Ahmad Mustakim Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya

Menggambarkan Pemuda Berkarakter menuju Generasi Emas  

2 min read

Hampir mencapai masanya menjadi Indonesia emas. Kini mulai dipersiapkan bibit-bibit yang bisa menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Untuk mempersiapkan hal tersebut, tentu tidak mudah karena generasi Z perlu sentuhan yang khusus.

Secara empiris, generasi ini kurang memperjuangkan dan mengembangkan potensi pada dirinya. Tidak hanya itu, gaya kehidupannya tidak setara sesuai kebutuhan, selalu ingin terlihat objektif tetapi pasif.

Dari sekian harapan bangsa terhadap generasi ini, kita akan membuat gambaran untuk mengatasi persoalan yang mampu memberikan motivasi. Kenapa harus dipersiapkan sekarang, bukankah itu tahun 2045 nanti? Tentu saja hal ini perlu dilakukan jauh-jauh hari, karena tidak mungkin menjadi bangsa yang maju tanpa persiapan yang praktis.

Ini sebuah cita-cita bangsa yang diinginkan sejak awal untuk mampu melakukan segala aspek dengan adanya macam-macam kekayaan alam, kebudayaan, dan pertumbuhan sebagaimana Indonesia yang semestinya. Mencetus karekter generasi sebagai teladan bagi negara lain dan berdiri tegak menjadi simbol internasional Indonesia produktif dan inovatif.

Setiap manusia memiliki impian yang seharusnya dapat diwujudkan. Banyak keinginan yang muncul, tetapi sering kali kurang diikuti oleh tindakan nyata. Ada yang berhasil mencapainya, tetapi upaya yang dilakukan tidak jarang penuh dengan keringat bahkan pengorbanan.

Paling tidak, generasi saat ini memiliki kemampuan untuk merenungkan impian yang terpendam di dalam pikiran mereka. Prinsip “himmatur rijal tahdimul jibal”, yang artinya seorang pemuda yang memiliki tekad kuat dapat mengatasi segala rintangan, harus menjadi pedoman bagi para milenial, generasi Z, dan generasi berikutnya yang akan membawa Indonesia menuju ke tingkat internasional.

Pendidikan tidak hanya sekadar tentang memperoleh ijazah untuk bekerja, melainkan juga sebagai wadah untuk meningkatkan sumber daya manusia. Apakah bangsa ini terus berada dalam posisi kekurangan sumber daya manusia? Tentu tidak.

Baca Juga  Covid-19, Sobat Ambyar, dan Kesalehan Sosial

Negara ini memiliki kekayaan yang luar biasa, yang harus kita kelola sendiri. Kesejahteraan ekonomi akan terus meningkat dengan mendorong pemuda-pemuda yang hebat, inovatif, dan kreatif untuk selalu belajar dan bebas bereksperimen.

Sebenarnya, negara ini mampu unggul jauh dari negara lain. Pemerintah tidak mau mengambil risiko dengan mengandalkan negara lain, oleh karena itu pendidikan ini menjadi terkekang. Bagaimana caranya untuk menjadi negara maju yang tidak hanya mengandalkan ekspor bahan mentah?

Dengan penggunaan stimulus yang optimal dalam pendidikan, pelajar, mahasiswa, dan pemuda generasi emas akan semakin bersemangat. Berdasarkan penelitian, pendekatan yang dapat diterapkan pada generasi saat ini adalah dengan memberlakukan paksaan, yang kemudian akan menghasilkan kebiasaan, dan pada akhirnya akan menjadi kebutuhan.

Inti dari pendekatan tersebut adalah bahwa terkadang dibutuhkan dorongan atau paksaan untuk belajar, tetapi ketika seseorang telah terbiasa melakukan hal tersebut, mereka tidak lagi merasa terpaksa karena itu sudah menjadi kebiasaan.

Dengan menjadikan kegiatan belajar sebagai kebiasaan sehari-hari, seseorang akan merasa tidak lengkap jika tidak melakukannya, karena hal tersebut telah menjadi kebutuhan bagi mereka. Ini akan menjadi pencapaian luar biasa jika negara ini mampu menciptakan pemuda generasi emas yang menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan yang tak terelakkan.

Keadaan akan menjadi darurat jika generasi yang diharapkan tidak antusias terhadap ilmu pengetahuan. Mari kita bergerak bersama untuk memberikan dorongan semangat kepada pemuda untuk menggali ilmu, tak peduli apa jenis ilmu yang diminati, yang terpenting adalah semangat belajar mereka terus berkobar dan mereka memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru.

Dengan semakin majunya perkembangan teknologi, dampaknya pun semakin terasa. Teknologi sangat memengaruhi kehidupan manusia, tergantung pada bagaimana manusia memanfaatkannya. Jika digunakan dengan cara yang positif, maka manfaat yang didapat akan besar. Namun, sebaliknya, jika digunakan dengan cara yang negatif, dampak yang ditimbulkan akan merugikan diri sendiri.

Baca Juga  Belajar dari Viralnya Kehamilan Tak Direncanakan dan Pernikahan Usia Anak Di Ponorogo

Dalam teknologi, manusia berperan sebagai subjek dan objek, yang mana perilaku digitalnya menjadi acuan bagi penilaian karakter seseorang karena memang kita sudah memasuki zaman yang berbeda. Penulis mengajak pemuda untuk tetap mempertahankan karakter dan budaya, meskipun teknologi baru tercipta.

Moral pemuda tidak boleh hilang dengan semakin canggihnya teknologi. Sebaliknya, pemuda harus mampu memanfaatkan teknologi dengan baik. Mereka harus berusaha untuk menjadi individu yang mampu berpikir maju, daripada malas dan pasif. Ini adalah karakter yang berbahaya untuk menuju Indonesia emas. Pemuda harus dipandu untuk menggunakan moral yang baik sehingga Indonesia dapat bersaing lebih baik dengan negara-negara lain di masa depan. [AR]

 

Ahmad Mustakim Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya