamin, yang mengandung arti “Islam, rahmat bagi seluruh alam”, mencerminkan prinsip ini dan menekankan bahwa Islam merupakan sumber rahmat bagi seluruh makhluk di bumi.

Di dunia modern yang rentan terjadi konflik horizontal saat ini, penerapan prinsip ini menjadi lebih krusial dari sebelumnya. Frasa kunci tersebut menandakan bahwa rahmat Islam tidak terbatas pada kelompok atau wilayah tertentu tetapi kepada seluruh ciptaan, tanpa memandang agama, ras, atau suku bangsa.

Salah satu kunci penerapan Islam rahmatan lil-‘alamin pada masa kini adalah mengedepankan rasa kasih sayang dan toleransi. Di dunia yang sering diwarnai perpecahan dan kebencian, umat Islam dapat menjadi representasi perdamaian dengan menunjukkan welas asih dan empati terhadap orang lain.

Nabi Muhammad digambarkan diutus sebagai “rahmat bagi seluruh alam”, dan hidupnya menjadi teladan kasih sayang dan toleransi. Umat Islam seharusnya, dan bahkan mestinya, mengikuti teladan beliau dengan membangun jembatan pemahaman dan toleransi kepada orang-orang yang berbeda agama dan latar belakang.

Unsur penting lainnya dalam Islam rahmatan lil-‘alamin adalah penekanan pada keadilan sosial. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia merupakan aspek fundamental dalam penerapan Islam rahmatan lil-‘alamin. Islam menekankan martabat dan hak setiap individu, apa pun latar belakangnya.

Umat Islam dapat secara aktif mendukung dan mengadvokasi hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup, kebebasan, dan yang termasuk di dalamnya adalah kebebasan beragama dan berkeyakinan. Islam tak pernah memaksakan orang non-muslim untuk memeluk Islam, apalagi memersekusi dan merepresi. Dengan melakukan hal ini, umat Islam dapat berkontribusi untuk dunia yang beragam dan harmonis.

Baca Juga  NU dan Perjuangan Kelas

Selain itu, aspek sosial lain yang termasuk bagian dari Islam rahmatan lil-‘alamin ialah beramal. Unsur ini menyoroti aspek ekonomi orang-orang yang kurang mampu. Islam mendorong penganutnya untuk memperhatikan mereka yang kurang beruntung atau tidak mampu dalam masyarakat.

Zakat, sedekah, dan infak adalah berbagai cara untuk umat Islam agar bisa berkontribusi terhadap keadilan sosial dengan membantu mereka yang membutuhkan. Lebih lanjut, beramal dengan ikhlas, seperti sedekah, dapat membantu meringankan penderitaan orang lain dan itu artinya menyebarkan kebaikan. Welas asih dan empati juga amat diperlukan dalam menjalankan tindakan mulia ini.

Praktik Islam rahmatan lil-‘alamin tidak terbatas pada manusia belaka, melainkan juga mencakup ke lingkungan hidup. Dalam hal ini, umat Islam bertugas menjadi penjaga alam, melindungi dan melestarikannya untuk generasi mendatang. Saat ini, ketika dunia sedang bergulat dengan krisis ekologis, umat Islam mesti memainkan perannya dalam menerapkan hidup bersih dan praktik ramah lingkungan demi keberlanjutan semua makhluk hidup di planet ini.

Saat ini, memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan menduduki posisi penting terutama untuk mengenalkan dan menyebarkan praktik Islam rahmatan lil-‘alamin secara lebih luas. Tak bisa dielak, Islam amat menjunjung tinggi nilai menuntut ilmu, dan umat Islam dianjurkan untuk menempuh pendidikan atau menimba ilmu pengetahuan di berbagai bidang.

Dengan belajar pelbagai disiplin dan berkontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan berbagai bidang lainnya, umat Islam dapat menjalankan perannya sebagai sumber manfaat bagi semesta alam. Berbagi pengetahuan dan mendorong pertumbuhan intelektual dapat memberikan dampak yang luas, menjadikan dunia tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Meskipun praktik Islam rahmatan lil-‘alamin memiliki potensi besar untuk menjadikan dunia lebih baik, tetapi ia juga memiliki tantangan. Dalam menghadapi prasangka negatif dan kesalahpahaman tentang Islam, umat Islam harus terlibat dalam dialog dan edukasi untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik tentang agama mereka. Mengatasi prasangka dan mempromosikan citra positif Islam sangat penting dalam menerapkan prinsip ini secara efektif.

Baca Juga  Islam dan Modernitas: Refleksi Filosofis terhadap Perubahan Sosial dan Budaya

Selain itu, umat Islam juga harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan dalam komunitas mereka sendiri yang bisa jadi menghambat praktik Islam rahmatan lil-‘alamin. Hal ini termasuk di antaranya mengatasi ekstremisme, sektarianisme, dan unsur-unsur pemecah belah lainnya yang dapat melemahkan prinsip-prinsip inti ajaran Islam.

Angga Arifka Mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada—tinggal di anggaarifka.com