الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْن، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِه وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُواْ فِى ٱلْمَجَالِسِ فَٱفْسَحُواْ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَانشُزُواْ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ آمَنُواْ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jama’ah Sholat Jumat Rahimakumullah
Mengawali khutbah, Khatib berpesan kepada diri kami pribadi, juga kepada kaum Muslimin, mari bersama selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. Karena, Sesuatu yang sangat berharga di sisi Allah SWT adalah kadar ketakwaan kita.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah
Berbicara takwa kepada Allah SWT, bukan sekadar rukun sah khutbah Jumat belaka. Bahwa pesan ketakwaan mengingatkan kita semua, untuk selalu intropeksi diri agar menjadi insan yang baik, lebih baik dan selalu istiqomah dalam kebaikan. Ibarat tubuh, kita membutuhkan asupan berbagai gizi, baik protein, kalsium, zat besi, vitamin, dan lain sebagainya.
Jiwa pun demikian membutuhkan vitamin, berupa nasehat-nasehat. Demikianlah kiranya, urgensi sebuah khutbah, dan seruan untuk meningkatkan ketakwaan diri.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT
Hari ini, kita patut bersyukur kepada Allah SWT berkat rahmatNya dapat menikmati HUT kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Tujuh puluh delapan tahun bukanlah waktu yang singkat sebagai negara berdaulat, kendati demikian berbagai persoalan kebangsaan masih menjadi tugas kita bersama. Kita harus bersyukur dengan mengisi kemerdekaan ini dengan kebaikan-kebaikan yang bisa kita lakukan.
Allah Berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
“Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumatkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambahkan (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti Azabku sangat berat.”
Syekh Wahbah Zuhaili, dalam tafsirnya. Bahwa ayat ini menegaskan, bersyukur atas kenikmatan akan ada kenikmatan-kenikmatan selanjutnya. Sedangkan saat mengkufuri nikmat-Nya, sudah pasti akan dikurangi, diambil, bahkan dihilangkan oleh Allah SWT nikmat tersebut, Wal ‘Iyadhubillah.
Ma’asyiral Muslilmin Rahimakumullah
Saat ini, kita sebagai warga negara Indonesia harus bersyukur, bukan sekadar ungkapan hamdalah saja, tapi juga dengan bukti nyata yaitu mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Termasuk upaya mengisi kemerdekaan adalah memerdekakan diri dari kebodohan, memerdekakan keluarga dari hinanya kebodohan, memerdekakan lingkungan kita dari buta huruf, merdeka dari fanatisme buta.
Jama’ah Sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT
Kita dapat merdeka dari kebodohan, jika kita menjadikan ilmu sebagai bekal dan panduan hidup. Bahwa sunggguh tidak ada kebahagiaan dunia dan akhirat yang bisa dicapai kecuali dengan ilmu dan pengetahuan, sang Imam Abu Hamid Al-Ghazali, dalam Ihya’ Ulumuddin mengatakan,
العِلْمُ مِفْتَاحُ السَّعَادَةِ فِى الدُّنْيَا والأَخِيرَة
Bahwa “ilmu, merupakan kunci bahagia di dunia dan akhirat.” Siapapun yang berilmu ia akan bahagia.
Seorang dokter bisa mewujudkan kebahagian orang lain dan dirinya dengan ilmu kedokterannya, seorang polisi mewujudkan ketentraman bagi warga dengan pengetahuan beladiri dan keamanan, seorang psikolog dengan ilmu psikologi bisa membahagiakan orang yang sakit jiwa, dan seorang Ulama mulia karena bisa memberikan nasehat kepada umat dengan ilmu dan hikmah bestari, bak asupan vitamin bagi jiwa ruhani. Semua insan bisa hidup bahagia dengan ilmu!
Jama’ah rahimakumullah
Kenapa bukan uang sebagai kunci kebahagian di dunia? Sayidina Ali Karramallah Wajhah berpesan kepada Kamil,
يَا كَميلُ العِلْمُ خَيرٌ مِن المَالِ, العِلْمُ يَحْرُسُكَ وأَنْتَ تَحْرسُ المَالَ وَالعِلمُ حَاكِمٌ والمَالُ مَحْكُوْمٌ عَلَيهِ وَالمَالُ تَنْقُصُهُ النَّفَقَةُ والعِلْمُ يَزْكُو بِالاِنْفَاقِ
“Wahai Kamil, Ilmu lebih baik daripada harta, Ilmu dapat menjagamu, tapi kamu harus menjaga harta. Ilmu dapat membimbingmu, sedang harta akan dipertanyakan (di akhirat). Harta bisa berkurang saat digunakan, sedangkan ilmu bisa bertambah dengan diajarkan”
Pesan Sayiddina Ali, membuat kita tersadar bahwa kita harus merdeka dari kebodohan, kebodohan apapun itu. Terdapat sebuah kisah yang mengisahkan tentang orang berilmu dan orang bodoh.
Di suatu Masjid, ada iblis yang menyerupai manusia hendak masuk ke dalam Masjid untuk menganggu, dan menjerumuskan orang bodoh yang sedang menjalankan sholat, sedangkan seorang alim tertidur pulas di pojok masjid.
Sebelum memasuki pintu masjid, iblis terdiam mengurungkan niat untuk menjerumuskan orang bodoh yang sedang sholat.
Sang Iblis ditanya, “Kenapa kau tak jadi menjerumuskan orang bodoh itu?”
“Iya, di sana (pojok masjid) ada seorang yang alim sedang tertidur” jawab sang iblis.
“Kan dia sedang tertidur!”
“Iya meskipun ia tertidur, jika aku menjerumuskan orang bodoh yang sholat tersebut, nanti pasti akan ditegur dan dibenarkan oleh seorang alim yang berilmu!” Jelas sang Iblis.
Jama’ah Sholat Jumat yang diberkahi Allah SWT
Kisah tadi menjelaskan betapa agung ilmu dan pengetahuan, sehingga orang berilmu tidur saja lebih ditakuti oleh syetan daripada orang bodoh yang beribadah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Indonesia memasuki tujuh puluh tahun setelah merdeka, sudah banyak sarjana muda, cendikiawan hebat, dan para profesional luar biasa yang berkontribusi untuk negara, lantas sudahkah kita merdeka dari kebodohan?
Sungguh belum! Banyak saudara-saudara kita di pelosok yang sedang berjuang untuk belajar di bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi, di pelosok-pelosok desa masih banyak yang belum bisa baca dan tulis. Hal ini harus menjadi perhatian bersama.
Semua ilmu pengetahuan bersumber dari Yang Maha Mengetahui, Allah SWT. Oleh sebab itu, kita belajar ilmu apapun harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, semakin banyak ilmu yang telah dipelajari, harusnya lebih mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Mengetahui. Termasuk upaya mengamalkannya adalah dengan mengajarkan ilmu karena berharap ridho Allah SWT. Sesuai hadist Nabi Muhammad SAW,
مَنْ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدَى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ اِلَّا بُعْدًا
“Barangsiapa yang ilmunya bertambah, tapi tidak bertambah ketakwaannya, maka ia akan jauh dari Allah”
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT
Allah SWT berfirman dalam surat Mujadilah ayat 11.
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ آمَنُواْ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman dari kalian, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan”
Betapa bahagia orang-orang yang berilmu, dan para ulama. Berkat ilmu, derajat mereka diangkat oleh Allah SWT di dunia dan di akhirat. Sebisa mungkin kita dapat mengisi kemerdekaan dengan mencintai ilmu, meninggalkan kebodohan, dengan memulai dari diri kita, keluarga dan lingkungan kita.
Jangan sampai kita tidak perhatian dan prihatin dengan bahaya kebodohan pada diri kita, keluarga, dan lingkungan kita. Kemiskinan adalah tugas pemerintah, tapi kebodohan adalah musuh kita bersama.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Khatib menutup khutbah dengan Syi’ir Matan Zubad,
وَكُلُّ مَن بِغَيْرِ عِلمٍ يَعْمَلُ # أَعْمَالُهُ مَرْدُودَةٌ لَاتُقْبَلُ
“Siapapun yang beramal tanpa ilmu, perbuatan-perbuatannya tertolak dan tidak bisa diterima”
Semoga kita semua diberi pertolongan Allah SWT untuk mencintai ilmu, dan mengamalkannya, berharap dijauhkan dari kebodohan diri dan kesombongan diri. Agar dapat lebih mendekat kepada-Nya. Amin ya Rabbal Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ