اَلْحَمْدُ لِلّهِ، نَحْمَدُكَ اللَّهُمَّ عَلَى مَا هَدَيْتَنَا لِطَرِيْقِكَ القَوِبْمِ وَفَقَّهْتَنَا فِي دِيْنِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، نُصَلِّى وَنُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ المُصْطَفَى، وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَ الوَفَاء. أَمَّا بَعْدُ، يَا أَيُّهَا المُسْلِمِينَ أُصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الكَرِيِمِ: يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُواْ ٱلنِّسَآءَ كَرْهاً وَلاَ تَعْضُلُوهُنَّ ُلِتَذْهَبُواْ بِبَعْضِ مَآ آتَيْتُمُوهُنَّ إِلاَّ أَن يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
Jemaah Salat Jumat rahimakumullah,
Akhir-akhir ini, beberapa kasus kekerasan dalam keluarga menjadi pembahasan hangat. Rasanya, pemahaman patriarki—anggapan wanita lebih rendah daripada laki-laki dalam sosial—masih menjamur di kalangan masyarakat, seakan wanita dapat diperlakukan seenaknya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Praktek patriarki sejatinya termasuk budaya orang-orang jahiliyah pra-Islam. Sayyid Muhammad al-Maliki mencatat dalam Adabul Islam fi Nidzam al-Usrah, bahwa para wanita sebelum Islam diperlakukan tidak patut dan tidak wajar; dahulu mereka—para wanita—bisa diperjual belikan di pasar, kala itu tugas wanita dianggap hanya untuk melayani dan membantu sang suami saja, bahkan mereka tidak berhak mendapatkan pakaian yang layak dan upah atas jerih payah kerja yang dilakukannya.
Termasuk praktek keji pra-Islam terhadap wanita adalah pembunuhan anak perempuan, karena bagi sebagian orang Arab kala itu memiliki anak perempuan termasuk aib. Al-Qur’an merekam praktek tersebut dalam surah An-Nahl ayat 58-59.
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِٱلأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ يَتَوَارَىٰ مِنَ ٱلْقَوْمِ مِن سُوۤءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِى ٱلتُّرَابِ أَلاَ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Tatkala seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, wajah mereka (berubah) hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Ia akan bersembunyi dari banyak orang, sebab kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan merawatnya dengan (menanggung) kehinaan atau ia akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Alangkah buruknya (keputusan) yang mereka tetapkan.”
Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Swt.,
Islam datang dengan penuh kasih sayang dan kemuliaan bagi wanita. Berbagai hak diberikan secara adil kepada para wanita; hak bersosial dan hak sebagai insan yang tercipta dengan dominasi perasaan daripada logika. Islam melawan praktek-praktek keji terhadap wanita, Islam membawa pesan cinta bagi seluruh wanita di muka bumi ini tanpa memandang ras dan suku.
Allah Swt. sampai perlu menyampaikan pesan khusus kepada para lelaki untuk berlaku baik dengan para wanita. Dalam penggalan surah An-Nisa’ ayat 19,
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُواْ ٱلنِّسَآءَ كَرْهاً وَلاَ تَعْضُلُوهُنَّ ُلِتَذْهَبُواْ بِبَعْضِ مَآ آتَيْتُمُوهُنَّ إِلاَّ أَن يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
“Bergaullah kalian dengan (para wanita) secara makruf. Jika kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin saja sesuatu yang tidak kalian sukai (dari mereka), padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.”
Makruf berarti baik, tentu baik itu suatu hal yang patut, dan layak. Sebagai muslim yang baik, kita sedapat mungkin berlaku baik kepada para wanita, sekalipun misalnya dalam beberapa momentum ada hal-hal yang tidak kita senangi dari perangai wanita (istri), itu pun Allah masih berada di pihak para wanita; memerintahkan kita untuk bersabar. Mungkin saja dari suatu yang kita benci dari istri malah Allah jadikan banyak kebaikan di dalamnya.
Bahwa makruf atau kebaikan harus diusahakan terlepas senang atau tidak senang, berbeda dengan mawadah yang berarti kasih sayang; kalau kasih sayang kita melakukan suatu hal karena kita senang atas keberadaannya. Demikian Imam Sha’rawi menjelaskan dalam tafsir al-Sha’rawi.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Syekh Wahbah Zuhaili tentang ayat di atas dalam Tafsir Munir menyebutkan, betapa Nabi Muhammad saw. memberikan contoh terbaik bagi kita semua untuk memperlakukan istri dengan baik. Nabi merupakan sosok yang berlemah lembut, yang suka bercanda, dan selalu riang gembira saat bersama keluarga beliau. Beliau makan malam bersama para istri, menginap di rumah-rumah istrinya secara adil, dan Nabi menyediakan waktu untuk mengobrol dengan para istri sebelum tidur.
Betapa luar biasa bukan, teladan yang telah dicontohkan Nabi kita, Muhammad saw.! sudahkah kita—sebagai umatnya—memuliakan, menghormati, dan memberikan hak-hak para wanita—ibu, istri, dan anak perempuan—yang berada di rumah! Tentu ini harus menjadi renungan bersama.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Bahkan saking mulianya seorang perempuan, Nabi Muhammad saw. memberikan predikat keimanan sempurna bagi mereka yang dapat memuliakan istri dan anak-anaknya, diriwayatkan oleh Abu Hurairah Nabi Muhammad saw. bersabda,
اَكْمَلُ المؤمِنِيْنَ اِيْمَانًا أَحْسَنُهُم خَلْقًا بِأَهْلِهِ
“Orang yang paling sempurna keimanannya di antara orang-orang mukmin adalah orang yang memiliki perangai terbaik bagi keluarga.”
Jemaah salat Jumat rahimakumullah,
Islam adalah agama kasih sayang, Islam adalah agama yang memuliakan wanita, tentu sebagai muslim yang baik, kita harus berjanji—pada diri sendiri—untuk selalu memperlakukan para wanita dengan baik dan secara porposional.
Sekian khutbah singkat ini. Semoga kita diberikan oleh Allah Swt. kemudahan dalam memberikan hak-hak istri, anak, dan orang tua. Semoga kita diberi pertolongan oleh Allah bisa mengemban amanah—berupa istri, anak—dengan baik.
أَقوْلُ قوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتغْفِرُ اللهَ ُ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعدُ، فَيا أَيُّها الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفسِيْ بِتقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغيَ وَالسُّيوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ