اَلْحَمْدُ لِلّهِ، نَحْمَدُكَ اللَّهُمَّ عَلَى مَا هَدَيْتَنَا لِطَرِيْقِكَ القَوِبْمِ وَفَقَّهْتَنَا فِي دِيْنِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، نُصَلِّى وَنُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ المُصْطَفَى، وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَ الوَفَاء. أَمَّا بَعْدُ، يَا أَيُّهَا المُسْلِمِينَ أُصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الكَرِيِمِ: إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Jemaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah Swt.,
Momentum peringatan hari kemerdekaan RI yang ke-79 harus kita gunakan untuk introspeksi diri secara kolektif. Akhir-akhir ini, kita sedang disuguhkan dengan perseteruan baik dari elite politik, entah polemik ormas-partai politik atau isu nasab yang tidak berujung selesai.
Tentu, kita—sebagai masyarakat umum—tidak boleh larut di dalam dinamika perseteruan tersebut, sekalipun larut kita tidak akan bisa menyelesaikan perselisihan tersebut. Ya, biarkan pihak-pihak tersebut berseteru tanpa membuat kita terbayang-bayang dan terbawa sampai kehidupan nyata. Tidak lantas, saat kita berbeda dengan tetangga dalam satu isu membuat kita bermusuhan dengannya.
Tentang perseteruan, khatib ingin mengingatkan diri khatib, bahwa ada hadis Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi bersabda.
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ فِيهِمَا لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ، وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، فَإِذَا رُفِعَ عَمَلُ الْمُتَصَارِمِينَ فَوْقَ ثَلَاثٍ رُدَّ
“Pintu-pintu surga itu dibuka pada hari Senin dan Kamis, setiap dua hari tersebut setiap hamba (manusia) akan mendapatkan ampunan, selagi ia tidak menyekutukan Allah Swt, kecuali seseorang yang memiliki permusuhan dengan saudaranya.” disebutkan, “lihatlah kedua orang (yang berseteru) ini sampai keduanya rukun kembali. Jika amal orang-orang yang bermusuhan diangkat ke langit, dan mereka masih bermusuhan amal mereka tidak akan diterima.”
Jemaah salat Jumat yang disayangi oleh Allah Swt.,
Hadis ini menyampaikan betapa pentingnya menjaga kerukunan sesama sanak famili, teman, dan tetangga. Perseteruan atau permusuhan bisa menjadikan amal-amal kita tidak diterima oleh Allah Swt. Sekalipun kita berbeda dalam suatu hal, jangan sampai kita membakar api permusuhan, apalagi sampai menanamkan bibit permusuhan kepada anak-anak kita.
Ma’syiral muslimin rahimakumullah,
Nabi Muhammad mengingatkan kita agar dapat menjadi orang saleh spiritual sekaligus saleh sosial. Ibadah kita tidak akan bernilai saat kita masih menyimpan permusuhan dengan teman atau tetangga selama lebih dari tiga hari, sayang bukan!
Kita boleh membenci perbuatan seseorang yang tidak sesuai tuntunan syariat, tetapi kita tidak bisa membenci pelakunya, apalagi membenci seseorang karena hawa nafsu belaka. Dalam kutipan Lujainid Daini Syekh Abdul Qadir Jailani berpesan,
إِيَّاكُمْ أَنْ تُحِبُّوْا أَحَدًا أَوْ تَكْرَهُوْهُ إِلَّا بَعْدَ عُرْضِ أَفْعَالِهِ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ ،كَيْلَا تُحِبُّوْهُ بِالْهَوَى وَتَبْغَضُوْهُ بِاْلهَوَى
“Jangan sampai kalian mencintai atau membenci seseorang, kecuali perilakunya benar-benar melenceng dari ajaran Al-Qur’an dan sunah. Janganlah kalian mencintai dan membenci seseorang karena terdorong hawa nafsu!”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Khatib merasa perlu mengajak hadirin sidang Jumat untuk berusaha “memerdekakan” diri dari perseteruan apapun dan dengan siapapun. Perseteruan atau permusuhan bukan suatu hal yang patut dirawat dan dilestarikan, sudah sepatutnya kita melepaskan itu semuanya.
Andai kita dahulu pernah disakiti oleh seseorang, misalnya kita pernah diludahi di tempat umum, kita boleh marah saat itu. Tetapi kemarahan tersebut tidak boleh kita rawat sampai menjadi permusuhan yang tidak berujung, apalagi sampai kita tularkan ke anak-anak kita.
Jemaah salat Jumat rahimakumullah,
Menikmati momentum kemerdekaan ke-79 ini, harus menjadi wahana untuk saling memperkuat persaudaraan sesama sanak, famili, teman, dan tetangga. Disadari atau tidak, ketika kita masih menyimpan perseteruan di dalam hati dengan siapapun, yang muncul adalah dengki dan perasangka buruk lainnya.
Kalau ada sekitar kita sedang berseteru, tentu sebisa mungkin kita bisa mendamaikan keduanya. Allah berfirman pada surah al-Hujurat ayat 10,
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah kepada Allah agar kalian mendapat rahmat.”
Jemaah sidang salat Jumat yang berbahagia,
Permusuhan atau perseteruan tidak patut kita lestarikan, kita harus bisa berdamai dengan masa lalu yang tidak mengenakkan. Sudah saatnya, kita saling merangkul dan saling memaafkan, paling tidak demi kebahagian kita sendiri. Adakah orang bisa hidup bahagia dengan banyak musuh!
Semoga Allah memberikan kelapangan hati kepada kita, semoga Allah Swt. memberikan hati yang lembut kepada kita, semoga Allah Swt. memberikan kemudahan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Terakhir, semoga Allah Swt. memberikan kita kesatuan hati untuk “merdeka” dari perseteruan apapun.
أَقوْلُ قوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتغْفِرُ اللهَ ُ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعدُ، فَيا أَيُّها الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفسِيْ بِتقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغيَ وَالسُّيوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ