Aida Bela Citra Riandini Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya

Teori Dramaturgi di Media Sosial terhadap Pembentukan Identitas Pribadi

2 min read

dramaturgi media sosial

Penggunaan media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari banyak orang di era komputer dan internet yang semakin berkembang. Pertanyaan tentang bagaimana media sosial memengaruhi pembentukan identitas individu muncul sebagai akibat dari fenomena ini, yang sangat relevan dalam teori dramaturgi.

Erving Goffman menggagas teori dramaturgi, yang menggambarkan kehidupan sosial sebagai sebuah drama di mana orang berperan sebagai aktor dan memainkan peran tertentu di depan penonton.

Individu mencurahkan diri mereka secara daring dan memainkan peran yang mereka pilih dalam media sosial. Media sosial memberi orang panggung virtual di mana mereka dapat memainkan peran apa pun yang mereka inginkan, mengedit, dan mengelola citra diri mereka sesuai dengan tujuan dan preferensi mereka.

Pengguna media sosial dapat mengubah cara orang melihat mereka dengan menggunakan filter, takarir yang disesuaikan, dan konten yang dipilih dengan hati-hati. Ini memungkinkan mereka untuk membangun cerita tentang diri mereka sendiri.

Namun, identitas pribadi sering kali lebih kompleks di luar layar daripada yang terlihat di layar gawai. Konsep dramaturgi menekankan bahwa ada perbedaan antara perasaan dan pengalaman nyata kita dan apa yang kita tunjukkan kepada dunia. Mereka yang menggunakan media sosial mungkin merasa terdorong untuk menciptakan gambar kehidupan yang ideal dan mengabaikan aspek-aspek kehidupan mereka yang tidak ideal.

Interaksi sosial adalah cara lain untuk melihat bagaimana media sosial membentuk identitas pribadi. Goffman, dalam teori dramaturginya, menekankan betapa pentingnya interaksi sosial untuk membentuk identitas individu.

Media sosial memungkinkan lebih banyak orang berinteraksi daripada sebelumnya. Individu dapat memperoleh umpan balik dari orang lain yang dapat memengaruhi persepsi mereka tentang diri mereka sendiri melalui like, komentar, dan berbagai bentuk interaksi daring lainnya.

Baca Juga  Melacak Jejak Multikulturalisme dalam Sistem Sosial Masyarakat Surabaya

Peran Media Sosial dalam Pembentukan Identitas

Siswa sekolah menengah telah menggunakan situs media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok sebagai alat penting untuk mengekspresikan diri dan membangun identitas mereka. Dengan berbagi foto, video, dan kisah pribadi melalui platform-platform ini, orang dapat memengaruhi cara orang lain melihat mereka. Siswa secara aktif berpartisipasi dalam pembentukan identitas mereka dengan memposting konten dan berinteraksi dengan orang lain secara daring.

Pengaruh media sosial terhadap pembentukan identitas adalah konsep presentasi diri. Siswa sekolah menengah mempertimbangkan dengan cermat apa yang mereka bagikan secara daring untuk mencerminkan minat, sifat, dan nilai tertentu.

Individu berusaha membuat cerita yang jelas tentang siapa mereka dan apa yang mereka perjuangkan melalui postingan dan profil yang dikurasi. Media sosial membantu orang membuat merek pribadi dan memproyeksikan citra yang diinginkan kepada orang lain.

Media sosial membantu siswa sekolah menengah mengekspresikan diri dan berhubungan, tetapi mereka juga mengganggu persepsi diri mereka. Sifat konten yang dikurasi dapat menyebabkan orang membandingkan diri mereka dengan orang lain karena standar kecantikan, kesuksesan, dan kebahagiaan yang tidak realistis. Pengguna internet muda dapat mengalami perasaan tidak mampu, cemas, dan keraguan diri karena tekanan untuk menjaga eksistensi online yang ideal.

Selain itu, paparan terus-menerus terhadap gambar dan cerita yang dibuat dengan cermat di media sosial dapat mengaburkan perbedaan antara apa yang sebenarnya dan apa yang dibuat. Siswa sekolah menengah mungkin kesulitan membedakan antara membuat identitas performatif secara online dan representasi diri yang sebenarnya. Perasaan tidak asli dan kehilangan hubungan dengan diri sendiri dapat disebabkan oleh perbedaan ini antara orang-orang yang hidup di internet dan orang-orang yang hidup di dunia nyata.

Baca Juga  Kekuatan Politik Islam Reformis Kian Menyusut

Dalam konteks ini, teori dramaturgi membantu kita memahami bagaimana generasi milenial dan generasi Z menggunakan media sosial untuk mengelola kesan mereka, menampilkan versi diri yang diinginkan, dan bagaimana hal ini memengaruhi pembentukan identitas pribadi mereka.

Dengan memahami bagaimana mereka menampilkan diri di depan orang lain dan bagaimana mereka menampilkan diri di belakang panggung, kita dapat melihat bagaimana media sosial memengaruhi anak muda dan remaja.

Sebagai komponen perkembangan internet, media sosial memainkan peran penting dalam pembentukan identitas diri remaja. Identitas diri remaja dibentuk melalui interaksi dengan orang lain dan oleh diri mereka sendiri. Selama proses komunikasi, identitas dapat diperdebatkan, diperkuat, dan diubah. Tujuan identitas ini adalah untuk berkomunikasi. Kehadiran media sosial di kalangan remaja menggabungkan ruang privat dan publik.

Teori dramaturgi menunjukkan bagaimana media sosial memengaruhi pembentukan identitas siswa sekolah menengah. Kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana media sosial membentuk identitas modern dan bagaimana mereka membentuk komunitas.

Sebagai orang tua dan pendidik, sangat penting untuk mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berbicara terbuka tentang bagaimana media sosial memengaruhi identitas individu, membantu mereka memahami lanskap digital dengan benar.

Media sosial menjadi alat yang memungkinkan orang untuk menampilkan “panggung depan” dan “panggung belakang” mereka, yang berdampak pada bagaimana mereka dilihat oleh orang lain dan bagaimana mereka membangun identitas. [AR]

Aida Bela Citra Riandini Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya