Ahmad Tsauri Alumnus PP Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Lirboyo; Dosen IAIN Pekalongan

Kenapa Kelompok Ahlus Sunnah Tidak Memperingati Musibah Wafatnya Imam Husein di Karbala?

48 sec read

Menurut Jalāl al-Dīn al-Suyūthī dalam Husn al-Maqshad, syariat mendorong kita untuk menampakan rasa syukur atas nikmat dan sabar, menyembunyikan duka cita atas musibah.

Pada saat ada kelahiran, sebagai wujud syukur kita disunnahkan aqiqah atas bayi yang lahir, tapi tidak ada perintah saat ada kematian.

Sehingga kata Imam Suyuthi,

فدلت قواعد السريعة على أنه يحسن فى هذالشهر اظهار الفرح بولادته صلى الله عليه وسلم دون دون اظهار الحزن بوفاته.

Anjuran syariah kita hendaknya menunjukkan rasa senang atas kelahiran Nabi tapi tidak dianjurkan menampakan rasa sedih atas wafatnya beliau.

Oleh sebab itu yang diperingati ulama hari lahirnya Nabi bukan hari wafatnya.

Menurut Ibn Rajab,

لم يأمر الله ولا رسوله باتخاذ ايام مصائب الانبيا وموتهم ماتما فكيف ممن دونهم

Allah SWT dan Rasulullah tidak memerintahkan menjadikan hari-hari musibah yang dialami para Nabi, dan kematiannya (Nabi Yahya di gergaji didalam pohon misalnya) lalu bagaimana dengan orang yang statusnya dibawa Nabi dan Rasul.

Peringatan wafat Husein yang dihiasi ratapan secara resmi dimulai pada era dinasti Buwaihiyah, dinasti Syiah pada tahun 352 H. Sampai saat ini tradisi ini berlangsung.

قال ابن الأثير في أحداث سنة (352هـ): «في هذه السنة عاشر المحرّم، أمر معزّ الدولة الناس أن يُغلقوا دكاكينهم، ويبطلوا الأسواق والبيع والشراء، وأن يظهروا النياحة، ويلبسوا قباباً عملوها بالمسوح، وأن يخرج النساء منشرات الشعور، مسوّدات الوجوه، قد شققن ثيابهن، يدرن في البلد بالنوائح، ويلطمن وجوههن على الحسين بن علي، ففعل الناس ذلك، ولم يكن للسُّنة قدرة على المنع منه؛ لكثرة الشيعة، ولأن السلطان معهم».

Kita semua kelompok Ahlus Sunnah tidak memperingati Musibah yang menimpa Imam Husein, namun demikian itu bukan berarti cinta kita kepada keluarga beliau, kepada Imam Husein lebih rendah dari mereka yang memperingati.

Baca Juga  Meramu Keberagaman dalam Ruang Keindonesiaan

Kita semua memuliakan para Habib dan Sayid karena rasa cinta kita kepada Imam Husein. Kita memilih melanjutkan perjuangan imam Husein, daripada meratapi tragedi yang menimpanya.

Semoga tragedi kemanusiaan paling dahsyat yang dialami Imam Husein tidak pernah terulang lagi.

Pelajaran yang kita ambil, institusionalisasi Islam kedalam lembaga politik negara merugikan Islam dan begai kemanusiaan itu sendiri. [MZ]

Ahmad Tsauri Alumnus PP Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Lirboyo; Dosen IAIN Pekalongan